Bola.com, Surabaya - Satu di antara catatan hitam sepak bola Indonesia terjadi akibat perseteruan antarsuporter. Di Jawa Timur, ada dua kelompok suporter yang menjadi seteru abadi, yakni Aremania (pendukung Arema FC) dengan pendukung Persebaya Surabaya, Bonek.
Bertahun-tahun sudah konflik kedua suporter ini terjadi. Telah banyak nyawa melayang akibat bentrok antara pendukung Arema dengan Persebaya ini.
Advertisement
Baca Juga
Padahal, berbagai upaya telah dilakukan untuk mendamaikan mereka, namun hingga kini, ketegangan antara kedua kelompok suporter ini tak juga surut.
Satu di antara dedengkot suporter lawas Persebaya, M. Romdlon, mengaku jemu dengan permusuhan yang tak berujung ini. Baginya, semua perselisihan yang berakar dari masa lalu itu seharusnya sudah dihilangkan dan berakhir damai.
Namun, Romdlon mengakui, tidak mudah menyelesaikan konflik ini dan membuat kesepakatan damai antara Bonek dengan Aremania.
Bukan semata-mata karena dendam lama yang turun-temurun, tetapi karena pemangku kepentingan sepak bola di Indonesia, khususnya di Jawa Timur kurang serius menangani masalah ini.
"Saya katakan kurang serius, karena tidak ada upaya konkret yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan perdamaian antara keduanya. Karena ini bukan hanya tugas PSSI selaku pemilik hajat sepak bola di Indonesia, tapi semua pihak, termasuk pemerintah dan aparat," tuturnya.
Menurut Romdlon, pemerintah bekerja sama dengan PSSI dan aparat dari kepolisian dan TNI seharusnya tidak hanya memfasilitasi saja, melainkan melakukan pendampingan langsung pada suporter, memberikan edukasi, dan membuat agenda-agenda rutin yang bersifat positif, serta menata mental maupun moral lewat acara keagamaan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Saling Instrospeksi
Mantan Ketua Persebaya Fans Club (PFC) itu menyarankan pemerintah untuk turun langsung mengajak suporter membuat kegiatan-kegiatan kreatif dengan tema-tema positif.
"Dari situ disisipkan pesan-pesan moral dan dengan perlahan-lahan mengarahkan mereka untuk memahami tujuan sepak bola yang seharusnya menjunjung persaudaraan, memahami arti fairplay dan sportivitas. Intinya, suporter butuh contoh riil dan langsung dari stakeholder sepak bola kita," lanjut Romdlon.
Baginya, hukuman sekeras apa pun tidak akan efektif membuat suporter yang doyan rusuh, jera. Tanpa ada tindakan preventif dan persuasif kepada mereka, ia meyakini akan sulit mengakhiri perseteruan tersebut.
"Yang pasti, hukuman berat yang dijatuhkan sesaat setelah kejadian tidak akan menyelesaikan masalah. Yang dibutuhkan pendekatan langsung dan berkelanjutan. Ini bukan soal bobot sanksi yang hanya sekali itu saja," ujarnya.
Namun, Romdlon sangat berharap, semua pihak khususnya suporter Persebaya dan Arema, saling introspeksi dan tak perlu saling menyalahkan satu sama lain. Apalagi menarik konflik lama yang membuat suasana terus memanas.
"Kita ini sama-sama hidup di Indonesia, bendera kita sama, Merah Putih. Jadi, mari kita junjung tinggi keutuhan NKRI, bukan kedaerahan," katanya.
Advertisement