Bola.com, Jayapura - Tercatat mulai dari Miljan Radovic dipecat dari Persib Bandung jelang Shopee Liga 1 2019 bergulir, sudah ada 10 pelatih yang mundur dan dipecat dari klub Liga 1 hingga saat ini. Jacksen Tiago termasuk satu di antaranya, tapi terbilang beruntung karena langsung mendapatkan kesempatan untuk melatih klub lain di Liga 1 2019.
Jacksen Tiago mundur dari posisinya sebagai pelatih Barito Putera usai pekan keempat Shopee Liga 1 2019. Namun, tidak butuh waktu lama pelatih asal Brasil itu langsung mendapatkan kesempatan kedua, yaitu menangani Persipura Jayapura yang juga memecat Luciano Leandro.
Advertisement
Ini merupakan yang kedua kalinya Jacksen menangani Persipura, di mana sebelumnya mantan pemain Persebaya Surabaya itu juga pernah menangani Mutiara Hitam pada medio 2008 hingga 2014.
Namun, tidak bisa dipungkiri, Jacksen Tiago juga merasa prihatin dengan maraknya pemecatan pelatih yang terjadi di Liga 1 2019. Pelatih asal Brasil itu merasa prihatin dengan nasib yang dialami para kolega seprofesinya itu.
Bola.com pun mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Jacksen Tiago, mulai dari membahas Barito Putera, Persipura Jayapura, dan pandangannya mengenai tren pemecatan pelatih di Liga 1 2019.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Keputusan Mundur dari Barito Putera dan Kembali ke Persipura Jayapura
Bagaimana pendapat Jacksen Tiago soal maraknya pelatih yang mundur atau dipecat musim ini?
Tahun ini memang musim yang sulit bagi kami sebagai pelatih. Bahkan, selama karier saya melatih di Indonesia, musim ini paling gila.
Soal pelatih yang mundur atau dipecat sebelum paruh musim, saya kira banyak penyebabnya. Bisa karena materi tim yang tidak bisa bersaing di kompetisi, atau karena si pelatih dianggap tak bisa memenuhi target sesuai kontrak, atau mungkin ada situasi internal yang memaksa pelatih mundur, dan mungkin saja ada tekanan suporter yang berlebihan kepada manajemen agar memecat si pelatih.
Bagaimana soal Anda dan Barito Putera?
Saya sudah sampaikan itu di media massa saat mundur. Saya mengakui tak bisa mengangkat prestasi Barito Putera.
Tapi, kita lihat hikmahnya bagi klub itu. Dengan saya mundur, ini merupakan kesempatan bagi Yunan Helmi jadi pelatih kepala.
Dia sudah punya lisensi AFC Pro. Sayang kalau tak dipakai. Yunan Helmi pelatih pintar. Ternyata, di tangan dia, Barito Putera malah bisa meraih kemenangan.
Anda sempat menyatakan ingin istirahat usai mundur dari Barito Putera. Tapi, ternyata Anda kembali ke Persipura. Bahkan, saat itu Anda menolak ketika diisukan akan ke Persipura lagi. Bagaimana cerita sebenarnya?
Demi Tuhan. Sebenarnya saya ingin tetap di Barito Putera, meski hanya melatih di Akademi Barito. Jujur, setelah mundur dari Barito ada beberapa klub Liga 1 yang menawarkan pekerjaan kepada saya, tapi saya tolak. Di antara klub itu, tidak ada nama Persipura atau Persebaya.
Bagaimana ceritanya Anda bisa kembali ke Persipura lagi?
Ceritanya panjang. Saya hanya bisa katakan, saya tetap melatih lagi musim ini dan kembali ke Persipura, karena Tuhan sangat sayang kepada saya. Tentu saja saya sangat yakin semua sudah diatur oleh Tuhan.
Advertisement
Pandangan Tentang Situasi Liga 1 2019
Melihat di antara pelatih Liga 1 yang telah mundur atau dipecat oleh manajemen klub, Anda satu-satunya yang bisa kembali menangani klub Liga 1. Apakah Anda merasa bangga?
Biasa saja. Saya hanya banyak bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan semuanya, termasuk menjodohkan kembali saya dengan Persipura. Saya tak pernah berangan-angan bisa melatih Persipura lagi, tapi Tuhan berkehendak lain.
Bagimana Anda melihat persaingan musim ini?
Sangat ketat. Tapi, saya malah khawatir mutu kompetisi tidak bagus.
Apa alasan Anda berkata seperti itu?
Saya sudah punya catatan. Hampir semua tim hingga masuk paruh musim ini, sebenarnya telah bertanding hampir mencapai jumlah total pertandingan satu musim. Kami sudah main dengan tensi tinggi mulai Piala Presiden, Piala Indonesia, atau agenda ujicoba yang digelar tiap tim.
Jika dijumlah partai pramusim dan paruh musim Shopee Liga 1 ini, total kami sama dengan sudah main satu musim. Akibatnya, pemain merasa jenuh. Nah, ketika fisik dan psikis pemain mencapai titik jenuh, maka permainan mereka tak maksimal.
Apalagi ada sekitar tujuh atau delapan pertandingan terakhir ini jadwalnya sangat mepet. Kami sepekan bisa tampil dua sampai tiga kali. Saat pemain sudah capek dan jenuh, mereka ditekan klub untuk tetap bisa tampil maksimal di tiap pertandingan karena klub harus terus bersaing dan berprestasi di kompetisi.
Kondisi ini akan lebih parah di putaran kedua nant karena total pertandingan telah melebihi batas kemampuan maksimal pemain. Dengan keadaan seperti ini mutu kompetisi pun akan turun. Itu hanya catatan saya. Soal faktanya, kita lihat hingga kompetisi musim ini berakhir.