Jakarta - Bambang Suryo mengungkapkan prosedur yang dia terapkan dalam praktik pengaturan skor. Pria yang selama ini berperan sebagai perantara (runner) antara bandar dan operator lapangan tersebut, mengungkapkan beberapa jalan yang bisa dia tempuh.
Menurut Bambang, langkah pertama pada pengaturan skor adalah mencoba mendekati manajemen salah satu tim yang pertandingannya diatur.
Advertisement
"Saya akan lihat dulu, apakah manajemen klub tersebut perlu uang atau tidak," ujar Bambang Selasa (4/12/2018).
"Jika manajemennya lurus, dan tidak perlu uang, saya tak akan masuk. Saya akan gunakan cara lain," sambungnya.
Cara lain ini, menurut BS -sapaan karib Bambang Suryo, adalah mendekati pelatih dari klub bersangkutan. Jika cara ini pun gagal, mantan pemain PS Palembang tersebut menyebut akan mendekati pemain.
"Biasanya ke pemain ini tak pernah gagal," kata pria yang tengah tersandung kasus ajakan match fixing bersama PS Ngada di pentas Liga 3.
Pria kelahiran 30 Agustus ini tak mau hanya mendekati seorang pemain saja. Biasanya, ia mendekati lima sampai enam pemain dalam usaha pengaturan skor.
"Saya biasanya menggunakan orang yang dekat dengan pemain tersebut. Namun, kalau kenal dekat, saya sendiri yang dekati pemain tersebut," tutur BS.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Asing Juga Bisa
Tak hanya pemain lokal, pemain asing pun tak lepas dari pendekatan runner. Bahkan, BS menyebut pemain pertama yang ia dekati saat mengawali karier sebagai runner adalah pemain asing.
"Ketika menggarap pertandingan antara dua tim asal Jawa Tengah, saya dekati pemain asing mereka. Dan, itu berhasil," kenangnya.
Selain pemain, BS biasanya juga menggarap wasit. Ia berkoordinasi dengan para pengadil ini mengenai skenario yang diharapkan terjadi di lapangan.
"Kami sudah beritahu wasit bahwa nanti kejadiannya bakal seperti apa, misal pada 15 menit ke atas sudah ada terjadi gol," paparnya.
"Biasanya, 'bola jalan' ini lebih bagus ya, dapatnya besar. Apalagi, jika ada gol di atas menit ke-85. Krusial. Ini uang besar," ia menambahkan.
Lebih lanjut, BS menggarisbawahi, kendati ada beragam pintu masuk, ada satu kesamaan. Hal tersebut, sambung pria yang saat ini menjabat sebagai manajer Metro FC ini, adalah uang.
"Semuanya bermuara ke uang. Jadi UUD, ujung-ujungnya duit," tuturnya.
Advertisement
Ratusan Juta
Dari data yang didapat Bola.net, ada beragam pihak yang menerima order dari bandar, melalui runner. Dalam laga Divisi Utama 2013 antara klub asal Sumatra dan klub asal Jawa Timur, uang senilai ratusan juta masuk ke manajemen klub asal Sumatra.
Sementara, pada laga Divisi Utama 2013 antara dua klub Jawa Tengah, bandar Nanda asal Malaysia melalui runner lokal memberikan uang senilai Rp 350 juta pada asisten manajer salah satu tim. Menurut kesaksian pelatih tim tersebut, uang ini dibagi-bagikan pada seluruh anggota tim.
Dalam kompetisi yang sama, kali ini pada pertandingan antara dua tim Jawa Tengah yang lain, bandar Michael asal Malaysia memberi uang yang tak disebutkan nominalnya pada pemain asing salah satu tim.
Kejadian sedikit berbeda pada salah satu pertandingan ISL 2014. Pada pertandingan tersebut, melalui runner lokal, bandar Jimmy Ruslan asal Malaysia memberi pengawas pertandingan uang senilai Rp 200 juta untuk mengatur agar salah satu tim menang 1-0.
Sebagai panjar, pengawas pertandingan tersebut menerima Rp 50 juta. Sementara, sisanya diterima di sebuah hotel di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pada kompetisi ISL 2014 juga, Jimmy sempat memberikan uang senilai Rp 200 juta pada seorang pelatih tim asal Jawa Timur, untuk mengatur pertandingan antara timnya dan tim asal Kalimantan. Namun, pelatih tersebut menolak. Akhirnya, runner memberikan uang ini pada asisten pelatih tim asal Jawa Timur ini.
Sumber: Bola.net