Bola.com, Pasuruan - Kasus tertunggaknya gaji pemain Persekap Pasuruan kembali membuka aib akan masalah klasik yang terjadi di sepak bola Indonesia. Sejumlah pemain Laskar Untung Suropati mengaku belum mendapatkan hak secara penuh selama tiga bulan, medio Juli hingga September.
Berbagai langkahpun sudah dilakukan seperti meminta langsung kepada jajaran manajemen. Namun sejauh ini komunikasi yang dilakukan belum berbuah positif. Walhasil, sejumlah pemain harus pontang-panting mencari pemasukan mulai bermain sepak bola antarkampung (tarkam) hingga menjual beberapa barang.
Advertisement
Baca Juga
''Memang dari alasan yang dibeberkan manajemen ada indikasi sisa gaji kami tidak akan terbayar. Untuk itu kami berharap PSSI dan APPI (Asosiasi Pemain Sepakbola Profesional Indonesia-red) bisa membantu menyelesaikan masalah ini,'' ungkap pemain senior yang enggan disebut namanya tersebut kepada Bola.com, Selasa (31/10/2017).
Pemain tersebut menampik pernyataan manajer Persekap, Suhaemi yang menyebut sudah ada kesepakatan terkait masalah gaji. Sebab, sebelum kompetisi, pemain diyakinkan manajemen jika gaji akan lancar hingga akhir musim.
''Makanya setelah ada kepastian itu saya pribadi langsung sepakat untuk tanda-tangan kontrak. Ternyata hasilnya malah seperti ini,'' ketusnya.
Kasus tertunggaknya gaji pemain seakan bukan hal baru di kompetisi Tanah Air, utamanya di Liga 2 musim ini. Sebelumnya klub nomaden, Sragen United juga mengalami hal serupa setelah menunggak dua bulan gaji. Beruntung, sejak manajemen ditangani sementara Asprov PSSI Jateng dan pemiliki awal, problem tersebut akhirnya terkikis.
Demikian pula dengan kasus Persih Tembilahan yang tidak menghadiri laga menjamu PSBL Langsa dan PSMS Medan di Stadion Beringin Tembilahan. Kasus tersebut ditengarai karena gaji yang tertunggak sehingga pemain mogok bertanding.
Salah satu pemain depan Persekap memaparkan, beberapa kali manajemen berdalih anggaran habis untuk operasional. Padahal menurunya jika subsidi dari PSSI dan juga sponsor cair, hak pemainlah yang harus diprioritaskan.
''Jika manajemen mau bertanggung jawab, tentu masalah ini tidak akan terjadi. Ini semua karena tidak transparan dalam mengelola keuangan. Sehingga pemain-pemain seperti kami yang menjadi korban. Bagaimanapun caranya gaji harus dibayar,'' ucap salah satu pemain berposisi striker.