Bola.com, Jakarta - Egy Maulana Vikri yang baru meneken kontrak dengan klub Polandia, Lechia Gdansk, bukan sosok pesepak bola asal Indonesia pertama yang berkiprah di kompetisi level elite Eropa. Sebelumnya ada lima figur lainnya yang sempat mencicipi kerasnya persaingan sepak bola Benua Biru, yang menjadi magnet bagi pemain bola dari seantero dunia.
Sebelum Egy ada sosok Bima Sakti (Helsingborg/Swedia), Kurniawan Dwi Yulianto (FC Luzern/Swiss), Irfan Bachdim (Utrecht FC/Belanda), Stefano Lilipaly (Utrecht FC/Belanda), Greg Nwokolo (SC Olhanense/Portugal).
Advertisement
Baca Juga
Sayangnya kesemua pemain yang disebut di atas tak ada yang bisa berkarier panjang di Eropa.
Misalnya saja Kurniawan dan Bima. Bakat keduanya dicium setelah memperkuat Timnas Indonesia U-19 yang berlaga di kompetisi junior Italia, Primavera.
Pada interval 1993-1995 PSSI yang disokong pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakrie, menggeber program mercusuar pelatnas jangka panjang di Italia. Mereka bekerja sama dengan salah satu klub Serie A, Sampdoria.
Kurniawan kemudian digaet FC Luzern, klub kontestan kasta utama Liga Swiss. Sang striker mencatatkan namanya sebagai pesepak bola Indonesia pertama yang mencetak gol di Liga Eropa. Golnya dicetak saat FC Luzern menghadapi raksasa Swiss, FC Basel.
Sayang, gol tersebut jadi satu-satunya gol Kurniawan di klubnya. Total Kurus turun ke lapangan membela FC Luzern di 10 laga pada musim kompetisi 1994.
Pasca membela Luzern, Kurniawan sempat dirumorkan bakal digaet Sampdoria. Ia sempat membela klub tersebut dalam lawatan ke Indonesia. Namun, proses kepindahannya tak pernah terwujud sampai akhirnya sang pemain mudik ke Indonesia.
Karier Bima Sakti di pentas kompetisi tertinggi Swedia di klub Helsingborg IF juga tak berkembang. Ia lebih banyak jadi pemain cadangan sepanjang musim 1995-1996.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Irfan Bachdim Mentereng di Akademi Ajax
Irfan Bachdim jadi sosok dengan karier mentereng di level junior. Pemain blasteran Malang-Belanda itu dididik di Akademi Ajax, klub legendaris Belanda.
Gagal naik kelas ke tim utama Ajax, penyerang kelahiran 11 Agustus 1988 itu kemudian digaet FC Utrecht.
Irfan jadi pelanggan posisi inti di tim Jong Utrecht. Sayang saat dipromosikan ke tim utama karier Irfan mentok. Selama tiga musim (2007-2009), sang pemain hanya sekali membela klubnya di pentas Eredivisie.
Irfan akhirnya diputus kontrak dan menghabiskan dua tahun kariernya di klub semipro Belanda, HFC Haarlem dan SC Argon.
Stefano Lilipaly jadi didikan akademi dua klub Eredivisie, AZ Alkmaar dan FC Utrecht. Pada musim 2009 Stefano masuk skuat inti Jong FC Utrecht, tim junior level kedua di klub itu.
Advertisement
Stefano Lilipaly dan Greg Nwokolo
Di musim pertamanya di Jong FC Utrecht, Stefano Lilipaly sukses mencetak delapan gol, termasuk satu gol di pertandingan debutnya.
Ia berandil besar dalam mengantarkan tim muda FC Utrecht merebut Piala KNVB Junior 2009-10 dengan mencetak dua gol di pertandingan final melawan Tim Junior De Graafschap yang berakhir dengan kemenangan 4-1 untuk FC Utrecht Junior.
Pelatih FC Utrecht Ton Du Chatinier menyebut Stefano punya kans jadi bintang besar. Ia tipikal pemain yang bisa bermain di banyak posisi.
Sabtu, 6 Agustus 2011, merupakan hari bersejarah bagi Stefano Lilipaly. Pemain kelahiran 10 Januari 1990 ini menjalani laga perdana di Eredivisie.
Saat itu FC Utrecht bertandang ke markas VVV Venlo. Pertandingan berakhir imbang kacamata. Stefano masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-77.
Sayang selepas itu karier pemain blasteran Belanda-Maluku itu macet di skuat utama FC Utrecht. Periode 2010-2012 ia hanya lima kali tampil membela klubnya dengan torehan dua gol.
Sebelum berkiprah di Bali United, Stefano Lilipaly sempat menghabiskan kariernya di dua klub kontestan kasta kedua Liga Belanda, SC Cambuur dan SC Telstar.
Greg Nwokolo yang berdarah Nigeria baru mengantungi status WNI pada tahun 2011. Sebelumnya pada musim 2009-2010 striker kelahiran 3 Januari 1986 itu sempat berkiprah di kompetisi tertinggi Portugal (Liga Pro) bersama klub Olhanense.
Pada Liga Pro Portugal musim 2008-2009 Greg bermain di 13 laga dengan koleksi lima gol. Dianggap kurang produktif kontrak Greg tak diperpanjang. Ia kemudian kembali ke Indonesia memperkuat Persija Jakarta.