Bola.com, Phnom Penh - Berkunjung ke Phnom Penh tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Pusat Genosida Choeung Ek. Bola.com pada sela-sela peliputan Piala AFF U-22 2019 datang berkunjung untuk menggali cerita sejarah kelam pembantaian besar-besaran di Kamboja itu.
Advertisement
Baca Juga
Masyarakat Kamboja memiliki memori kelam akan pembantaian massal yang dilakukan Rezim Khmer Merah medio 1975-1979. Ketika itu penguasa ingin memutus rantai generasi yang dianggap membelot hingga akhirnya dilakukan pembantaian besar-besaran.
Choeung Ek, menjadi satu dari dari ratusan tempat pembantaian massal yang berada di Kamboja. Menurut data, hampir 200 ribu nyawa melayang akibat keganasan Rezim Khmer Merah.
Berlokasi 13 kilometer dari pusat kota Phnom Penh, untuk menuju Choeung Ek dibutuhkan waktu perjalanan darat selama 30 menit. Bagi wisatawan asing, tiket masuk yang dipungut sebesar 3 dolar AS. Buat Anda yang ingin mendengarkan cerita secara detail, bisa menyewa alat bantu berupa rekaman senilai 3 dollar AS.
Aura mistis langsung menyambut ketika Anda melewati pintu masuk. Anda akan langsung disambut monumen yang menjulang tinggi. Seakan tak ada yang aneh dengan monumen tersebut.
Namun, ketika masuk Anda akan mendapati tumpukan ribuan tulang-tulang manusia. Terdapat keterangan tentang jenis kelamin, perkiraan usia, dan penyebab kematian. Di bagian bawah susunan tulang tersebut ada tumpukan pakaian dan celana yang digunakan para korban sebelum meninggal.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Meneteskan Air Mata
Keluar dari bangunan tersebut, Anda akan disuguhi hamparan lapangan luas. Di setiap sudutnya terdapat gubuk-gubuk yang merupakan kuburan massal. Terdapat papan informasi seputar jumlah korban yang dimakamkan, bagaimana keadannya ketika ditemukan, dan prakiraan jenis kelaminnya.
Tak jarang para wisatawan yang berkunjung meneteskan air mata sembari mendengarkan penjelasan melalui bantuan audio.
“Melihat tumpukan tulang manusia seperti ini, saya tidak bisa membayangkan bagaimana tragisnya kejadian ini. Semoga tidak ada lagi genosida seperti ini dan buat kita yang masih hidup agar bisa menjadi pelajaran tentang perang yang tak selalu berakhir membahagiakan,” ujar Marken Edderson, wisawatan asal Finlandia yang ditemui Bola.com.
Untuk mengelilingi situs ini dibutuhkan kurang lebih 1 jam. Pusat Genosida Choeung Ek bisa menjadi pengisi waktu luang buat Anda yang sedang berkunjung ke Kamboja untuk mendukung Timnas Indonesia U-22 berlaga di Piala AFF U-22 2019.
Advertisement