Bola.com, Malang - Malang tampaknya bukan kota yang ramah bagi bek Sriwijaya FC, Rudolof Yanto Basna. Sebab, pemain asal Papua itu masih meninggalkan citra negatif di benak suporter setempat, Aremania, pendukung Arema FC.
Saat pertemuan antara Sriwijaya melawan Arema, Jumat (7/7/2017), Basna bakal kembali jadi sasaran teror suporter Aremania yang hadir di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
"Tentu kami masih memberikan teror kepada Basna karena Aremania masih merasa sakit dengan perilakunya awal tahun ini (menghilang saat hendak dikontrak Arema FC)," kata Achmad Ghozali, Aremania Korwil Klayatan.
Teror yang diberikan tidak lain adalah makian dalam stadion karena itu bisa mengganggu konsentrasi Basna. Sebenarnya teror seperti itu sudah diberikan Aremania saat laga perempat final Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo, awal tahun 2017.
Waktu itu Basna tidak hanya dapat teror dari suporter. Tetapi, hidungnya juga patah setelah berduel dengan Cristian Gonzales. Namun, mantan bek Persib Bandung dan Mitra Kukar ini masih bisa melanjutkan pertandingan hingga usai.
Advertisement
Baca Juga
Perlu diketahui, persoalan Basna bermula saat dia datang ke Malang sebagai calon pemain baru tim Singo Edan. Setelah dua hari di Malang, dia mencapai kesepakatan kontrak. Namun, tengah malam hari sebelum tanda tangan dan diperkenalkan resmi sebagai pemain baru, justru dia menghilang.
Basna menjelaskan jika waktu itu dia ada keperluan mendadak dan harus terbang ke Jakarta. Tetapi, Arema terlanjur kecewa karena dia pergi tanpa memberi kabar sehingga sampai saat ini Arema masih mengalami krisis stoper.
Aremania waktu itu juga ikut kesal karena mereka sudah terlanjur menggantungkan harapan kepada Basna. Padahal, Arema sudah mendatangkan mantan tandem Basna di Mitra Kukar, Arthur Cunha.
"Basna tidak menghormati Arema. Kami tidak akan memberikan teror kepada pemain tanpa sebab. Ini merupakan kali pertama dia datang ke Malang setelah kejadian awal tahun lalu," jelas Achmad.
Hanya, teror dari Aremania tampaknya tidak terlalu besar karena suporter yang datang ke Stadion Kanjuruhan tahun ini menurun drastis. Hingga pekan 11 lalu, rata-rata okupasi Stadion Kanjuruhan hanya 29,9 persen.