Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-19 bakal memulai perjuangan di pentas Piala AFF U-18 2017 dengan menghadapi tuan rumah Myanmar di Stadion Thuwunna, Yangon, Selasa (5/9/2017). Kemenangan di laga ini akan mempermudah langkah Indra Sjafri mengarungi persaingan ketat penyisihan Grup B.
Advertisement
Baca Juga
Menghadapi Piala AFF edisi ini, Indra Sjafri memboyong 23 pemain. Pemain-pemain pilihan sang mentor sudah mulai mengikuti pelatnas jangka panjang sejak bulan Februari silam.
Soliditas permainan tim mulai terbentuk lewat latihan intens plus rangkaian uji coba. Indra menyebut tim asuhannya 100 persen siap tampil di Piala AFF.
Indra menganggap Myanmar bukan lawan enteng. Ia menilai negara yang sempat lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 edisi 2015 punya kelebihan dari sisi kecepatan. Gaya bermain mereka mirip Vietnam dan Thailand.
"Kami siap melawan Myanmar. Kami akan bermain seperti biasa dengan gaya yang kami miliki. Pemain dalam kondisi yang sangat fit dan siap untuk tempur," ujar Indra.
"Laga pertama melawan tuan rumah saya rasa tidak ada masalah. Kami sudah pelajari permainan mereka dan sudah siapkan formula untuk mengantisipasi mereka, terutama kecepatan mereka," lanjutnya.
Kekuatan Timnas Indonesia U-19 makin bertambah kokoh dengan masuknya dua pilar Timnas Indonesia U-22 yang baru saja berlaga di SEA Games 2017, Saddil Ramdani dan Asnawi Mangkualam.
"Pengalaman mereka menghadapi laga-laga sarat tekanan di SEA Games akan sangat berguna di Piala AFF. Kami membutuhkan pemain matang jam terbang," tutur Indra.
Saat menghadapi Myanmar, Timnas Indonesia U-19 punya lima pemain penting yang akan jadi pembeda saat bersua Tim Negeri Pagoda. Siapa-siapa saja mereka, dan seperti apa perannya?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Saddil Ramdani
Saddil Ramdani
Kehadiran Saddil Ramdani di skuat Timnas Indonesia U-19 diyakini bakal menambah agresivitas lini serang tim asuhan Indra Sjafri.
Penyerang sayap kelahiran 2 Januari 1999 tersebut salah satu pemain dengan rapor bagus saat Timnas Indonesia U-22 berlaga di SEA Games 2017 dan Kualifikasi Piala AFC U-23.
Di SEA Games ia mencetak gol indah tendangan jarak jauh dari kotak penalti saat Tim Merah-Putih mengalahkan Kamboja.
Sebelumnya, dua gol dipersembahkan pemain asal Persela Lamongan itu saat Timnas Indonesia U-22 menang 7-0 atas Mongolia di Kualifikasi Piala AFC U-23.
Saddil bagian penting dari sistem rotasi di sisi sayap Timnas Indonesia U-22. Ia bermain bergantian dengan Osvaldo Haay, Yabes Roni, dan Febri Haryadi.
Pemain yang satu ini kuat dalam kecepatan dan keberanian melakukan tusukan ke jantung pertahanan lawan. Ia akan sangat membantu dalam skema menyerang satu dua sentuhan dengan kombinasi umpan terobosan di area sekitar kotak penalti lawan.
Jika para gelandang Timnas U-19 bisa memasok bola-bola diagonal ke sisi sayap secara intens, Saddil Ramdani bakal jadi sosok yang membahayakan bagi lini pertahanan Myanmar. Apalagi, jika fullback kubu lawan terlambat turun saat ia membantu serangan ke area tengah.
Advertisement
Egy Maulana Vikri
Egy Maulana Vikri
Walau pulang tanpa gelar, pemain Timnas Indonesia U-19 mencuri perhatian penyelenggara Turnamen Toulon 2017. Penyerang sayap Timnas Indonesia U-19, Egy Maulana Vikri mendapatkan penghargaan Jouer Revelation Trophee.
Penghargaan itu diberikan kepada Egy karena dinilai sebagai pemain yang paling berpengaruh di tim. Setiap tahun hanya satu pemain yang menerima piala ini.
Cristiano Ronaldo, Zinedine Zidane pun pernah menerima piala ini. Panitia turnamen memberikan penghargaan lebih cepat setelah melihat performa Egy lewat acuan statistik.
Rekam jejak Egy Maulana Vikri sudah mulai dikenal sejak dia membawa Indonesia juara di festival sepak bola internasional Gothia Cup 2016. Di tahun yang sama, dia juga membawa Persab Brebes U-17 menjuarai Piala Soeratin lewat koleksi 22 golnya.
Penampilan remaja asal Medan tersebut juga sempat dipuji pelatih Espanyol B, David Gallego, saat melakukan tur musim panas Juli lalu ke Jakarta. Egy dinilai punya gaya permainan seperti Lionel Messi.
Gallego memperhatikan bahwa Egy mampu membawa bola melewati beberapa pemain dan sering bergerak vertikal masuk ke dalam kotak. Selain mampu bermain di sayap, sang pemain bisa ditempatkan sebagai second striker.
Disandingkan dengan Saddil Ramdani, Egy bakal jadi momok menakutkan bagi Myanmar. Akselerasi keduanya dari dua sisi sayap akan jadi kekuatan ofensif tim asuhan Indra Sjafri.
Rachmat Irianto
Rachmat Irianto
Bertindak sebagai tuan rumah, Myanmar diyakini bakal mencoba mengendalikan permainan. Mereka bakal banyak menggeber serangan ke jantung pertahanan Timnas Indonesia U-19.
Kehadiran Rachmat Irianto akan sangat penting. Stoper akrab disapa Rian ini didikan Persebaya Surabaya itu didapuk Indra Sjafri sebagai kapten Tim Merah-Putih.
Bakatnya menurun dari sang ayah, Bejo Sugiantoro, yang merupakan libero legendaris Timnas Indonesia di era pertengahan 1990-an.
Menariknya saat mulai menekuni karier sebagai pesepak bola, Rian awalnya bermain sebagai seorang striker.
Sang ayah memintanya merubah posisi main karena tak tega putranya jadi sasaran kekasaran bek-bek lawan.
Rian yang memiliki tubuh bongsong tak terlalu kesulitan berubah posisi. Sugiantoro pun banyak menularkan ilmu kepada putranya yang kelahiran 3 September 1999 tersebut, agar bisa menjadi palang pintu berkualitas.
Rian yang mengidolai bek Inggris, John Terry, dinilai sebagai bek yang punya kemampuan komplit.
Tak hanya jago mengumbar tekel-tekel bersih, di usia muda kemampuannya membaca arah permainan terhitung jempolan. Ia juga bisa diandalkan sebagai sosok penghalau kemelut bola-bola.
Advertisement
Rifad Marasabessy
Rifad Marasabessy
Kehadiran Timnas Indonesia U-19, Rifad Marasabessy, menambah deretan panjang pesepak bola asal Maluku yang mentas di Timnas Indonesia. Sebelumnya sudah ada Abduh Lestaluhu, Manahati Lestusen di Piala AFF 2016 serta Rezaldi Hehanusa di SEA Games 2017.
Masih banyak lagi pemain asal Maluku yang menghiasi skuat Tim Merah-Putih di berbagai ajang internasional sejak berpuluh-puluh tahun lalu.
Rifad pemain asal Tulehu, daerah yang tak pernah kering pesepak bola berbakat.
Sama seperti para seniornya, pemain yang berposisi sebagai bek kanan tersebut merantau ke luar pulau untuk mengembangkan kariernya.
Walau usianya terhitung muda, Rifad Marasabessy yang kelahiran 6 Juli 1999 itu, tak kesulitan menembus posisi inti di Madura United. Ia tercatat tampil di enam laga di klub baru yang tengah bersaing di perburuan gelar juara Liga 1 2017.
Jumlah menit bermainnya diyakini akan bertambah jika saja Rifad tidak dipanggil mengikuti pelatnas Timnas Indonesia U-19.
Seperti kebanyakan fullback Indonesia, Rifad kuat dalam kecepatan. Mobilitasnya tinggi. Tidak hanya terpaku mengawal pertahanan, tapi juga doyan membantu serangan.
Crossing sang pemain amat memanjakan striker Timnas Indonesia U-19. Ia akan jadi bagian penting dalam skema permainan menyerang Indra Sjafri yang bertumpu pada dua sisi sayap.
Asnawi Mangkualam
Asnawi Mangkualam
Peran Asnawi Mangkualam akan sangat penting saat Timnas Indonesia U-19 menjajal kekuatan Myanmar. Pemain PSM Makassar tersebut bakal jadi sosok pelapis lini pertahanan.
Asnawi bakal jadi jangkar, pemain yang mengganggu pergerakan lini serang Myanmar saat mencoba masuk ke area kotak penalti. Ia bakal banyak melakukan pekerjaan kotor menghentikan pergerakan berbahaya penyerang-penyerang tim tuan rumah.
Pemain kelahiran Makassar, 4 Oktober 1999 itu, kondisi kebugarannya amat prima karena diposisikan sebagai pemain pelapis saat Timnas Indonesia U-22 bertarung di SEA Games 2017. Ia hanya jadi pilihan ketiga setelah Muhammad Hargianto serta Hanif Sjahbandi.
Walau masih berusia amat muda, jam terbang Asnawi tinggi di level timnas junior. Ia sempat membela Tim Merah-Putih U-16 dan U-19 (era kepelatigan Eduard Tjong).
Asnawi tipikal gelandang bertahan yang energik. Ia holding midfielder yang berperan mampu mengalirkan bola ke depan, sekaligus penghubung antar lini.
Seperti kebanyakan pemain asal Makassar, Asnawi pemain yang ulet. Ia tak segan-segan memperagakan permainan keras untuk mematikan pergerakan lawan dalam duel satu lawan satu.
Bakatnya dicium usai membela Tim PON Sulawesi Selatan di tahun 2016 lalu. Putra legenda PSM, Bahar Muharram itu memulai karier profesional di klub Persiba Balikpapan. Ia merupakan pencetak gol termuda di Indonesia Soccer Championship. Di usianya yang baru 17 tahun lima hari, sepakannya berhasil membobol gawang Bali United di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Gol tersebut dia cetak saat melakoni debut di Tim Beruang Madu. Asnawi sempat digadang-gadang disebut sebagai The Next Evan Dimas, walau sejatinya gaya bermain kedua pemain amat beda.
Berbeda dengan Evan, Asnawi bukan tipikal pemain yang doyan lama-lama memegang bola. Dengan stamina prima ia jadi sosok yang punya mobilitas tinggi. Asnawi akan sangat berguna bagi Timnas Indonesia U-19 saat menghadapi Myanmar, yang punya banyak pemain cepat.
Advertisement