Bola.com, Surabaya - Polemik mengenai Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, melarang pemain Timnas Indonesia untuk merumput di luar negeri terus berlanjut. Edy sempat mengatakan bahwa Evan Dimas dan Ilham Udin yang kini berseragam klub asal Malaysia, Selangor FA adalah pemain yang tidak nasionalis.
Hal ini pun mendapat sorotan dari pengamat sepak bola asal Jawa Timur, Hanafing. Pria yang memegang lisensi instruktur A AFC dan A FIFA itu menyatakan bahwa pemain sepak bola punya hak untuk bermain di luar negeri.
“Sebagai atlet, itu hak mereka untuk bisa menambah pengalaman di negeri orang. Kalau dipanggil timnas tapi pemain tidak mau, itu baru namanya tidak nasionalis. FIFA juga punya regulasi yang menyatakan bahwa setiap klub wajib melepas pemainnya jika dipanggil oleh timnas mengikuti pertandingan resmi,” kata Hanafing kepada Bola.com, Jumat (15/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Alasan bahwa keberadaan Evan dan Ilham bisa membuat Malaysia bisa hafal dengan gaya permainan Indonesia juga kurang tepat. Karena pada kenyataannya sepak bola merupakan permainan tim.
Lebih lanjut, Hanafing berpendapat bahwa kesempatan pemain untuk bermain di luar negeri seharusnya didukung oleh PSSI. Sebab, mereka akan bisa banyak menimba ilmu dan pengalaman di negara lain.
“Ini bukan soal kompetisi negara kita yang tidak lebih bagus dari negara lain. Tapi, dengan bermain di luar negeri, pemain akan lebih tertantang karena atmosfer kompetisi berbeda. Mereka akan jadi pemain asing di negera tersebut sehingga akan berusaha untuk menunjukkan yang terbaik karena merupakan representasi negara asal,” terang mantan pemain Niac Mitra itu.
Fenomena pemain Indonesia merumput di luar negeri pun sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, terdapat Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy yang juga pernah membela Selangor FA. Keduanya juga berhasil bersinar di klub tersebut.
Hanafing juga mencontohkan fenomena ini terjadi di beberapa negara Eropa. Misalnya, Portugal yang mayoritas pemain timnasnya justru mengadu nasib bermain di klub negara lain. Timnas Portugal dengan dipimpin oleh Cristiano Ronaldo pun akhirnya mampu menjadi kampiun di Euro 2016.
Contoh lain juga terjadi pada timnas Brasil yang mengalami hal serupa. Mayoritas pemain mereka justru merumput di klub Eropa. Brasil pun menjelma menjadi negara yang meraih trofi Piala Dunia terbanyak dengan mengoleksi lima gelar.
“Sebaliknya, kita lihat saja Inggris yang pemainnya jarang sekali merantau ke luar. Mereka bilang Premier League (kasta teratas Liga Inggris) merupakan liga terbaik. Tapi, timnasnya cuma sekali juara Piala Dunia. Itu pun sudah lama (tahun 1996), dan juara Euro juga tidak pernah,” ucap pria 54 tahun itu.
Hanafing menegaskan bahwa sebaiknya PSSI hati-hati dalam setiap mengambil keputusan. Sejauh ini, kompetisi yang telah diselenggarakan telah mengalami perbaikan dan peningkatan yang baik. Masalah ini sudah tidak seharusnya terjadi.
“Kalau melarang pemain itu namanya menghambat rezeki orang. Saya rasa tidak perlu sampai melarang. Dengan catatan, seperti juga sudah diatur oleh FIFA, ketika dipanggil timnas pemain harus meninggalkan klubnya,” ujar Hanafing.