Bola.com, Kediri - Dua tugas sekaligus diemban Liestiadi di tim Celebest FC yang saat ini berjuang di babak delapan besar grup timur Liga 3 yang berlangsung di Stadion Brawijaya Kota Kediri, 16-22 Desember.
Soal profesionalisme Liestiadi sangat paham karena tugasnya sebagai pelatih. Namun, dia menekankan pada sikap respek dan sportif pada anak didiknya.
Advertisement
Baca Juga
"Mayoritas pemain saya berusia 18-20 tahun. Mereka masih belia dan butuh bimbingan untuk menjadi pesepakbola profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak di sepak bola. Saya ingatkan anak-anak agar main sportif dan haram menerima uang yang bukan hak mereka," tutur Liestiadi.
Soal sportifitas ini, Liestiadi mengajarkan anak-anak Tanduk Anoa menerima hasil apapun di sebuah pertandingan. Meskipun mereka didzalimi di pertandingan.
"Seperti partai melawan Persatu itu. Sebenarnya anak-anak marah, karena wasit lebih berpihak kepada lawan. Tapi mereka tetap respek kepada wasit dan pemain Persatu. Saya harus meredam emosi pemain," ungkapnya.
Tugas paling berat bagi Liestiadi adalah membangkitkan motivasi para pemain yang baru saja ditimpa gempa dan tsunami yang menghantam Palu.
"Kondisi mental dan emosi anak-anak sedang drop karena bencana di Palu. Tapi saya berusaha memotivasi bahwa hidup akan terus berjalan. Mereka harus menatap masa depannya. Meskipun mereka sulit melupakan musibah yang dialaminya," jelas Liestiadi.
Akibatnya, ketika Lucky Octavianto dkk. merasa dikerjai wasit di lapangan, emosi mereka pun mudah tersulut.
"Siapa pun bila sedang dirundung duka akan gampang marah. Apalagi ini anak-anak muda yang psikologisnya belum stabil. Tapi saya salut, karena mereka mampu meredam suasana hati yang gundah," ujar Liestiadi.