Sukses


Frets Butuan Sukses Menjadi Mimpi Buruk Perseru

Bola.com, Serui - Laga dua tim papan bawah, Perseru kontra PSMS Medan di Stadion Marora Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Minggu (16/9/2018), benar-benar sengit.

Duel yang berakhir imbang 1-1 itu jadi bukti ketatnya pertarungan di lapangan. Hasil seri ini memang sangat menyakitkan. Laskar Cenderawasih Oranye punya kans besar mengamankan jatah kandang yang sudah di genggaman kala Alberto Antonio mampu mengeksekusi hadiah penalti di menit 72.

Adalah Frets Listanto Butuan sebagai momok sekaligus penghancur harapan bagi tuan rumah yang berambisi meraup poin penuh di kandang sendiri. Apalagi gol penyeimbang itu terjadi saat injury time. Ketika anak asuh I Putu Gede Swi Santoso telah bersiap merayakan pesta.

"Hasil ini sangat menyakitkan. Ketika kami sangat membutuhkan poin untuk lepas dari jurang degradasi. Dan gol lawan di menit akhir. Sehingga kami harus menerima kenyataan pahit ini dengan lapang dada," tutur I Putu Gede.

Padahal, lanjut I Putu Gede, anak asuhnya menguasai jalannya permainan. Namun pelanggaran yang berbuah tendangan bebas mampu dimaksimalkan pemain PSMS.

"Saya tak menyalahkan pemain. Mereka sudah main maksimal. Bahkan ada pemain yang cedera memaksa tampil demi tim ini. Gol yang terjadi dalam situasi sulit, karena silau sinar matahari. Tendangan bebas itu dari arah barat pertahanan kami. Selain itu, bola yang disundul pemain PSMS menerobos kerumunan pemain, dimana pandangan kiper terhalang," ungkap I Putu Gede.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Tragedi Kedua Musim Ini

Arsitek asal Malang ini menyebut hasil buruk ini merupakan tragedi bagi tim asuhannya sepanjang musim ini. I Putu Gede menyebut gol PSMS yang dicetak Frets Listanto Butuan saat injury time itu mengingatkan momen serupa kala Perseru dipermalukan PSM Makasar 0-1 pada laga pembuka di kandang sendiri.

"Gol PSM saat itu juga terjadi di menit akhir. Bedanya, ketika itu kami hanya bisa melakukan lemparan bola ke lapangan, lalu wasit meniup peluit tanda bubar. Sementara lawan PSMS, kami cuma menendang bola di tengah lapangan, lalu bubar. Ini dua tragedi yang benar-benar menyakitkan," ungkap I Putu Gede.

Dari dua peristiwa itu I Putu Gede menganalisa bila anak asuhnya selalu kesulitan meraih kemenangan ketika tim mengawali laga di kandang baik itu mulai kompetisi atau setelah libur panjang.

"Artinya, anak-anak sulit menemukan sentuhan terbaiknya di awal laga kandang. Saat dikalahkan PSM, kami baru melakukan persiapan tim. Sedangkan lawan PSMS, kami usai Iibur panjang," jelasnya.

Kesimpulannya, faktor mental jadi hal krusial bagi pemain bila menghadapi situasi seperti itu.

"Kayaknya anak-anak seperti punya beban mental berat. Ketika dikalahkan PSM, mereka merasa menghadapi tim kuat. Sementara melawan PSMS, mereka punya beban sesama tim papan bawah," katanya.

Arsitek asal Malang ini menyebut hasil buruk ini merupakan tragedi bagi tim asuhannya sepanjang musim ini. I Putu Gede menyebut gol PSMS yang dicetak Frets Listanto Butuan saat injury time itu mengingatkan momen serupa kala Perseru dipermalukan PSM Makasar 0-1 pada laga pembuka di kandang sendiri.

"Gol PSM saat itu juga terjadi pada menit akhir. Bedanya, ketika itu kami hanya bisa melakukan lemparan bola ke lapangan, lalu wasit meniup peluit tanda bubar. Sementara lawan PSMS, kami cuma menendang bola di tengah lapangan, lalu bubar. Ini dua tragedi yang benar-benar menyakitkan," ungkap I Putu Gede.

Dari dua peristiwa itu I Putu Gede menganalisis bila anak asuhnya selalu kesulitan meraih kemenangan ketika tim mengawali laga di kandang baik itu mulai kompetisi atau setelah libur panjang.

"Artinya, anak-anak sulit menemukan sentuhan terbaiknya di awal laga kandang. Saat dikalahkan PSM, kami baru melakukan persiapan tim. Sedangkan lawan PSMS, kami usai Iibur panjang," jelasnya.

Kesimpulannya, faktor mental jadi hal krusial bagi pemain bila menghadapi situasi seperti itu.

"Kayaknya anak-anak seperti punya beban mental berat. Ketika dikalahkan PSM, mereka merasa menghadapi tim kuat. Sementara melawan PSMS, mereka punya beban sesama tim papan bawah," katanya.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer