Bola.com, Jakarta - Walau gagal mempersembahkan medali emas SEA Games 2017, aksi Timnas Indonesia U-22 dipuji. Luis Milla dianggap sukses membentuk karakter permainan Tim Garuda Muda. Indra Sjafri, nakhoda Timnas Indonesia U-19, diharapkan bisa menduplikasi filosofi Luis Milla saat anak-asuhnya berlaga di Piala AFF U-18 2017.
Advertisement
Baca Juga
Saat keduanya didapuk sebagai pelatih Tim Merah-Putih, PSSI berharap ada sinergi sistem bermain antara level timnas berbeda. Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia U-22 dan senior diharapkan menurunkan kurikulum permainan ke Indra Sjafri (Timnas U-19) dan Fachry Husaini (Timnas U-16).
Indra sejatinya tak terlalu kesulitan mengadopsi gaya bermain yang dikembangkan Milla. Selama ini ia dikenal pelatih yang doyan bermain pendek merapat ala Spanyol atau Brasil.
Saat menukangi Timnas Indonesia U-19 beberapa tahun silam, arsitek asal Ranah Minang itu dipuji pencinta sepak bola Tanah Air, karena bisa menyajikan permainan sepak bola indah.
Indra Sjafri memiliki sebutan sendiri menyangkut gaya bermain Tim Garuda Jaya saat itu yang amat mirip dengan tiki-taka Barcelona atau jogo bonito kepunyaan Brasil. Indra lebih memilih 'Pepepa' sebagai penamaan untuk permainan timnya. Nama itu sendiri merupakan singkatan dari pendek, pendek, panjang.
Sang mentor beralasan gaya permainan umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki dan panjang, memang kerap diterapkan Evan Dimas dkk. dalam setiap pertandingan. Gaya ini sukses menyajikan gelar juara Piala AFF U-19 2013.
Timnas Indonesia U-19 besutan Indra bermain dengan pakem formasi dasar 4-3-3 yang kadang berevolusi menjadi 3-4-3. Sistem bermain ini dipakai Indra karena dinilai menunjang kelebihan Indonesia di sektor sayap.
“Sumber daya pemain sayap kita banyak. Kenapa lari dari kenyataan dengan meniru cara bermain tim lain? Jarak antarpemain tidak sampai 20 meter. Kenapa yang mudah dibuat sulit?” ujar pelatih kelahiran 2 Februari 1963 tersebut.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pertahanan Masih Bermasalah
Indra tak mengalami kesulitan menduplikasi sistem bermain Luis Milla di Timnas Indonesia U-22 dan level senior. Milla juga membentuk gaya bermain yang hampir mirip dengan style yang dikembangkan oleh Indra.
Di SEA Games 2017, Timnas Indonesia U-22 bermain dengan pondasi 4-3-3. Poros kekuatan ditumpukan kepada sosok Evan Dimas, yang jadi dirigen permainan Tim Garuda di sektor tengah.
Ia jadi pemasok umpan-umpan terukur ke penyerang-penyerang sayap macam Saddil Ramdani, Osvaldo Haay, Yabes Roni, dan Febri Haryadi.
Timnas Indonesia U-22 bermain amat ofensif dengan meraih empat kemenangan plus dua hasil imbang. Hansamu Yama dkk. hanya kalah sekali, yakni 0-1 melawan Malaysia di fase semifinal.
Berbeda dengen pepepa ala Indra Sjafri, Luis Milla yang pernah berguru ke dua pelatih top Italia, Fabio Capello dan Claudio Ranieri, saat bermain di Real Madrid dan Valencia, sukses membangun tembok pertahanan yang amat solid. Di SEA Games, pertahanan Timnas Indonesia U-22 hanya kebobolan tiga gol saja.
Saat kalah dari Malaysia, gol Tim Negeri Jiran baru terjadi di tiga menit jelang peluit panjang berbunyi. Saat itu pun Timnas Indonesia U-22 tidak bisa menampilkan jenderal poros belakang, Hansamu Yama, yang terkena hukuman akumulasi kartu kuning.
Sistem pertahanan zona ala Italiano ini yang diharapkan bisa diadopsi oleh Timnas Indonesia U-19 racikan Indra Sjafri. Sistem menyerang yang diusung Indra, masih sering bermasalah jika menghadapi tim-tim yang kualitasnya berada di atas.
Permasalahan ini sudah terjadi sejak era 2013-2014 hingga kini. Tengok saja saat Timnas Indonesia U-19 kalah 2-4 melawan Espanyol B saat uji coba jelang Piala AFF U-18 2017. Skema ofensif Tim Merah-Putih amat menyengat, gelandang serang Egy Maulana sukses menjebol dua kali gawang lawan.
Gol-gol Espanyol B tercipta lewat skema serangan balik memanfaatkan lemahnya sistem pertahanan Timnas Indonesia U-19. Akan tetapi tentu tidak fair juga menjadikan hasil akhir pertandingan tersebut sebagai satu-satunya pegangan. Kualitas sepak bola Spanyol dengan Indonesia atau Asia Tenggara bak bumi dengan langit.
Lawan-lawan yang akan dihadapi Timnas Indonesia U-19 di fase penyisihan Grup B adalah Myanmar, Vietnam, Brunei Darussalam, serta Filipina. Mereka kemungkinan besar tak seganas Espanyol B.
Advertisement
3 Alternatif Skema
Indra Sjafri mengaku sudah menyiapkan tiga alternatif formasi menghadapi kerasnya persaingan Piala AFF U-18 2017. Pemain sudah dibiasakan dengan skema-skema ini saat menjalani pelatnas di Yogyakarta.
"Kami siapkan tiga alternatif formasi. Ada 4-3-3, 4-1-3-1-1 dan 4-4-2," ujar Indra.
Menurut Indra Sjafri, melihat ketersediaan stok pemain saat ini lebih cocok memainkan formasi 4-1-3-1-1. Ia memberi nama khusus formasi tersebut: "Sang Garuda".
Sistem permainan ini pengembangan strategi bermain Timnas Indonesia U-19 besutannya beberapa tahun silam.
"Soal penerapannnya akan menyesuaikan kondisi di lapangan. Pada dasarnya Timnas Indonesia U-19 akan bermain fleksibel, tidak kaku pada formasi tertentu. Hal itu tuntutan sepak bola modern.
Tantangan berat dihadapi penggawa Tim Merah-Putih. Mereka bakal menghadapi tuan rumah Myanmar pada laga perdana penyisihan Grup B Piala AFF U-18 2018 di Stadion Thuwunna, Yangon, Selasa (15/9/2017).