Bola.com, Malang - Kebobolan enam gol dalam satu pertandingan tentu hasil yang buruk bagi Persita Tangerang. Kekalahan telak itu terjadi saat melakoni laga pamungkas Grup E Piala Presiden 2019 melawan tuan rumah Arema di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang (13/3/2019).
Persita kalah 1-6 sekaligus membuat rekor kekalahan terbesar di Piala Presiden 2019. Untuk sementara, Persita jadi tim yang paling banyak kebobolan, yakni 11 gol.
Advertisement
Bek senior Persita, Muhammad Roby, terlihat lemas seusai pertandingan. Namun, dia coba mengambil sisi positif, yakni pelajaran ketika menghadapi tim yang menyerang total.
"Ini pelajaran juga untuk pemain bertahan. Ke depan, harus lebih rapat untuk mengawal lawan," kata mantan pemain Persik Kediri tersebut.
Komposisi pemain belakang Persita sebenarnya sudah lumayan punya pengalaman. Selain M. Roby, ada Jecky Arisandi dan Zikri Akbar, yang merupakan alumni Liga 1. Hanya, mereka baru bergabung sehingga belum padu.
"Secara fisik juga masih kurang. Jadi hal itu yang akan dibenahi ke depannya," lanjutnya.
Jika melihat performa Roby, dia sebenarnya tampil bagus saat mengawal pemain Arema. Beberapa kali dia berhasil melakukan intersep dan menghalau bola dari kaki Ahmad Nur Hardianto dkk.
Meski sudah berusia 33 tahun, pengalamannya sebagai mantan bek Timnas Indonesia masih terlihat. Sekali pun dia berharapan dengan pemain muda Arema yang punya kecepatan.
Dia juga jadi kapten tim setelah Egi Melgiansyah ditarik keluar karena cedera sehingga perannya di tim Pendekar Cisadane cukup sentral.
Pelatih Persita, Widodo Cahyono Putro, juga mengakui bek sarat pengalaman itu sudah memberikan seluruh tenaganya.
Masalah kebobolan enam gol itu juga bukan karena faktor lemahnya empat pemain belakang timnya melainkan persoalan transisi dari menyerang ke bertahan sehingga lini tengah dan depan juga dievaluasi karena bola bisa sampai ke pertahanan Persita lantaran tidak ada gangguan dari lini tengah dan depan.