Bola.com, Malang - Pemain asing pada umumnya selalu jadi pilihan utama di sebuah tim. Tetapi di Arema, hal tersebut tidak berlaku. Penyebabnya, jjika kualitas pemain asing ternyata tidak sesuai harapan, pelatih tidak segan menaruhnya di bangku cadangan.
Sudah banyak kasus yang terjadi sejak Arema berdiri. Namun, fenomena ini makin sering terjadi sejak musim lalu.
Advertisement
Ada dua kemungkinan yang membuat pemain asing harus jadi penghuni bangku cadangan di tim Singo Edan.
Yang pertama, perekrutan yang gagal. Klub kurang jeli mengamati permainan terkini sang pemain lantaran pelatih hanya bisa memantau kualitas pemain lewat video di Youtube.
Yang kedua, performa pemain menurun karena cepat puas, gaya hidup, dan banyak faktor lain Mengingat ada beberapa pemain yang awalnya tampil luar biasa, namun begitu kompetisi berjalan, mereka menurun drastis. Padahal, Aremania sempat memuja sederet pemain asing tersebut.
Terkait itu, berikut lima pemain asing yang jadi langganan cadangan Arema versi Bola.com.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pavel Smolyachenko (Uzbekistan)
Gelandang bertahan asal Uzbekistan ini bermain memukau di awal bergabung pada 2019. Dia selalu jadi pilihan utama di Piala Indonesia 2018. Tetapi, setelah sakit tifus, permainannya menurun drastis.
Pemain 27 tahun ini seperti tak punya power di lapangan. Dia sering kalah berduel dengan pemain lokal dalam sesi latihan. Itu sebabnya dia tersisih di Piala Presiden 2018 dan Shopee Liga 1 2019.
Pavel jadi pemain asing dengan catatan bermain paling buruk untuk sementara ini karena dia baru menjalani debut di kompetisi resmi ketika pekan kedelapan. Dia jadi starter melawan Madura United (20/7/2019). Meski bermain lumayan bagus, justru Arema menelan kekalahan dalam debutnya.
Setelah itu, Pavel kembali jadi cadangan. Dia kalah bersaing dengan duet gelandang bertahan lokal, Hendro Siswanto dan Jayus Hariono. Kedua pemain lokal itu dinilai lebih bertenaga dan unggul dalam hal stamina serta daya jelajah.
Arema sebenarnya bisa saja mendepaknya sebelum kompetisi dimulai, seperti yang dilakukan kepada striker asal Brasil, Robert Lima Guimaraes, yang datang bersamaan dengan Pavel.
Namun, pelatih Arema memilih mempertahankannya. Pertimbangannya, Pavel bisa bermain sebagai stoper. Tetapi, dia tetap jadi pelapis di posisi itu jika duet inti, Arthur Cunha dan Hamka Hamzah, absen.
Jika melihat pengalaman sebelumnya, Arema tidak akan mempertahankan pemain asing yang jadi cadangan sampai satu musim kompetisi penuh. Jika tidak kunjung lebih baik, nasib Pavel hanya tinggal menunggu waktu saja.
Advertisement
Srdan Ostojic (Serbia)
Dia adalah kiper asing pertama sepanjang sejarah yang dikontrak Arema FC. Kiper 36 tahun itu datang di paruh musim 2018. Dia didatangkan untuk memberikan rasa nyaman di bawah mistar.
Ostojic bermain luar biasa dalam debut melawan Sriwijaya FC di Palembang. Singo Edan dibawa menang telak 3-0. Kiper asal Serbia ini melakukan banyak penyelamatan gemilang.
Pujian mengalir deras kepadanya. Pelatih waktu itu, Milan Petrovic, menilai Ostojic jadi perekrutan yang sukses di paruh musim. Padahal, mendatangkan pemain baru di tengah kompetisi bukan hal mudah. Banyak pemain berkualitas yang tidak akan dilepas oleh klub lamanya.
Namun, petaka datang di tiga laga selanjutnya. Gawangnya kebobolan enam gol dan Arema tak lagi meraih kemenangan. Ostojic juga melakukan beberapa blunder.
Sejak itu dia diparkir sampai akhir musim. Posisi kiper inti diberikan kepada Utam Rusdiana, yang justru tampil lebih menjanjikan. Setelah itu, dia memilih tidak melanjutkan kariernya di Indonesia dan pulang kampung ke Serbia.
Balsa Bozovic (Montenegro)
Ekspektasi tinggi hadir bersamaan dengan perekrutan gelandang kidal ini. Balsa direkrut setelah menyisihkan kandidat gelandang serang top lainnya, Gustavo Lopez (Argentina), di awal musim 2018.
Balsa bisa menjawab kepercayaan dari Arema. Dia tampil bagus dalam turnamen pramusim Piala Gubernur Kaltim. Arema dibawa sebagai finalis. Di partai puncak, Singo Edan kalah dari tim bertabur bintang, Sriwijaya FC.
Begitu juga di awal musim Liga 1, dia selalu mencetak gol di dua laga awal. Namun, Arema justru masih kesulitan menang dan sempat terdampar di posisi juru kunci.
Terpuruknya prestasi Arema juga disertai penurunan permainan Balsa. Pemain 32 tahun itu hanya tampil sebagai pemain inti dalam lima pertandingan saja.
Arema tak pernah menang ketika dia jadi starter sehingga pelatih harus mencadangkannya dan sempat empat kali main sebagai pengganti. Hasilnya, hanya ada satu kemenangan yang sempat diraihnya.
Balsa lantas didepak sebelum paruh musim berakhir karena pelatih Milan Petrovic melihat permainan Arema justru kurang gereget ketika dia hadir di lapangan. Tidak ada yang tahu penyebab menurunnya permainan Balsa karena di awal musim dia punya semua syarat sebagai gelandang serang yang tajam.
Advertisement
Edmar Garcia (Angola/Australia)
Arema FC dihuni sederet pemain bintang di musim 2013. Tetapi, di pertengahan musim, sebuah kejutan dilakukan pelatih sekelas Rahmad Darmawan. Mereka merekrut pemain asing yang tidak terlalu populer, yakni Edmar Garcia. Dia adalah putra pemain legendaris dari Angola yang mengakhiri kariernya di Indonesia, Vata Matanu Garcia.
Namun, karier Edmar yang berpaspor Australia, tidak semoncer sang ayah. Dia lebih banyak berkiprah di kasta kedua Indonesia. Entah kenapa, Arema tertarik mengontraknya untuk mengisi slot winger Singapura, M., Ridhuan, yang dipinjamkan ke Persisam Samarinda.
Seperti yang diprediksi, Edmar yang berposisi sebagai gelandang, kalah bersaing dengan pemain lokal. Setengah musim dia tak pernah jadi starter. Dua kali dia turun hanya sebagai pengganti. Jika ditotal, menit bermainnya setengah musim hanya 20 menit saja.
Setelah itu, Edmar tidak diperpanjang lagi. Kariernya juga tidak jelas berlanjut ke mana. Dari informasi yang diterima bola.com, sejak kecil dia tinggal di Bali. Namun, Edmar melanjutkan studi di Australia sekaligus memilih paspor negara itu.
Rodrigo Santoni (Argentina)
Penyerang yang satu ini selalu dikaitkan dengan satu di antara era keterpurukan Arema. Dia didatangkan ketika Singo Edan dalam masa sulit di musim 2012. Dualisme kompetisi membuat Arema waktu itu bermain dengan komposisi pemain seadanya.
Meski ditangani mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Wolfgang Pikal, Singo Edan tak bisa berbuat banyak.
Santoni seolah jadi maskot keterpurukan Arema. Sebenarnya dia dapat kesempatan bermain sebagai starter dalam 10 pertandingan. Jumlah yang lumayan sebetulnya. Tetapi, kontribusinya sangat minim karena dia ditarik keluar dalam lima pertandingan, dan dua kali masuk sebagai pengganti.
Santoni juga tidak menyumbangkan gol. Mantan pemain Persikabo Bogor ini pun diparkir lalu didepak di paruh musim.
Ketika didepak Arema, justru kenangan buruk yang dibuat Santoni kepada Arema dan Aremania. Dalam sebuah pertandingan pada musim 2012, dia sempat jadi penggagal gol Arema, tepatnya saat melawan Pelita Jaya.
Ketika bola tendangan rekannya meluncur ke gawang yang sudah kosong, justru bola urung masuk karena mengenai kaki Santoni sehingga Arema menelan kekalahan 1-2 dan berkutat di zona degradasi waktu itu.
Advertisement