Bola.com, Jakarta - Kedatangan pemain bintang dunia dengan status marquee player di Liga 1 2017 masih jadi pemberitaan menarik, khususnya media-media di luar negeri. Terbaru, SBS (jaringan televisi di Australia) dalam situsnya pada Senin (8/5/2017) mengulas gebrakan Indonesia dengan kebijakan mendatangkan para marquee player dalam Liga 1 2017.
SBS menulis bila langkah ini mirip dengan China, yang memang terkesan jorjoran dengan merekrut pemain bintang dunia di liga mereka, salah satu tujuannya untuk mendongkrak popularitas global.
SBS menilai kebijakan ini merupakan upaya sepak bola Indonesia mendapatkan citra positif dalam pentas internasional setelah serangkaian skandal korupsi, pertikaian politik, kekerasan penonton, dan sanksi internasional dari FIFA yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti halnya China, Indonesia telah lama dianggap sebagai raksasa yang sedang tertidur dalam kancah sepak bola internasional mengingat gairah membara yang dimiliki dua negara itu dalam hal sepak bola, dengan kompetisi domestik yang mampu secara rutin menarik lebih dari 20 ribu fans setiap pertandingan.
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan sama, SBS melakukan wawancara dengan mantan pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl. Pelatih yang membawa Tim Garuda ke final Piala AFF 2010 dan 2016 ini memberikan pendapatnya mengenai kebijakan mendatangkan marquee player di Liga 1 2017.
"Selalu ada bakat di Indonesia dan kami telah memperlihatkan hal itu," ujarnya mengacu pada keberadaan Timnas Indonesia di final Piala AFF 2010 dan 2016.
"Sepak bola Indonesia bisa jadi yang pertama di Asia Tenggara, tapi klub-klub serta federasi sepak bola negeri itu perlu berorientasi pada masa depan," lanjut Alfred.
Pelatih asal Austria itu membeberkan bila ada tantangan yang dihadapi deretan marquee player yang datang ke Indonesia .
"Fasilitas di sana, seperti ruang ganti, venue latihan dan stadion masih dalam kondisi memprihatinkan. Jadi bila Anda datang dari Chelsea ke Indonesia, ada perbedaan besar," jelasnya.
Itulah mengapa Alfred Riedl meragukan apakah para marquee player impor itu bisa memberi dampak jangka panjang pada sepak bola Indonesia. Ia menyebut lebih tepat bila uang yang digunakan merekrut bintang-bintang dunia itu diinvestasikan untuk pengembangan usia muda.
"Kebijakan itu mungkin lebih menarik untuk fans dan media," ujarnya.
"Tapi saya rasa, membawa mantan bintang-bintang besar ke Indonesia tidak akan membantu. Saya tidak yakin mereka datang ke Indonesia untuk membantu sepak bola Indonesia. Mereka mengambil banyak uang, setidaknya untuk ukuran Indonesia, dan pergi kapanpun mereka mau," tutur pelatih 67 tahun itu kepada SBS.
Di sisi lain, selepas melatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl belum menangani tim lain lagi. Namanya, dan juga Kiatisuk Senamuang, sempat dimunculkan jadi kandidat pelatih Timnas Malaysia. Namun, hal itu hanya kabar burung semata.