Bola.com, Malang - Musim 2019 merupakan tahun kedelapan bagi gelandang Hendro Siswanto di tim Arema. Sebuah kebersamaan yang tidak singkat tentunya. Ini juga jadi pelabuhannya yang paling lama dalam karier sepak bola profesionalnya.
Sebelum bermain di Arema, Hendro hanya satu musim memperkuat Persida Sidoarjo, PSIS Semarang, Persiba Balikpapan, dan Persela Lamongan.
Advertisement
Di musim ke delapan, Hendro masih memiliki satu keinginan yang belum tercapai. Padahal, berbagai trofi turnamen sudah dirasakannya dengan tim berjulukan Singo Edan.
Tahun ini usianya sudah 29 tahun. Hal ini berarti, musim depan dia sudah memasuki kepala tiga. Usia di mana pesepak bola umumnya mulai menatap masa pensiun. Pemain kelahiran Tuban, Jawa Timur, ini ingin segera merasakan sebuah gelar lagi.
Berikut wawancara Hendro Siswanto dengan Bola.com terkait kebersamaannya selama delapan tahun di Arema serta ambisinya yang belum kesampaian.
Musim ini sudah masuk tahun ke delapan dengan Arema. Seperti apa rasanya?
Pastinya sudah sangat kerasan di tim ini. Kebetulan KTP juga sudah jadi orang Malang. Dulu saya gabung ke Arema musim 2012. Tidak terasa, sekarang sudah selama ini. Rasanya pasti sudah seperti keluarga sendiri dalam satu tim.
Delapan musim di Arema, apa yang masih belum diraih dan ingin segera merealisasikannya?
Juara Liga 1 pastinya karena saya belum pernah merasakannya. Butuh perjuangan memang karena harus menjalani kompetisi yang panjang dan konsisten bermain bagus. Musim 2013 lalu hampir saja. Tetapi, di akhir musim ada di posisi runner-up. Musim 2016 juga. Tapi, waktu itu di ISC.
Musim ini Arema start kurang bagus. Bagaimana peluang untuk meraih juara?
Memang dua kali kekalahan di awal musim kurang bagus. Tapi, masih banyak pertandingan selanjutnya. Sebelum jeda kompetisi, sudah dapat satu kemenangan. Semoga itu jadi titik balik Arema.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berusaha Konsisten
Apa yang membuat pertandingan awal musim selalu berat. Padahal, sudah ada persiapan pramusim dan Arema tahun ini jadi juara Piala Presiden?
Mungkin karena sugesti. Banyak yang berpikir awal musim jadi berat karena masih adaptasi dan sebagainya. Jadi itu terbawa. Selain itu ada beban, yang biasanya diemban pemain karena ekspektasi suporter yang tinggi. Tapi, sekarang sudah hilang. Semoga ke depan bisa konsisten bermain bagus.
Tapi, setelah Arema meraih kemenangan pertama, sekarang justru dapat jeda paling panjang karena dua pertandingan ditunda. Apa berpengaruh dan membuat Anda jenuh?
Semoga tidak ada pengaruhnya karena persiapan jadi lebih matang. Kalau ditanya bosan, saya tidak pernah bosan main bola karena itu saya jadikan sebagai hobi sejak kecil.
Justru kalau lama libur latihan, itu yang membuat jenuh dan bingung mau apa. Sekarang istri juga hamil, jadi tidak bisa banyak jalan-jalan.
Musim ini Anda masih jadi pilihan utama di lini tengah. Partnernya kembali gelandang lokal. Ada gelandang asing, Pavel Smolyachenko, tapi justru jadi cadangan. Apa tidak berpengaruh dengan kekuatan tim Arema karena lawan banyak menggunakan gelandang bertahan asing?
Bagi saya sama saja. Sejak musim lalu juga berpasangan dengan gelandan lokal. Kadang M. Rafli, Jayus Hariono, dan Hanif Sjahbandi. Terpenting harus selalu bisa berkontribusi besar
Selain sepak bola, sepertinya Anda makin serius menekuni dunia fotografi. Apa nantinya juga akan jadi profesi?
Hanya hobi saja kalau memotret. Sejak tahun lalu saya suka. Sekarang kalau away saya selalu bawa kamera. Ketika ada waktu luang di luar latihan, saya sempatkan untuk hunting foto di tempat tersebut.
Seperti waktu di Piala Presiden, saya sempat motret di Yogyakarta, Surabaya, dan yang lainnya. Jadi lebih senang memang. Hasil foto saya nikmati untuk hiasan di rumah.
Advertisement