Jakarta, - Edy Rahmayadi menanggalkan jabatan sebagai Ketua UmumĀ PSSI saat membuka Kongres Tahunan PSSI, di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2018). Edy menegaskan, keputusan mundur bukan bentuk lari dari tanggung jawab.
Keputusan ini tergolong mengejutkan mengingat Edy Rahmayadi berulang kali menolak desakan mundur yang sempat disampaikan oleh berbagai pihak.
Pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara ini lantas menyerahkan tongkat kepemimpinan PSSI kepada Joko Driyono, yang sebelumnya menjabat wakil ketua umum PSSI.
Advertisement
Baca Juga
Edy Rahmayadi resmi terpilih jadi Ketua Umum PSSI pada 10 November 2016 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta. Masa jabatan Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI sesungguhnya berakhir 2020.
Semasa memimpin PSSI, pernyataan-pernyataan kontroversial kerap dia lontarkan. Selain itu, rangkap jabatan sebagai Gubernur Sumatra Utara dan Ketua Dewa Pembina PSMS Medan, yang dia jalani, juga menuai kritik dari berbagai pihak.
Keputusan Edy Rahmayadi mundur dari PSSI juga seiring dengan ramainya pengungkapan kasus match fixing dan pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Berikut deretan pernyataan kontroversial Edy Rahmayadi selama jadi Ketua Umum PSSI.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Larang Pemain Indonesia Berkarier di Malaysia
Kejadian bermula ketika Evan Dimas Darmono dan Ilham Udin Armaiyn memutuskan hijrah ke Liga Malaysia untuk bermain di Selangor FA. Saat itu, Edy Rahmayadi menuding keduanya tak punya jiwa nasionalisme.
Edy mengecam keputusan Evan dan Ilham yang pindah ke Selangor FA. Keduanya dianggap tidak pas karena peran mereka sedang dibutuhkan Timnas Indonesia U-23 untuk Asian Games 2018.
"Siapa mereka (Selangor FA)? Seenaknya saja mengontrak-ngontrak. Kalau mata duitan, ya repot juga kita. Tidak ada jiwa nasionalisme (Evan dan Ilham). Nanti akan saya kumpulkan segera," Kata Edy.
Advertisement
2. Tampar Suporter
Edy Rahmayadi menyaksikan pertandingan langsung pertandingan PSMS melawan Persela Lamongan pada 21 September 2018 yang digelar di Stadion Teladan, Medan. Edy yang duduk di kursi VVIP, tiba-tiba turun dan menyambangi seorang suporter yang terlihat menyalakan flare saat pertandingan.
Saat Edy menemui suporter tersebut, sejumlah suporter lain merekam aksi Gubernur Sumatra Utara itu. Tak lama beredar beberapa video Edy yang terlihat menampar pipi suporter tersebut. Beredarnya video penamparan tersebut membuat Edy Rahmayadi angkat bicara.
"Saya mana mungkin melakukan kekerasan kepada anak-anak, saya paling senang kepada anak-anak. Memang tangan saya keras ini, saya sehari saja push up 40 kali masih sanggup, kalau enggak percaya kalian pegang tangan saya. Tetapi saya melakukan kemarin itu memarahi anak itu, karena menggunakan flare dan itu dilarang oleh FIFA," katanya.
3. Apa Hak Anda Menanyakan Itu?
Dalam sebuah wawancara live di televisi, Edy Rahmayadi menolak ditanya wartawan senior Kompas Aiman Wicaksono tentang pengaruh kinerjanya sebagai Ketua Umum PSSI karena merangkap Gubernur Sumatra Utara dan Dewan Pembina PSMS.
Wawancara ini bersamaan momen ramainya kasus tewasnya seorang suporter The Jak saat pertandingan Persija versis Persib di Bandung.
"Apa urusannya anda menanyakan itu?" yang membuat Aiman mengernyitkan kepala dan kebingungan, padahal pertanyaan yang dilontarkan sebenarnya bisa saja dijawab dengan biasa.
"Bukan hak anda juga bertanya kepada saya," kata Edy, yang tak mau banyak berkomentar.
Advertisement
4. Tanggapan Tuntutan #EdyOut
Saat kasus meninggalnya seorang suporter Persija Jakarta, Haringga Sarila, banyak pihak yang mengecam kinerja PSSI dalam mengawal liga dan persepakbolaan Indonesia. Kasus itu memantik dorongan agar Edy Rahmayadi mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI. Satu di antaranyaĀ lewat petisi online di Charge.org.
Sudah 60 ribu orang lebih menandatangani petisi online tersebut. Masyarakat menganggap fokus Edy tidak sepenuhnya di PSSI mengingat rangkap jabatan sebagai Gubernur Sumatra Utara. Edy Rahmayadi menanggapinya dengan komentar yang keras.
"Jangankan 60 ribu, satu orang pun kalau itu memang benar adanya gara-gara saya gubernur lalu terjadi itu pembunuhan, saya akan tinggalkan ini (jabatan Ketua Umum PSSI). Karena itu berarti saya tidak becus", kata Edy saat menjadi salah seorang pembicara di stasiun televisi swasta.
Ia juga menambahkan "Yang saya takutkan, dari 60 ribu ini mungkin salah satunya menginginkan jabatan PSSI ini, karena saat ini dalam dunia politik. Jadi, PSSI harus saya lindungi, karena ini amanah rakyat sampai 2020," katanya.
5. Wartawan Baik, Timnas Juga Baik
Pernyataan Edy Rahmayadi yang kontroversial selanjutnya perihal penampilan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Gubernur Sumatra Utara itu mengeluarkan pernytaan yang tidak substansial.
"Wartawannya yang harus baik. Kalau wartawannya baik, nanti timnasnya baik," kata Edy Rahmayadi.
Pernyataannya dinilai tidak masuk akal oleh publik. Hal ini dijadikan nyanyian oleh suporter Indonesia di pertandingan terakhir Timnas Indonesia melawan Filipina di penyisihan Grup B Piala AFF 2018 (25/11/2018).
"Wartawan Harus Baik, Wartawan Harus Baik," bunyi nyanyian suporter itu diakhiri teriakan 'Edy Out' usai pertandingan berakhir.
Sumber: Liputan6.com
Advertisement