Bola.com, Malang - Baku hantam mewarnai play-off khusus Liga 2 antara PSBK Blitar melawan Persewangi Banyuwangi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Selasa (10/10/2017). Laga ini terhenti di menit ke-84 dengan skor 1-0 untuk PSBK.
Amarah pemain Persewangi memuncak kepada wasit Sihardiyanto saat sebuah pelanggaran diabaikan. Pemain Persewangi dari bangku cadangan berhamburan mengejar wasit dan adu pukul dengan pemain PSBK. Kepolisian bertindak cepat dengan mengamankan para pemain dan perangkat pertandingan.
"Ini bukan sepak bola. Tapi, pertarungan bebas alias smackdown dan itu ada pemicunya karena ada pihak yang sudah membuat skenario ingin meloloskan PSBK," tegas pelatih Persewangi, Iswahyudi alias Bagong.
Advertisement
Baca Juga
Iswahyudi juga menyebut operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB), membuat cacat besar dengan menggelar play-off khusus tersebut lantaran sejak awal sudah diputuskan jika Persewangi yang lolos ke play-off Grup H Liga 2.
"Baru kali ini ada istilah play-off khusus. Kalau pun ada, harusnya semua tim yang memiliki poin sama dalam penyisihan tahap pertama menjalani laga yang sama. Tapi, kenapa harus kami saja," protesnya.
Dia tidak menyalahkan pemainnya yang tersulut emosi karena dalam beberapa kali insiden dia melihat pemain PSBK juga memukul pemainnya sehingga bek Persewangi, Didik Ariyanto, mengalami patah hidung dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Sekali lagi ini seperti ada titipan PSBK harus lolos. Tadi manajer sempat telepon Joko Driyono (Wakil Ketua Umum PSSI). Dia menginstruksikan pertandingan tetap dilanjutkan. Padahal, yang dilapangan sudah panas dan adu pukul," lanjut Iswahyudi.
Pengawas Pertandingan Takut
Dengan insiden itu, kubu Persewangi tidak takut nantinya ada skorsing yang muncul akibat adu pukul di lapangan. "Saya tidak takut jika nanti terkena skorsing dan tidak bisa melatih lagi. Tapi, semua di balik ini harus dibuka," keluh Iswahyudi.
Setelah pertandingan, kubu Persewangi tidak langsung meninggalkan Stadion Kanjuruhan karena mereka belum mendapatkan keputusan dari pengawas pertandingan (PP) terkait status atau hasil akhir play-off khusus tersebut.
"Saya lihat PP juga tidak berani ambil keputusan. Saat pertandingan dihentikan pada babak pertama, saya cari dia tapi berada di tribune atas. Setelah pertandingan juga saya tunggu tidak ada di ruangannya," kata manajer Persewangi, Hari Wijaya.
Sebelum meninggalkan stadion, manajemen Persewangi lebih dulu membuat surat protes. Mereka berharap pertandingan play-off khusus itu digugurkan.
Jika mengacu pada regulasi, sebenarnya pertandingan bisa dianggap selesai karena hanya menyisakan enam menit. Tetapi, PP tidak berani menemui kubu Persewangi dan menyerahkan keputusan akhir pada operator kompetisi.