Aktivis Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menyoroti peran Komdis PSSI, yang menurutnya berperan seperti penagih utang (debt collector). Akmal menilai Komdis berorientasi materi saat menghukum klub klub di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Sekarang fokusnya kepada Komdis PSSI yang jadi debt collector. Komdis yang memberikan hukuman orientasinya materi. Tidak apa-apa mau banding, banding tapi entar naik lagi." ujar Akmal di sela-sela diskusi Save Our Soccer di Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Akmal mencontohkan, kasus Borneo FC yang mendapat hukuman larangan bertanding empat pertandingan tanpa penonton. Hukuman itu, kata Akmal, dikurangi menjadi dua pertandingan, tapi dinaikkan jumlah denda uangnya.
"Kemudian banding, dikurangi jadi dua Hukumannya Rp 250 juta jadi Rp 500 juta. Jadi yang dikejar uang," ujar Akmal.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dampak Negatif
Akmal menambahkan, jika pola sanksi seperti ini diteruskan bakal berdampak negatif pada sepak bola nasional. Menurutnya, pihak yang punya kemampuan finansial lebih akan menyepelekan sanksi dari Komdis.
"Orang yang punya uang akan mudah melanggar semuanya karena bisa dibayar," kata Akmal.
Lebih lanjut, menurut Akmal, Komdis PSSI pada musim lalu menerima sekitar Rp 7,32 miliar dari uang denda klub. Klub yang tercatat paling banyak membayar denda uang adalah Persib Bandung, yaitu lebih dari Rp 1 milar.
Advertisement
Penggunaan Uang Tak Jelas
Selain punya dampak negatif, Akmal juga menyoroti tidak transparannya alur dana denda tersebut. Akmal mengatakan, uang hasil denda tersebut seharusnya diputar oleh Komdis untuk pembinaan.
"Misalkan Persib bermasalah dengan suporternya. Gunakan uang itu untuk mengedukasi suporter Persib," kata Akmal.