Bola.com, Jakarta - Sani Rizki Fauzi tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya ketika namanya masuk dalam 38 pemain yang dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-22. Maklum, itu menjadi kali pertama pemain asal Sukabumi, Jawa Barat, tersebut mendapatkan kesempatan untuk membela negara.
Advertisement
Baca Juga
Tingginya memang tak sampai 170 cm, atau lebih tepatnya berada di angka 165 cm. Berat badannya pun terasa kurang ideal untuk ukuran pesepak bola.
Namun, siapa sangka di balik sosoknya yang kecil itu terdapat kualitas yang besar. Hal itu sudah dibuktikan Sani ketika dipercaya mentas di Liga 1 2018.
Sani mencatatkan 18 penampilan di Liga 1 bersama Bhayangkara FC yang sebagian besar bermain sejak awal pertandingan. Pelatih The Guardian saat itu, Simon McMenemy, tentu bukan tanpa alasan mau memberikan kepercayaan pemain 21 menghuni lini tengah timnya.
Kualitas Sani di lapangan sudah cukup untuk meyakinkan Simon McMenemy. Pemain yang juga merupakan anggota Sabraha Polda Metro Jaya tampil apik dan tak ragu untuk berduel dengan lawan yang posturnya lebih darinya.
Penampilan apiknya itu lantas berbuah pemanggilan untuk mengikuti pemusatan latihan di Timnas Indonesia U-22. Untuk mencapai babak dalam karier yang saat ini, ternyata perjalanan Sani cukup panjang.
Lantas seperti apa lika-liku perjalanan karier Sani hingga menjadi pemain andalan Bhayangkara FC dan calon pemain Timnas Indonesia U-22?
Berikut ini petikan wawancara eksklusif Sani Rizki Fauzi bersama Bola.com di Lapangan ABC, Senayan, Jumat (11/1/2018):
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemilik DNA Sepak Bola
Sejak kapan mengenal olah raga sepak bola?
Saya dulu diperkenalkan olah raga sepak bola oleh ibu yang kebetulan merupakan mantan pemain sepak bola. Beliau sempat bermain di Liga Wanita untuk DKI Jakarta. Akan tetapi, karena alasan dilarang sama kakek dan nenek saya, akhirnya ibu berhenti bermain sepak bola.
Makanya beliau memiliki cita-cita 'suatu saat nanti anaknya harus jadi pemain bola lebih dari saya'. Alhamdulillah, ketika saya diperkenalkan sepak bola itu masih TK. Mulai dibelikan bola dan bermain passing.
Seperti apa awal Anda serius menekuni karier sebagai pesepak bola?
Semua berawal ketika kelas 3 SD saya masuk Sekolah Sepak Bola (SSB) di Cicurug, Sukabumi bernama PSPB. Saya berlatih di sana sampai kelas 3 SMP.
Setelah itu saya mendapatkan tim di Jakarta bernama Urakan FC. Di sana saya mulai ikut Piala Soeratin yang membuat saya mendapatkan beasiswa masuk PPLP Ragunan. Setelah lulus, saya mendapatkan beasiswa untuk menjadi Anggota Kepolisian.
Saya kemudian ikut pendidikan kepolisian selama tujuh bulan di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) di Lido. Setelah pelantikan pada 7 Maret 2017, saya mulai dinas di Sabraha Polda Metro Jaya dan sempat ikut pengamanan ujuk rasa.
Bagaimana prosesnya bisa menjadi pemain Bhayangkara FC?
Pada bulan Maret hingga April 2017, saya mengikuti seleksi masuk Bhayangkara FC U-19. Alhamdulillah lolos dan ikut Liga 1 U-19 2017 dan membawa Bhayangkara FC finis delapan besar.
Kemudian pada awal Januari 2018, saya ikut seleksi untuk masuk tim senior Bhayangkara FC. Alhamdulillah saya lolos seleksi dan dipercaya oleh Coach Simon McMenemy masuk skuat Liga 1 2018.
Ketika itu, apa yang Anda tawarkan sehingga bisa mencuri perhatian Coach Simon McMenemy?
Mungkin saya bisa melakukan apa yang Coach Simon mau. Sehingga saya mendapatkan kesempatan bermain sebagai starter di Liga 1 2018.
Anda bisa bermain sebagai sayap dan gelandang. Posisi apa sebenarnya yang Anda gemari?
Saya sebenarnya lebih menikmati bermain sebagai gelandang serang. Mungkin saya sudah terbiasa sejak di U-19 hingga senior Bhayangkara FC dipasang Coach Simon di posisi itu. Di seleksi Timnas Indonesia U-22 pun saya dipasang di posisi itu sama Coach Indra Sjafri.
Apa perbedaan mendasar dari gaya kepelatihan Coach Simon McMenemy dan Indra Sjafri?
Setiap pelatih memiliki karakter masing-masing. Akan tetapi, saya melihat keduanya punya gaya melatih yang sama. Coach Indra Sjafri dan Simon McMenemy menekankan disiplin, tegas, dan apa yang diberikan harus bisa dilakukan pemain.
Apa impian terbesar yang Anda yang belum terwujud sampai saat ini?
Untuk saat ini, saya ingin masuk Timnas Indonesia U-22. Saya ingin memberikan yang terbaik di setiap sesi latihan dan pertandingan.
Biodata
Nama: Sani Rizki Fauzi
Tempat/Tanggal Lahir: Sukabumi, 7 Januari 1998
Orang Tua: Edi Riyadi/Ida Kusuma Wati
Klub: Bhayangkara FC
Klub Favorit: Real Madrid
Pemain Favorit: Luka Modric, Evan Dimas, Bambang Pamungkas
Advertisement