Jakarta - Virgil van Dijk dipuji setinggi langit sebagai salah satu bek terbaik dunia setelah mengantarkan Liverpool menjadi juara Liga Champions 2019.
Bahkan, pemain internasional Belanda itu disebut- sebut sebagai salah satu calon kuat memenangi penghargaan Ballon d'Or. Virgil van Dijk juga sempat menyandang status bek termahal dunia, sebelum rekor transfernya dipecahkan Lucas Hernandez.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Justin Hubner Jadi Biang Kerok Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: The Real Preman, Langganan Kartu!
Advertisement
Di balik kesuksesan Van Dijk saat ini, ternyata ada jasa eks pelatih Timnas Indonesia, Pieter Huistra dalam kariernya. Huistra yang memberi Van Dijk debut seniornya bersama klub Belanda, Groningen pada 2011.
Van Dijk tampil di tim muda Willem II sebelum Huistra membawanya ke Groningen pada 2010. Setelah bersinar bersama tim cadangan Groningen, dia melakukan debut seniornya di akhir musim 2010/11.
Huistra berpendapat bahwa Van Dijk lebih baik dari legenda Manchester United, Nemanja Vidic. Tapi, Huistra tetap menganggap Vidic sebagai salah satu pemain bertahan papan atas.
"Lagi pula saya bias, jadi saya akan memilih Virgil. Dia (Van Dijk) memiliki lebih banyak, dia memiliki sedikit lebih banyak. Vidic, tentu saja, tanpa diragukan lagi adalah pemain yang sangat bagus, ia bermain di tim papan atas," jelas Huistra, seperti dilansir talkSport.
"Dalam pandangan saya, Virgil memiliki segalanya. Ia memiliki bakat, ia memiliki teknik, ia memiliki passing, ia memiliki kepemimpinan defensif, ia memiliki kepribadian yang menarik perhatian orang," tutur pelatih berusia 52 tahun ini.
Huistra memuji bagaimana mantan pemain Southampton itu berkembang. Huistra, yang sekarang menjadi asisten manajer klub Uzbekistan, Pakhtakor Tashkent FK ini mengaku tak terkejut dengan kualitas Virgil van Dijk.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jauh dari Ibu
"Ketika dia pergi ke Groningen dia meninggalkan rumahnya, jadi baginya itu adalah langkah besar pada waktu itu, dua setengah jam jauhnya dari ibunya, sosok yang dekat dengannya," ungkap Huistra.
"Di Groningen dia tinggal dengan pemain lain. Untuk seseorang di usia 18, 19, ini adalah langkah besar, ia harus belajar memasak untuk dirinya sendiri dan merawat dirinya sendiri. Dia datang ke lingkungan baru dan harus terbiasa dengan cara kerja.
"Dia masuk tim cadangan, para pelatih banyak membantunya. Saya melihat dia bermain setiap minggu, semua orang bisa melihat bahwa dia akan menjadi pemain tim utama," terangnya.
"Dia berlatih dengan tim utama selama dua bulan terakhir musim itu dan menjadi pemain pengganti, kemudian memulai beberapa pertandingan. Itu perkembangan alami. Dia bekerja keras dan menjadi pemain sepak bola yang lebih baik," beber eks asisten pelatih Ajax Amsterdam ini.
Pieter Huistra awalnya diangkat sebagai Direktur Teknik Timnas pada Desember 2014. Lalu, Huistra ditunjuk menjadi pelatih interim Timnas Indonesia pada 2015 dengan tugas Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Kualifikasi Piala Asia 2019.Â
Tapi, PSSI mendapat sanksi FIFA pada 2015, alhasil Huistra pun gagal menangani Timnas Indonesia untuk jangka waktu lama, karena sanksi tersebut hingga terpaksa mundur.
Advertisement