Bola.com, Solo - Kepemimpinan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, terus mendapat sorotan publik pasca kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Timnas Indonesia babak belur di grup B karena hanya mampu nangkring di urutan keempat, kalah bersaing dengan Thailand, Filipina, dan Singapura.
Advertisement
Baca Juga
Namun, tidak hanya perihal kegagalan Timnas Indonesia yang membuat Edy Rahmayadi terus dihujani kritikan bahkan dikecam agar segera meninggalkan jabatan Ketua Umum PSSI.
Kritikan negatif terkait Edy Rahmayadi berpusat pada sifatnya yang dianggap arogan, rangkap jabatan, tata kelola kompetisi yang amburadul, kematian suporter, hingga isu pengaturan skor dan mafia.
Tagar EdyOut terus tersebar di seantero negeri demi federasi sepak bola yang lebih baik. Namun, pernyataan berbeda justru dilontarkan mantan anggota Timnas Indonesia di era 1990-an, Agung Setyabudi.
Mantan pemain asal Solo yang pernah menjadi kapten Timnas Indonesia itu justru menilai bukan kesalahan pada sosok Edy Rahmayadi, di tengah hujatan kepada PSSI. Sepeti diketahui, Edy Rahmayadi terpilih sebagai Ketum PSSI pada 2016.
Pria yang saat itu menjabat Pangkostrad, terpilih menjadi ketua umum PSSI periode 2016-2020 setelah mendapatkan 76 suara dalam Kongres Pemilihan, sementara calon lainnya, Moeldoko, meraih 23 suara, dan Eddy Rumpoko hanya mendapatkan satu suara.
"Pak Edy Rahmayadi harus tetap bekerja sebagai Ketua Umum PSSI sampai periodenya selesai. Beliau terpilih secara sah untuk memimpin PSSI, ya harus selesai sampai KLB berikutnya. Biarkan beliau bekerja dan dilihat hasilnya sampai masa baktinya selesai. Masyarakat memintanya mundur paling ujung-ujungnya karena politik," tutur Agung Setyabudi kepada Bola.com, Kamis (29/11/2018).
Pria yang memiliki 53 caps di Timnas Indonesia ini juga berujar lingkungan di sekitar Edy Rahmayadi yang menjadi perusak sepak bola Indonesia dan federasi PSSI.
Hal itu diakuinya dengan melihat situasi PSSI sekarang, yang jauh berbeda ketika Agung Setyabudi masih bermain di Timnas Indonesia. Ia berharap ada revolusi total di tubuh PSSI saat KLB berikutnya.
"Pada zaman saya bermain dulu, orang-orang di PSSI hanya fokus untuk federasi. Pengurusnya ya bekerja hanya untuk PSSI, bukan dijadikan pekerjaan sambilan seperti sekarang ini. Bahkan almarhum Pak Kardono (Ketua Umum PSSI saat itu) sampai hal sekecil pemain Timnas ulang tahun saja, beliau tahu," kata Agung.