Bola.com, Jakarta - Senjata makan tuan. Bambang Suryo yang beberapa pekan belakangan menggebar-ngemborkan adanya permainan pengaturan skor di kompetisi sepak bola Tanah Air, kini tersandung kasus serupa di pentas Liga 3.
Pria yang akrab dipanggil BS itu dalam acara talkshow Mata Nazwa dengan tema "PSSI Bisa Apa? Jilid 2" pada Rabu (19/12/2018) tak bisa mengelak saat dihadapkan oleh presenter Najwa Shihab dengan pelatih PS Ngada, Kletus Marselinus Gabhe.
Advertisement
Kletus Marselinus Gabhe buka-bukaan kasus ajakan suap untuk memuluskan PS Ngada ke babak 16 besar Liga 3 2018. Ajakan tersebut dilayangkan BS lewat sambungan telepon dan pesan singkat.
Bambang menawari PS Ngada untuk lolos bersama dengan klub yang dimanajerinya Persekam Metro FC dengan menyetor dana masing-masing Rp 100 juta yang akan disetor ke Joko Driyono (Wakil Ketua Umum PSSI) dan Andi Darussalam Tabussala (mantan pengurus PSSI).
"Awalnya saya mendapat pesan singkat dan dilanjutkan telepon dari pria yang mengaku sebagai manajer Persekam Metro FC. Intinya mengajak bekerja sama meloloskan klub kami dengan membayar uang dengan nominal tertentu," kata Marselinus Gabhe.
Rekapan percakapan antara BS dengan Kletus Marselinus Gabhe diputar di Mata Nazwa.
Respons Bambang Suryo?
"Ya benar saya memang menelepon pelatih PS Ngada. Tapi maksudnya mencari informasi untuk mengetahui bermain atau tidak. Saya berniat menjebak. Menurut kepolisian, harus ada bukti kuat. Caranya ya dengan ikut masuk," ujar pria berkepala plontos tersebut.
Berupaya memperkuat alibinya BS berujar, "Buktinya tim saya kalah dari Persik Kediri dan PS Ngada dan tidak lolos," ujar Bambang Suryo yang mengaku mantan pelaku match fixing yang bekerja sama dengan bandar internasional.
Sebelum Marselinus Gabhe dapat kesempatan bicara oleh Nazwa Shihab, BS sempat mengaku sudah bertobat. "Demi Tuhan dan anak-istri, saya tidak lagi ikut terlibat dalam pengaturan skor."
Marselinus Gabhe tampak tersenyum melihat Bambang Suryo memberi penjelasan. "Intinya saya tolak ajakan. Prinsip kami kalau memang lolos ya kami ingin lolos dengan usaha sendiri, kalaupun harus gagal ya juga atas perjuangan sendiri."
"Kami sudah melaporkan secara resmi ke Komisi Disiplin PSSI. Kami akan mengikuti prosesnya."
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Latar Belakang Kasus
Kronologis kasus ajakan match fixing yang melibatkan PS Ngada dan Persepam Metro FC bermula pada tanggal 21 November 2018 lalu, pelatih PSN, Kletus Marselinus Gabhe, ditelepon seseorang yang mengaku bernama Bambang Suryo (BS), Manajer Tim Persekam Metro FC Malang.
BS salah satu pelaku sepak bola yang sempat buka-bukaan soal match fixing di acara talkhow Mata Najwa yang bertajuk "PSSI Bisa Apa?" yang ditayangkan Rabu (28/11/2018) malam di stasiun televisi, Trans7.
Ia mengaku pelaku pengaturan skor yang telah bertobat, ingin memperbaiki kondisi sepak bola nasional dengan membuka tabir kasus-kasus match fixing di kompetisi yang berpayung ke PSSI. Menurut klaim BS, ia sempat berkolaborasi dengan bandar-bandar besar judi sepak bola internasional di masa lalu.
Mendapat telepon dari BS, Kletus Marselinus Gabhe bersikap hati-hati. Percakapan dirinya dengan BS itu direkam. Mantan pemain klub amatir Toureast di Denpasar itu tahu siapa BS. Makanya dia bersikap waspada.
Pembicaraan itu, tutur Marselinus Gabhe, dibuka dengan ucapan BS yang mengajak klubnya lolos ke babak 16 besar Liga 3 bersama Persekam Metro FC.
"BS sampaikan rencananya kami lolos berdua ke babak 16 besar. Lalu, saya tanya bagaimana caranya?" ujar Marselinus Gabhe kepada Bola.com.
Bambang Suryo kemudian menjelaskan rencananya tersebut secara terperinci. Pria berkepala plontos itu meminta pihak PS Ngada menyediakan uang Rp 100 juta untuk patungan biaya lolos ke babak 16 besar.
"Jadi kami dan BS patungan masing-masing Rp 100 juta untuk memuluskan pertandingan kami di babak ini. Uang itu untuk menata perangkat pertandingan di babak ini. BS bilang Persik tak punya uang. Mereka hanya mengandalkan tim saja," ungkap Marselinus Gabhe.
Menurut penuturan Marselinus Gabhe yang mengutip rekaman percakapan itu, uang tersebut akan disetor kepada ADS dan beberapa petinggi PSSI yang disebut-sebut bisa membantu melancarkan rencana jahat itu.
"Uang itu nanti saya yang setor ke ADS dan Jokdri," ucap Marselinus menirukan ucapan BS dalam rekaman tersebut.
Marselinus Gabhe pun minta penjelasan siapa ADS dan Jokdri yang dimaksud BS. "Ternyata BS menjelaskan ADS itu Andi Darussalam dan Jokdri adalah Joko Driyono," tutur Marselinus Gabhe.
Dalam percakapan itu pelatih PSN bertanya uang sebesar itu untuk mengawal sampai babak apa? "Itu hanya sampai lolos ke babak 16 besar. Kalau ingin lolos ke babak berikutnya harus bayar lagi," ucap BS.
Tapi akhirnya Marselinus Gabhe menutup pembicaraan itu dengan alasan kapasitasnya di tim PSN Ngada yang hanya sebagai pelatih. "Saya hanya pelatih. Saya tak punya wewenang memutuskan. Kayaknya kami juga tak punya uang sebanyak itu," tutur Marselinus Gabhe.
Joko Driyono memberi jawaban pendek soal namanya yang terbawa-bawa. "Ya namanya dicatut pasti bohong. Saya dapat update tentang itu, dan saya minta PS Ngada melaporkan si pencatut ke PSSI," tulis Joko lewat pesan singkat yang dikirimkan ke Bola.com.
Advertisement