Sukses


Asa Persija Menanti Rumah Baru di Ibu Kota

Bola.com, Jakarta - Persija Jakarta, klub ibu kota yang dalam pelarian selama beberapa tahun terakhir. Klub berjulukan Macan Kemayoran ini kehilangan kandang. Klub yang tidak memiliki arena untuk unjuk taring di depan para penggemar sendiri. Klub sepak bola Indonesia yang sejak beberapa tahun terakhir seperti kehilangan kasih sayang.

Masih tergambar bagaimana Persija kehilangan rumah mereka di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, setelah pada 2004 Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, merencanakan alih fungsi stadion menjadi ruang terbuka publik. Stadion yang telah menjadi bangunan cagar budaya sejak 1975 itu akhirnya rata dengan tanah pada 26 Juli 2006.

Hari itu bak hari kekalahan bagi Persija, yang pengurus serta para pendukungnya sudah melakukan penolakan, lewat diskusi hingga demonstrasi. Selama kurang dari satu tahun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyulap stadion yang berdiri sejak 1921 itu menjadi sebuah taman terbuka.

Tidak hanya rumah Persija di Menteng yang akhirnya hilang. Kandang Persija di Jakarta Selatan, Stadion Lebak Bulus, akhirnya rata dengan tanah pada 2015. Stadion Lebak Bulus dihancurkan untuk pembangunan depo mass rapid transit (MRT).

Berbeda dengan situasi ketika Stadion Menteng diratakan dengan tanah, Stadion Lebak Bulus memang tidak lagi digunakan oleh Persija sebagai kandang ketika Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menginstruksikan pembongkaran Stadion Lebak Bulus pada 2013.

Persija sudah tidak menggunakan stadion tersebut karena kapasitas Lebak Bulus, yang hanya 10 ribu orang, sudah tidak mungkin menampung puluhan ribu The Jakmania yang selalu setia mendukung Persija.

Namun, ketika Stadion Lebak Bulus rata dengan tanah, tidak berbeda dengan Stadion Menteng, kesedihan dirasakan semua pihak yang memiliki hubungan dengan Persija. Kapten Persija saat ini, Ismed Sofyan, mengaku miris dengan kondisi tersebut.

"Pasti sedih karena Lebak Bulus dan Menteng adalah sejarah dan homebase kami. Salah satu tempat kami tinggal di Jakarta, tempat kami dulu berlatih. Namun, saat ini semua sudah rata dengan tanah, sangat-sangat miris," ujar Ismed Sofyan.

Persija selama beberapa tahun terakhir menggunakan Stadion Gelora Bung Karno yang memiliki kapasitas 88 ribu tempat duduk. Namun, tidak jarang tim Macan Kemayoran tidak mendapatkan izin bertanding di stadion utama kebanggaan Indonesia itu lantaran perilaku suporter yang melanggar ketertiban. Persija mulai sering terusir ke Malang atau Solo untuk menggelar pertandingan kandang.

Tidak jarang Persija harus menjalani laga kandang terusir. Namun, pada perhelatan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo, Persija benar-benar seperti tidak memiliki kandang. Mulai terusir karena sanksi terkait suporter hingga akhirnya Stadion Gelora Bung Karno menjalani direnovasi untuk Asian Games 2018.

Stadion Gelora Bung Karno yang tengah direnovasi untuk keperluan Asian Games 2018. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

"Banyak duka yang dirasakan karena seharusnya kami memainkan laga kandang, tapi harus bermain di luar kota. Tidak disaksikan The Jakmania, tak banyak dukungan yang kami dapatkan, akhirnya prestasi yang diharapkan pun tidak kunjung datang. Tanpa dukungan suporter, sebuah tim sepak bola tak akan memiliki gairah," ujar Ismed Sofyan.

Atmosfer soal kandang Persija semakin memanas ketika TSC 2016 berakhir. Persija masih belum memiliki kandang di Jakarta hingga akhirnya berkat bantuan sang Direktur Utama yang baru menjabat, Gede Widiade, Bambang Pamungkas dkk. bisa berkandang di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, yang berjarak sekitar 25 kilometer bila diakses melalui jalan tol dari Stadion GBK.

Baik pemain, suporter, maupun manajemen Persija bersyukur karena bisa bermain di Stadion Patriot. Ketimbang harus berlaga di Stadion Manahan, Solo, atau Stadion Gajayana di Malang, Stadion Patriot di Bekasi menjadi venue yang lebih mudah diakses The Jakmania yang ingin memberikan dukungan langsung kepada Macan Kemayoran.

"Kami pernah mengalami situasi yang lebih sulit dari ini. Persija pernah selama satu setengah bulan bermain di Malang. Selain itu, cukup lama juga bermain di Solo. Jadi, bermain di Bekasi sebenarnya lebih enak. Jarak dan akses masih lebih mudah, sementara perizinan juga masih di bawah Polda Metro Jaya," ucap Ketua Umum The Jakmania, Ferry Indrasjarief.

Skuat Persija Jakarta ketika berlatih di Stadion Manahan Solo pada Torabika Soccer Championship 2016. (Bola.com/Romi Syahputra)

Di sisi lain, Gede Widiade mengakui tidak adanya stadion di daerah asal sebuah klub sepak bola memang menjadi sebuah kerugian besar, baik secara materi maupun moral.

"Sangat berpengaruh. Tim sepak bola yang tidak menempati homebase asli pasti terpengaruh. Jarak, biaya, dan psikis terganggu. Namun, itu semua akan berkurang jika The Jakmania sebagai pemain ke-12 bisa mendukung langsung,” ujar Gede Widiade.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Janji Manis yang Hanya Tinggal Janji

Ketika klub profesional di daerah lain kebanyakkan diberi fasilitas stadion oleh pemerintah daerah dan pihak swasta yang membantu, Persija lebih sering mendapatkan janji-janji saja dari pemerintah provinsi.

Janji paling baru terucap dari pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang memenangi Pilkada DKI Jakarta 2017. Pasangan tersebut sempat mengungkapkan janji membangun stadion dengan kualitas seperti Old Trafford dan Allianz Arena di Jakarta dalam masa kampanye lalu.

"Rumputnya akan seperti yang di Manchester United, dan tempat duduknya seperti stadion di Jerman," ujar Sandiaga Uno di Cakung, 17 November 2016.

Faktanya, sejak Gubernur Sutiyoso meratakan Stadion Menteng, tidak ada gubernur yang berpikir untuk mendirikan stadion baru bagi Persija. Baru ketika Joko Widodo menjadi gubernur, wacana Stadion BMW diungkapkan sebagai pengganti Stadion Lebak Bulus.

Harus diakui, pembangunan stadion di Jakarta memang bukan fokus utama Jakarta, siapa pun gubernur yang memimpin. Lebih luas lagi, pembangunan fasilitas olahraga bagi publik belum jadi prioritas mengingat kompleksnya persoalan yang dihadapi Jakarta.

Paling banter sejauh ini kebijakan yang bersentuhan dengan olahraga secara langsung, muncul pada era Gubernur Tjokropranolo pada periode 1977 hingga 1982. Ketika itu, gubernur yang akrab disapa Bang Noli itu menjadikan sepanjang jalan protokol Jenderal Sudirman hingga M.H. Thamrin setiap minggu pagi untuk kegiatan olahraga bagi masyarakat DKI Jakarta. Kebijakan itu masih berlaku hingga sekarang yang lekat dengan tajuk car free day.

Anies-Sandi di Stadion Patriot Candrabhaga, Jalan Guntur Raya, Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, Jawa Barat (Liputan6.com/Rezki Apriliya)

Itulah mengapa, mereka yang dekat dengan Persija bak kebal dengan janji-janji yang dilontarkan perihal stadion untuk Persija. Ketua Umum The Jakmania, Ferry Indrasjarief, misalnya. Sosok yang akrab disapa Bung Ferry ini sudah cukup lama menelan janji-janji manis calon gubernur Jakarta semasa kampanye.

"Ada harapan karena mereka begitu gencar berkampanye soal mendirikan stadion. Namun, saya sudah cukup lama mendapatkan janji-janji dari gubernur-gubernur sebelumnya, di mana realisasinya pun masih nol. Jadi, saya tidak terlalu mengandalkan janji itu," ujar Ferry.

"Saya hanya memikirkan dua hal. Pertama, lokasi markas besar Persija sebagai pengganti Stadion Menteng. Mes pemain ada di sana, tempat latihan di sana, kantor manajemen di sana, dan sekretariat suporter juga di sana. Kedua soal perizinan. Silakan bangun stadion, tapi kalau perizinan digeser terus karena agenda lain ya akan percuma."

"Kami memang butuh stadion baru dengan kapasitas yang lebih representatif untuk taraf klub lokal. Dengan kapasitas 40 ribu tempat duduk, saya rasa cukup representatif, bukan seperti GBK yang terlalu besar untuk Persija," jelas Ferry.

3 dari 3 halaman

Menanti Realisasi Janji DKI 1 untuk Persija

Meski sudah letih dengan janji-janji, pencinta Persija tetap memiliki secuil asa akan pemenuhan janji itu. Ismed Sofyan tetap berharap Persija bisa memiliki homebase lagi.

"Kalau dibilang lelah, itu pasti karena kami mengharapkan stadion yang menjadi tempat kami bertanding dan menjadi homebase agar kami tidak berpindah tempat lagi. Semoga memang keinginan untuk membangun sebuah stadion di ibu kota itu benar-benar ada," kata Ismed.

"Saya berharap janji yang beliau ucapkan bisa direalisasikan secepatnya. Saya berharap dengan terpilihnya gubernur baru ini, benar-benar akan ada stadion baru untuk Persija," sambungnya.

Harapan Ismed Sofyan itu diamini Gede Widiade. Gede menegaskan pemerintah provinsi DKI Jakarta tidak perlu khawatir karena akan ada hubungan saling menguntungkan jika mereka bisa menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh Persija.

"Sepak bola adalah alat pemersatu dan bisa digunakan untuk menyukseskan program pemerintah. Hanya pemerintah yang bodoh yang memalingkan wajah dari sebuah tools yang bagus untuk melakukan sosialisasi kebijakan," ujar Gede Widiade.

"Harus saya tegaskan, kami tidak akan merepotkan pemerintah karena semua biaya 100 persen dari kami, dan kami hanya meminta kepada pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana untuk masyarakat. Persija adalah bagian dari masyarakat DKI Jakarta," tegas Gede.

Tidak mudah memang mengharapkan pemerintahan baru DKI Jakarta untuk segera mewujudkan rencana pembangunan stadion. Meski, faktanya, Jakarta sudah menjadi rumah bagi lebih dari sembilan juta jiwa, tampaknya sangat sulit untuk menyediakan rumah bagi tim Persija.

Alhasil, The Jakmania harus kembali bersabar menantikan hadirnya rumah baru untuk klub kesayangan dan kebanggaan.

"Saya tahu semua butuh proses dan sebuah proses butuh waktu serta upaya keras untuk ke arah sana. Semoga keberhasilan itu akan datang. Saya berharap seluruh The Jakmania bisa melihat kami semua punya kerja sama yang baik jika ingin Persija menjadi yang terbaik," ujar Ferry Indrasjarief.

Seperti kata Bung Ferry, semua masih butuh proses, terutama karena pemerintahan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, baru memulai pekerjaan mereka sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur pada Oktober 2017.

Selanjutnya, tinggal menunggu, mengamati, dan mengingatkan bila salah satu program kerja mereka adalah mencari lahan dan membangun stadion baru di Jakarta dan untuk Persija seperti janji yang sudah terucap.

 

Video Populer

Foto Populer