Bola.com, Kediri - Persik Kediri melakukan perjalanan panjang ke Biak untuk melakoni dua kali laga tandang beruntun di Stadion Cenderawasih, Biak, masing-masing melawan PSBS Biak (11/9/2019) dan Persewar Waropen (14/9/2019).
Perasaan waswas dan khawatir menghantui rombongan Persik Kediri sebelum bertolak ke Biak. Maklum, mereka harus menjalani tur pascademo yang marak terjadi di Papua.
Baca Juga
Hasil Lengkap Pegadaian Liga 2, Sabtu 21 Desember 2024: Persela Menangi Derbi Jatim, Persipal Bungkam RANS Nusantara
Pegadaian Liga 2: PT LIB Tolak Permohonan Penundaan Laga, Persela Vs Persewar Resmi Tak Terlaksana
Pegadaian Liga 2: H-1 Jelang Pertandingan Persewar Waropen Belum Tunjukkan Batang Hidung, Persela Tetap Siap Main
Advertisement
Rombongan Persik yang berkekuatan 28 orang terdiri dari ofisial dan pemain berangkat dari Bandara Juanda, Sidoarjo, Senin (9/9/2019), pada jam 21.45 WIB dan tiba di Bandara Frans Kaisepo, Selasa (10/9/2019), jam 07.00 WIT. Total perjalanan memakan waktu sekitar sembilan jam, dengan transit di Bandara Sultan Hasanuddin, Makasar.
"Kami tiba di Makasar jam 00.15 WITA. Tapi, pesawat mengalami delay. Kami terpaksa tidur di ruang tunggu penumpang sehingga rombongan baru terbang lagi ke Biak, jam 03.15 WITA. Perjalanan ini terasa berat karena kami melakukannya malam hari. Stamina terkuras karena malam hari seharusnya waktu tubuh diistirahatkan. Jadi, total perjalanan sekitar sembilan jam," ungkap Hendra Setyawan, Bendahara Persik yang memimpin tim ke Biak.
Persik terpaksa bertanding dua kali berurutan dengan jarak antarpertandingan sangat mepet. Penyebabnya, karena ada penundaan jadwal melawan Persewar, yang seharusnya digelar 23 Agustus lalu, karena terjadi demo di Papua, laga ditunda menjadi Sabtu (14/9/2019).
"Ketika kami tiba di Biak pagi hari semua pemain langsung istirahat total karena esoknya harus bertanding melawan PSBS. Kami bersyukur bisa menahan tuan rumah tanpa gol. Satu target bisa diraih. Target berikutnya, kami harus dapat angka lagi saat melawan Persewar, tutur Hendra.
Meski harus melakoni tur yang panjang dan berlaga dua kali beruntun, Persik Kediri bersyukur. Pasalnya, manajemen bisa melakukan penghematan biaya dengan sekali perjalanan.
"Bagaimana pun kami masih beruntung dengan jadwal baru ini. Berdasarkan jadwal lama, seharusnya Persik dua kali terbang ke Biak melawan PSBS. Berikutnya balik lagi ke sini (Biak), menghadapi Persewar. Jadi, jika kami dua kali ke Biak, bisa menguras Rp600 juta. Dengan penumpukan jadwal baru, kami hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 300 jutaan. Kami bisa berhemat sejumlah itu pula," jelasnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bahagia Menginjakkan Kaki di Biak
Ketika tim akan bertolak ke Biak, ada perasaan waswas pada diri ofisial dan pemain menyangkut keamanan pascademo yang terjadi di Papua. Namun, semua kekhawatiran itu sirna ketika mereka sudah menginjakkan kaki di Biak. Tim Persik menginap di Hotel Arumbai selama di Biak.
"Kota Biak kecil. Situasi sangat aman dan kondusif. Ini membuat kami merasa tenang dan nyaman. Bahkan pemain juga sempat jalan-jalan sekitar hotel, sekadar melepas kepenatan. Pemain kami mayoritas masih muda dan belum pernah melakukan perjalanan hingga Papua. Jadi, pengalaman pertama ini tetap membuat mereka bahagia," ungkap Hendra.
Ketika bertanding di Stadion Cenderawasih, skuat Persik bisa bermain maksimal tanpa tekanan maupun gangguan nonteknis. Laga PSBS kontra Persik disaksikan sekitar 1.000 penonton.
"Kami beruntung ada coach Budi (Budihardjo Thalib) di Persik karena dia pernah melatih di Biak dan banyak teman di sini. Jadi, sebelum kami berangkat ke Biak, coach Budi komunikasi dengan kenalannya untuk memastikan kondisi aman. Bahkan tim Persik foto bersama anak-anak Papua setelah pertandingan. Kami ingin membuktikan sepak bola jadi pemersatu Bangsa Indonesia. Sepak bola tak mengenal suku, ras, dan agama. Kami adalah satu yakni sama-sama sebagai warga Indonesia," timpal Alfiat, asisten pelatih Persik Kediri.
Advertisement