Bola.com, Jakarta - Pelatih Mitra Kukar, Rahmad Darmawan, tak kaget dengan kasus pengaturan skor yang belakangan mencuat di sepak bola Indonesia. Menurutnya, hal itu sudah terjadi sejak dulu karena ia pernah mengalaminya ketika masih menukangi Sriwijaya FC pada 2009.
Advertisement
Baca Juga
Percobaan pengaturan skor terjadi dalam laga penyisihan grup Liga Champions Asia. Ketika itu, Sriwijaya FC yang sudah tidak berpeluang lolos fase grup menjamu Shandong Luneng yang mengincar tiket fase knock out.
Rahmad Darmawan mengaku ditelepon orang yang siap membayar Rp1,5 miliar. Syaratnya, Sriwijaya FC harus kalah dan memuluskan langkah Shandong Luneng ke babak selanjutnya.
Situasi saat itu sempat membuat pelatih yang akrab disapa RD itu gamang. Penyebabnya, ketika itu Sriwijaya FC sedang mengalami masalah finansial karena telat membayarkan gaji pemain.
"Pernah sekali saat di Sriwijaya FC pada laga Liga Champions Asia. Waktu itu pernah mereka menawarkan Rp1,5 miliar kebetulan kami telat gajian satu bulan setengah," kata RD kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (8/12/2018).
"Orang yang telepon saya minta bertemu. Saya tidak mau dan dia telepon lagi. Kami kalah atau menang tidak pengaruh, jadi mereka minta kami mengalah," ungkap RD.
Adanya masalah finansial membuat RD khawatir para pengatur skor berusaha membujuk pemain Sriwijaya FC. Kekhawatirannya bertambah ketika Laskar Wong Kito kebobolan dua gol pada babak pertama.
Namun, pada akhirnya di babak kedua mereka mampu meraih kemenangan 4-2 setelah mencetak gol melalui Keith Kayamba Gums (53'), Zah Rahan (73', 80'), dan Mohammad Nasuha (87').
"Dia ngakunya orang Indonesia dan berteman dengan pihak Shandong Luneng ketika itu. Mereka sempat unggul lebih dulu dan itu membuat saya takut. Jangan-jangan ada pemain yang bermain. Namun, Alhamdulillah kami bisa menang 4-2. Itu satu-satunya kejadian yang saya alami," ujar Rahmad Darmawan.