Bola.com, Jakarta - Boaz Solossa tampil memesona bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. Berstatus sebagai kapten, penyerang asal Persipura Jayapura jadi mesin gol utama Tim Merah-Putih dengan torehan tiga gol. Namun, entah mengapa ketajamannya seperti menghilang dua tahun belakangan ini.
Semenjak Timnas Indonesia ditangani Luis Milla per Februari 2017 Boaz puasa gol cukup panjang. Namanya pun mulai jarang ada dalam daftar pemain Tim Garuda.
Baca Juga
Marteen Paes Kebobolan 4 Gol saat Timnas Indonesia Vs Jepang, Ternyata Statistik Kebobolan di Klub Lebih Parah
Kecewanya Jay Idzes Setelah Timnas Indonesia Babak Belur di Tangan Jepang: Kami Tak Mau Menyerah!
PR Besar Timnas Indonesia agar Tidak Kalah Lagi saat Hadapi Arab Saudi: Wajib Cetak Gol saat Dapat Peluang!
Advertisement
Sepanjang dua tahun terakhir ia baru tiga kali dipanggil ke Timnas Indonesia. Yang pertama saat timnas beruji coba melawan Fiji (2/9/2017) dengan skor akhir 0-0. Selanjutnya kala Timnas Indonesia bersua Islandia (14/9/2014).
Dalam laga yang berkesudahan 1-4 tersebut Boaz tak menyumbang gol. Terakhir pada (11/9/2018) silam, Boaz yang jadi pemain utama Tim Merah-Putih juga gagal menjebol gawang Mauritius. Sebiji gol kemenangan timnas disumbang Evan Dimas.
Boaz yang kini berusia 32 tahun (kelahiran Sorong, 16 Maret 1986) dinilai sejumlah pengamat sudah habis. Fakta tersebut didukung kalau pemain yang akrab disapa Bochi itu namanya mulai tak lagi menghiasi daftar atas pencetak gol kompetisi kasta elite Tanah Air.
Musim lalu di pentas Liga 1, Boaz Solossa hanya menyumbang 10 gol. Ia kalah produktif dibanding penyerang asing asal Brasil, Addison Alves, yang mencetak 15 gol buat Tim Mutiara Hitam.
Padahal, bicara reputasi Boaz sedikit dari pemain lokal yang seringkali menerobos persaingan atas daftar top scorer kompetisi elite Indonesia.
Ia tercatat sebagai pengoleksi gelar sepatu emas di Indonesia Super League musim 2008-2009 (28 gol), 2010-2011 (22 gol), dan 2013 (25 gol).
Sinar kebintangannya pun kian gemerlap dengan deretan gelar juara yang ia persembahkan buat Persipura. Boaz mengantar klub kampung halamannya menjadi juara kasta tertinggi musim 2005, 2008-2019, 2010-2011, 2013, dan 2015 (kompetisi nonresmi).
Selain Bambang Pamungkas, Boaz satu-satunya penyerang lokal yang kariernya di level elite cukup panjang. Memulai karier profesional pada tahun 2005, pemain yang sempat tiga kali mengalami cedera berat itu, tetap jadi andalan Persipura hingga kini.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Keberuntungan Seperti Menjauh
Boaz Solossa sudah menyatakan niat ingin pensiun usai gagal mempersembahkan gelar juara Piala AFF 2016. Sesuai laga final melawan Thailand, pemain yang identik dengan nomor punggung 86 itu mengumumkan rencananya tutup buku di Tim Merah-Putih.
"Saatnya saya pensiun, biar pemain-pemain muda yang membela Timnas Indonesia," ujar Boaz.
Pernyataan Boaz sempat memicu kontroversi, publik sepak bola Tanah Air berharap ia belum pensiun dari timnas. Ia dipandang masih jadi penyerang terbaik Indonesia, sekalipun usianya mulai senja sebagai pesepak bola.
Belakangan, setelah berdiskusi dengan keluarganya, Boaz meninjau ulang rencananya menepi dari skuat Garuda. "Tapi semua berpulang pada pelatih. Jika diminta saya pasti mau, tapi jika sebaliknya saya juga tak mempersalahkan," ujarnya.
Antusiasme Boaz sendiri muncul setelah melihat kiprah Luis Milla di Timnas Indonesia. Boaz kepincut dengan gaya bermain pelatih asal Spanyol tersebut, yang ia sebut sukses menyajikan permainan sepak bola indah di timnas. Boaz melihat permainan timnas besutan Milla di SEA Games 2017 mirip dengan style Persipura, mirip-mirip gaya Samba Brasil atau Tiki-taka Spanyol.
"Luis Milla pelatih bagus. Permainan timnas enak ditonton," ucap ayah empat anak tersebut.
Tapi entah mengapa, keberuntungan Boaz seperti menjauh di rezim Luis Milla. Sempat dicoba kemampuannya dalam proses seleksi pemain senior buat Asian Games, nama Boaz terpental dari skuat Timnas Indonesia U-23 karena dianggap gagal menyajikan ketajaman.
Milla akhirnya lebih memilih figur Alberto Goncalves, striker naturalisasi asal Brasil yang sudah uzur usianya (37 tahun). Fakta menunjukkan Beto bisa menjadi solusi mandulnya lini depan Tim Merah-Putih.
Pemain yang pernah jadi duet sehati Boaz di Persipura itu menyumbang empat gol buat Timnas Indonesia U-23. Ia jadi pemain paling produktif bareng gelandang serang, Stefano Lilipaly, yang uniknya juga jadi pemain paling tajam buat Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 bareng Boaz.
Advertisement
Penasaran Gelar Piala AFF
Apakah ini pertanda sangkakala karier Boaz Solossa di Timnas Indonesia?
Pertanyaan ini masih jadi perdebatan. Faktanya di era kepemimpinan Luis Milla bukan Boaz saja yang ketajamannya menghilang. Deretan striker top lain pernah dicobai kemampuannya oleh mentor asal Negeri Matador tersebut, tapi nasibnya sama. Ilija Spasojevic, Lerby Eliandry, Irfan Bachdim, juga terlihat seperti mati angin dalam laga-laga persahabatan internasional.
Bicara soal kemampuan Boaz juga tak bisa dibilang sudah habis. Di Liga 1 2018, Boaz mencatatkan diri sebagai penyumbang gol terbanyak buat Persipura dengan koleksi enam gol.
Sebuah pencapaian yang terhitung bagus mengingat Persipura musim ini dihuni banyak pemain muda minim pengalaman. Walau tak lagi muda Boaz masih amat ambisius menjalani kariernya.
"Buat saya sepak bola adalah segalanya. Saya selalu ingin jadi yang terbaik," kata Boaz dalam sebuah percakapan dengan Bola.com.
Boaz masih punya mimpi mengantarkan Timnas Indonesia juara Piala AFF, torehan gelar yang belum pernah dirasakan.
"Boaz punya mentalitas selalu ingin menjadi pemain. Dan sebagai sahabatnya saya tahu benar ia masih penasaran dengan Piala AFF. Bochi tidak akan pensiun sebelum dapat gelar," papar Ricardo Salampessy, bek senior Persipura yang notabene sahabat baik Persipura.
Namun, apakah Boaz Solossa akan jadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 bergantung pada keputusan pelatih. Saat ini kursi nakhoda Tim Garuda masih lowong, karena Luis Milla belum memberi jawaban terhadap tawaran perpanjangan kontrak dari PSSI. Tak mudah bagi Boaz bertahan di tengah arus perubahan. Ia harus benar-benar terlihat spesial di tengah-tengah pemain muda yang kini jadi tulang punggung timnas.