Bola.com, Jakarta - Anak-anak Negeri Tulehu mengalami masa-masa suram akibat konflik pada 1999. Anak-anak yang sebelumnya menghabiskan waktu bersepak bola dengan gembira, mengalami ketegangan dan ketakutan.
Melalui Sani Tawainella, sepak bola kembali memulihkan suasana desa. Kegiatan sepak bola yang dirintis Sani dalam bentuk SSB Tulehu Putra pada 1999, berbuah. Kehidupan warga Tulehu kembali bergairah, terutama sepak bola.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah pemain besar pun muncul dari Tulehu, antara lain Rizky Pellu, Alfin Tuasalamony, Hasim Kipuw, dan Pandi Lestaluhu. Keberhasilan yang mereka raih sekarang merupakan kenyataan dari mimpi dan keyakinan sebagian warga Tulehu, yaitu sepak bola adalah satu-satunya jalan meraih kesejahteraan.
Keyakinan dan mimpi itu juga yang membuat orangtua di Tulehu begitu giat mendorong dan mendukung anaknya bersepak bola. Sadar tidak sadar, warga Tulehu bergerak bersama membesarkan sepak bola di negeri mereka.
Tulehu setidaknya memiliki tiga lapangan, yaitu Lapangan Hurnala, Lapangan Darusalam, dan Lapangan Matawaru. Kegiatan mengantar dan menonton anak bermain sepak bola di lapangan menjadi ajang berkumpul antarwarga.
Persaudaraan pun terbangun dan berkembang. Saat menjadi besar, putra-putra Tulehu tak pernah melupakan kampung halaman yang membentuk mereka hingga menjadi seperti saat ini.
Ikatan itu juga terwujud dalam bentuk sepak bola. Setiap tahun, di Tulehu selalu ada pertandingan persahabatan yang menampilkan pemain-pemain asal Tulehu yang sudah berhasil, misalnya pertandingan sepak bola saat Idul Fitri.
Pada Juli 2015, warga Tulehu bahkan menggelar laga amal untuk membantu Alfin Tuasalamony memulihkan diri dari cedera akibat ditabrak mobil.
"Saya ambil bagian dalam pertandingan persahabatan yang diikuti para pemain pesepak bola profesional yang berasal dari Tulehu seperti Rizky Pellu dan Alfin Tuasalamony," ujar Hasim Kipuw, beberapa waktu lalu.
"Pertandingan persahabatan ini rutin diadakan setiap tahun untuk menghibur masyarakat Tulehu. Pertandingan ini juga untuk menjaga kondisi fisik saya sebelum kembali bergabung latihan bersama tim," lanjut Kipuw.
Sekarang, ada setidaknya lima putra Tulehu yang tengah menapaki jalan meraih mimpi, untuk menjadi pesepak bola yang lebih besar dari kakak-kakak mereka. Mereka adalah Alghy Fariz Nahumarury (13), Rizki Lestaluhu (14), Riski Ramdani (14), Ilham Lestaluhu (14), dan Saleh Al'Ayubi Pary (13).
Anak-anak ini punya masalah finansial keluarga. Beberapa dari mereka membantu orangtua mencari nafkah. Namun, bagi mereka tidak ada yang lebih besar dari mengejar mimpi menjadi pesepak bola. Bakat dan semangat Tulehu mengalir dalam diri mereka.
"Ya, karena sepak bola adalah satu-satunya kesempatan bagi orang desa ini mendapatkan kehidupan lebih baik. Orangtua kami bekerja sangat keras untuk menafkahi kami dan untuk mewujudkan impianku, mereka masih berusaha membelikanku sepatu bola karena sepatu bola tidak murah," ungkap Alghy.
"Jadi, biasanya, aku meminjam sepatu bola dari teman pada saat pertandingan atau latihan. Aku sangat gembira bisa membantu orangtua bekerja karena itu berarti aku bisa menabung. Semoga, aku bisa segera memiliki sepatu bola sendiri," lanjutnya.
Kini, anak-anak itu mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan mimpi mereka. Pada 27 November 2017, lima anak ini akan mengikuti turnamen Liga Remaja UC News, yang diselenggarakan anak perusahaan Alibaba Group, UC.
Dari turnamen ini, UC News akan memilih 11 pemain, termasuk lima anak tersebut. Sebelas pemain ini akan mengikuti pelatihan di Jakarta.
Sesi pelatihan di Jakarta adalah seleksi untuk mendapatkan satu pemain terbaik. Pemain terpilih akan mendapatkan kesempatan berlatih di Brazilian Soccer Schools, Bekasi.
Setelahnya, suatu hari nanti, warga Tulehu akan melihat Alghy, Rizki, Riski, Ilham, dan Saleh bermain di atas lapangan Tulehu pada saat Idul Fitri, seperti mereka melihat Hasim Kipuw dan timnya bermain pada Idul Fitri 2017. (dari berbagai sumber)