Bola.com, Jakarta - Empat tahun terakhir Bali United jadi poros kekuatan baru di pentas elite sepak bola Tanah Air. Serdadu Tridatu kini anteng di puncak klasemen Shopee Liga 1 2019 dengan raihan 16 poin dari lima laga. Mereka pantas diperhitungkan sebagai kandidat juara musim ini.
Sejarah Bali United berawal dari klub bernama Persisam Putra Samarinda, klub merger Persisam yang merupakan eks tim Perserikatan dan Putra Samarinda dari Galatama.
Advertisement
Pada 15 Februari 2015, Putra Samarinda diambil alih pengusaha asal Indonesia, Pieter Tanuri, setelah sebelumnya mengalami kesulitan finansial hingga akhirnya berpindah kandang ke Bali dan mengubah namanya menjadi Bali United FC.
Semenjak dipegang keluarga Tanuri, Bali United menjelma jadi tim pelanggan papan atas kompetisi kasta elite Indonesia. Berbekal dana berlimpah dan injeksi sponsor-sponsor kakap klub yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, dengan leluasa mendatangkan pelatih dan pemain terbaik.
Pada tanggal 17 Juni 2019, Bali United menjadi klub pertama yang memiliki saham go public di Asia Tenggara dan kedua di Asia.
Pada pembukaan perdagangan perdananya, harga saham perusahaan langsung melambung 69,14 persen ke level Rp 296 per saham dari nilai saham perdana Rp 175 per lembar. Klub ini melepas 33,33% kepemilikannya dengan total 2 miliar unit saham. Dengan demikian, dana yang diraup oleh klub ini mencapai Rp 350 miliar!
Bali United mencuri perhatian di pentas Liga 1 2017. Klub yang saat itu diasuh Widodo Cahyono Putro jadi runner-up kompetisi. Sepanjang musim mereka bergantian menghuni posisi puncak klasemen bersama PSM Makassar, sebelum akhirnya merelakan gelar ke klub underdog, Bhayangkara FC.
Nafsu menjadi yang terbaik digelorakan lagi di Liga 1 2018. Sayang, start buruk Stefano Lilipaly dkk. membuat langkah klub tertatih-tatih di pengujung kompetisi. Sempat jadi runner-up pramusim Piala Presiden 2018, Bali United menutup Liga 1 2018 dengan ada di jajaran papan tengah, peringkat 11 klasemen.Â
Hasil jauh di bawah ekspektasi, mengingat skuat Bali United bertabur bintang-bintang top.
Pencapaian minimalis ini jadi pelajaran bagi manajemen Bali United untuk berbenah menatap persaingan Shopee Liga 1 2019.
Manajemen Serdadu Tridatu mendatangkan pelatih bertangan dingin, Stefano Cugurra "Teco" yang sukses mengantar Persija Jakarta double gelar di musim lalu. Kedatangan Teco diikuti gerbong bintang. Pemain asing sarat reputasi macam Paulo Sergio dan William Pacheco kini ada di jajaran skuat Bali United. Mereka menambah deretan panjang bintang-bintang berkelas yang sudah ada di tim, layaknya Ilija Spasojevic, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, Yabes Roni, Taufiq, dan banyak lagi lainnya.
Bola.com melihat Bali United punya peluang jadi yang terbaik musim ini. Ada beberapa alasan didasari analisis yang menguatkannya. Apa-apa saja?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kedalaman Skuat
Berbekal modal finansial berlimpah Bali United beberapa musim terakhir intens menyesaki skuat mereka dengan pemain-pemain terbaik. Musim ini bisa dibilang skuat Serdadu Tridatu paling lengkap di antara klub-klub elite pesaing.
Mereka punya empat legiun asing kelas satu: Paulo Sergio (Gelandang serang/Portugal), Melvin Platje (Penyerang/Belanda), Wilian Pacheco (Bek/Brasil), dan Brwa Nouri (Bek/Iran). Citra rasa asing makin terasa nyanter dengan tambahan pemain berstatus naturalisasi yang ada di tim, layaknya Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, dan Ilija Spasojevic.
Mengabaikan paspor, jika ditotal sejatinya mereka punya delapan pemain impor!
Skuat Bali United kian terasa mentereng dengan injeksi pemain lokal berberlabel Timnas Indonesia. Yabes Roni, Hanis Saghara Putra, Ricky Fajrin, adalah deretan pemain belia pelanggan Tim Merah-Putih Junior.
Di Bali United juga bertabur pemain lokal matang jam terbang. Leonard Tupamahu, Gunawan Dwi Cahyo, Fadhil Sausu, Muhammad Taufiq, bukan nama asing di peredaran elite sepak bola nasional.
Dengan kedalaman skuat yang begitu mumpuni, Teco dengan leluasa melakukan rotasi. Keseimbangan permainan tim selalu terjaga karena kualitas pemain inti dan cadangan relatif berimbang. Kondisi ini yang tak dimiliki klub-klub pesaing, yang rata-rata kuat di jajaran starting eleven.
Advertisement
Pelatih Bertangan Dingin
Kunci utama yang kian menebalkan kans juara Bali United musim ini adalah keberhasilan manajemen klub membajak Stefano Cugurra dari Persija.
Pelatih asal Brasil itu adalah sosok kunci di balik kesuksesan Tim Macan Kemayoran musim lalu memenangi Piala Presiden dan Liga 1. Tak mudah bagi sebuah klub mengawinkan gelar di persaingan level atas Tanah Air.
Teco yang kelahiran 25 Juli 1974 tersebut bukan pelatih muka baru. Ia pertama kali mendarat pada tahun 2004, sebagai pelatih fisik Persebaya Surabaya mendampingi Jacksen F. Tiago yang bertindak sebagai pelatih kepala.
Ia kemudian cabut ke Thailand untuk meretas karier sebagai pelatih kepala. Di Negeri Gajah Putih ia sempat singgah di Chiangrai United, Phuket, Osotspa Samut Prakan, dan Royal Thai Navy. Matang di Liga Thailand, Teco jadi lebih tahan banting menghadapi persaingan di Indonesia.
Karena faham benar masalah latihan fisik, Teco dikenal sebagai pelatih yang jago menjaga level kebugaran tim asuhannya saat mengarungi rangkaian jadwal padat. Lihat saja di Persija, yang sejatinya tak punya kedalaman skuat yang mumpuni. Penampilan mereka stabil, karena pemain-pemain inti mereka jarang mendapat cedera atau kehabisan bensin fisik.
Tugas Teco di Bali United terasa mudah, karena ia punya banyak pilihan pemain berkelas.
Â
Pemain Muda Siap Pakai
Bali United sedikit klub di Indonesia yang amat serius melakukan pembinaan. Mereka punya tim junior yang aktif. Tak hanya terbentuk saat ada kompetisi, tapi selalu rutin menggelar latihan.
Petinggi Bali United mau berinvestasi mendatangkan bakat-bakat muda untuk menghuni tim junior Serdadu Tridatu. Patron ini berjalan di era Indra Sjafri, pelatih pertama Bali United usai pembelian lisensi Persisam.
Martinus Novianto dan Hanis Saghara Putra adalah contoh pemain belia level timnas yang dimasukkan ke tim Bali United U-19 untuk melapis tim senior.
Ditempa dengan baik di tim junior membuat pemain-pemain muda milik Bali United siap pakai untuk mengarungi admosfer persaingan Liga 1. Kehadiran mereka amat membantu, terutama saat tim utama sedang dilanda badai cedera dan hukuman kartu.
Â
Advertisement
Kaya Opsi Lini Depan
Lini depan Bali United bisa dibilang paling garang di antara klub-klub elite Liga 1 lainnya. Serdadu Tridatu punya dua penyerang tajam yang teruji di persaingan internasional, Ilija Spasojevic dan Irfan Bachdim.
Untuk menguatkan sisi serangan, Bali United mendatangkan bomber asal Belanda, Melvin Platje. Sang mantan Telstar selama dua musim terakhir bisa diandalkan untuk menjebol gawang lawan secara konsisten.
Tak berhenti sampai di situ, Bali United punya duo winger ganas: Yabes Roni dan Stefano Lilipaly, yang amat liar intens membahayakan lini pertahanan lawan lewat akselerasinya. Sebagai catatan Stefano, juga bisa bermain sebagai gelandang serang atau penyerang lubang yang siap memberi efek kejut saat bomber-bomber Bali United dimatikan.
Ketajaman Bali United terjaga, karena mereka punya dua gelandang bertipikal pelayan: Paulo Sergio dan M. Taufiq. Mereka memanjakan para penyerang lewat umpan-umpan terukur yang tak gampang ditebak.
Â