Bola.com, Jakarta - Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, yang meninggal dunia pada Minggu (15/10/2017), meninggalkan seorang istri dan dua anak. Sang penjaga gawang dikenal sebagai sosok yang sayang keluarga.
Istri penjaga gawang Persela Choirul Huda, Lidya Anggraeni, tak mampu menahan air mata ketika jenazah alamarhum suaminya tiba menggunakan mobil ambulance, Minggu (15/10/2017) malam. Keluarga Choirul menempati rumah di Jl. Basuki Rahmad, Lamongan.
Advertisement
Baca Juga
"Huda sosok yang amat perhatian pada keluarga. Anaknya laki-laki semua. Satu masih SMP, satunya lagi masih SD," tutur Didik Ludianto, pelatih Persela U-19.
Didik mengaku menyesal karena tak bisa mendampingi Choirul Huda pada akhir hayatnya. Padahal, keduanya dikenal sangat dekat. Selain bertetangga, Huda dan Didik juga masih terikat tali saudara.
"Huda masih bersaudara dengan keluarga saya. Dia adalah keponakan mertua saya. Kami berdua amat dekat. Saya benar-benar masih tak percaya Huda meninggal dunia begitu cepat," aku Didik.
Choirul Huda sosok yang selalu mengutamakan anak dan istrinya. Saat sebelum dan sesudah pertandingan ia selalu menyempatkan diri mengontak keluarga untuk meminta doa restu.
Berpulangnya sang kiper jadi pukulan bagi keluarga kecilnya. Maklum, Huda selama ini jadi sosok yang diandalkan untuk mencari nafkah.
"Saya bisa berkarier panjang seperti saat ini karena dukungan keluarga. Semua saya lakukan buat istri dan anak," tutur Huda mengomentari pentingnya peran keluarga dalam sesi wawancara dengan Bola.com beberapa tahun silam.
Choirul Huda meninggal setelah mengalami cedera parah di dada dan kepala, akibat berbenturan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues. Keduanya sebenarnya sama-sama sedang berusaha mengamankan gawang Persela dari gempuran Semen Padang.
Seusai benturan tersebut, Choirul Huda pingsan dan dilarikan ke RSUD dr. Soegiri Lamongan, namun nyawanya tak tertolong.
Keterangan resmi dari rumah sakit menyatakan bahwa kiper berusia 38 tersebut meninggal karena mengalami hypoxia, atau penyumbatan aliran oksigen menuju otak.
Hypoxia dialami Choirul Huda karena dokter menduga ada cedera di batang otak akibat benturan keras tersebut. Kiper kelahiran Lamongan 2 Juni 1979 itu dinyatakan meninggal dunia pada pukul 16.45 WIB.
Persela Lamongan sendiri mengeluarkan rilis resmi bahwa Choirul Huda meninggal sekitar 30 menit berselang, atau pukul 17.15 WIB.
Choirul Huda adalah salah satu pemain sepak bola paling senior dalam kompetisi Liga 1, karena dia sudah membela Persela Lamongan selama 18 tahun. Selama membela klub dari kota kelahirannya itu, Choirul Huda sama sekali belum pernah berpindah klub.