Bola.com, Surabaya - Persebaya sulit mendapatkan kemenangan sejak Wolfgang Pikal resmi menjadi pelatih kepala. Arsitek asal Austria itu mulai duduk di bangku cadangan pada 11 Oktober dan menemani Persebaya di tiga laga, yang berujung tanpa kemenangan.
Jika ditarik ke belakang, Persebaya sudah melewati lima laga terakhir tanpa tiga poin di Shopee Liga 1 2019. Pikal dikontrak sejak 27 Agustus 2019, namun tidak bisa duduk di bangku cadangan karena statusnya belum disahkan.
Advertisement
Dia harus puas duduk di tribune saat meracik strategi Persebaya dalam lima pertandingan, sementara asisten pelatih Bejo Sugiantoro menemani tim secara langsung. Hasilnya malah cukup positif dengan membukukan dua menang, dua seri, dan sekali kalah.
Berdasarkan catatan sejarah, total hanya ada delapan pelatih asing yang pernah menangani Persebaya, termasuk Pikal. Hasilnya, tim berjulukan Bajul Ijo itu seolah tak berjodoh saat ditangani pelatih asal luar negeri.
Hal itu dimulai pada Divisi Utama Liga Indonesia 1995-1996. Sasho Kostov adalah pelatih asing pertama yang menangani Persebaya sejak berdiri pada 1927. Pelatih asal Bulgaria itu membawa beberapa pemain asing asal Eropa Timur, seperti Dejan Antonic.
Kostov gagal memberi prestasi dengan hanya mampu membawa Persebaya finis peringkat ketujuh klasemen akhir Divisi Timur. Persebaya tak berhak lolos ke putaran kedua dalam kompetisi yang akhirnya dijuarai Mastrans Bandung Raya itu.
Pelatih asing kedua adalah Jacksen F. Tiago, yang semasa bermain mempersembahkan gelar Divisi Utama Liga Indonesia 1996-1997. Perlu dicatat, musim tersebut Persebaya menjadi yang terbaik di bawah arahan pelatih lokal Rusdy Bahalwan.
Jacksen mulanya ditahbiskan sebagai nakhoda Persebaya pada Divisi Utama 1999-2000, menggantikan Riono Asnan yang gagal memberi hasil positif. Jacksen menjabat sebagai pelatih sekaligus pemain secara aktif.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jacksen F. Tiago
Pria asal Brasil itu tidak melanjutkan kariernya karena masih ingin bermain. Musim 2001, Jacksen hijrah ke Singapura membela Home United, sebelum akhirnya berseragam Petrokimia Putra di musim yang sama.
Jacksen kembali masuk sebagai pelatih pada musim 2003, saat Persebaya berkompetisi di kasta kedua alias Divisi 1. Kali ini, dia menggantikan Zein Al Hadad yang kesulitan bersaing.
Jacksen mampu menyabet trofi dan promosi ke Divisi Utama 2004 saat usianya masih 35 tahun.
Meski berstatus promosi, Persebaya mampu bersaing dengan klub-klub lain yang musim sebelumnya berada di papan atas, sebut saja PSM Makassar dan Persija Jakarta. Bajul Ijo melahirkan kejutan dengan menjuarai Divisi Utama 2004 di bawah arahan Jacksen.
Praktis, hanya Jacksen saja pelatih asing yang mampu membawa Persebaya menjadi kampiun kompetisi kasta tertinggi. Beberapa pelatih asing lain setelah itu kurang mampu membangkitkan nama besar Persebaya.
Gildo Rodrigues menjadi juru taktik impor berikutnya yang menangani Persebaya pada 2007. Sayang, pelatih pelatih asal Brasil itu tidak bertahan lama. Gildo, yang merupakan ayah kandung Stefano Cugurra Teco, dipecat setelah hasil buruk di Piala Gubernur Jatim 2007.
PSSI kemudian membentuk kompetisi baru bernama Indonesia Super League, yang menjadi kasta tertinggi pada musim 2008-2009. Status Divisi Utama kemudian turun menjadi kasta kedua. Persebaya tidak lolos ke ISL edisi pertama itu.
Bermain di kasta kedua, Persebaya menunjuk Freddy Muli untuk menakhodai skuatnya. Namun, ketidakcocokan nilai kontrak membuat keduanya berpisah. Sosok asal Moldova, Arcan Iurie, lalu mengambil alih dan menjadi pelatih asing keempat Persebaya.
Advertisement
Arcan Iurie
Arcan Iurie mampu membawa Persebaya lolos babak 8 besar Divisi Utama 2008-2009 hingga semifinal. Hanya, Bajul Ijo kemudian kalah 1-3 dari Persema Malang dan harus memperebutkan tempat ketiga untuk promosi ke ISL 2009-2010.
Berjumpa PSPS Pekanbaru, Arcan Iurie kembali gagal memberi kemenangan setelah ditekuk 1-5. Hasil itu membuatnya kehilangan jabatan pelatih kepala, meski Persebaya tetap berpeluang promosi.
Syaratnya, Persebaya harus menjalani laga play-off melawan PSMS Medan, yang berstatus tim peringkat ke-15 klasemen akhir ISL 2008-2009.
Manajemen Bajul Ijo mengambil langkah berani dengan merekrut pelatih lokal, Aji Santoso, yang tahun sebelumnya membawa tim Jawa Timur meraih emas PON 2008. Aji merupakan kapten tim Persebaya saat menjuarai Divisi Utama 1996-1997.
Pelatih asal Malang itu berhasil mengalahkan PSMS lewat adu penalti sekaligus menjadi tiket promosi ke ISL 2009-2010.
Setelah itu, beberapa nama lokal menjadi aristek Persebaya, mulai Danurwindo, Ruddy Keltjes, hingga Aji Santoso lagi. Pada musim 2011-2012, manajemen Bajul Ijo kembali merekrut pelatih asing.
Sepak bola Indonesia diterpa dualisme dan tim Bajul Ijo, yang menggunakan nama Persebaya 1927, tampil di IPL 2011-2012. Pelatih asal Portugal, Divaldo Alves, menangani Persebaya 1927 yang kemudian finis di posisi runner-up di bawah Semen Padang.
Berikutnya, giliran pelatih asal Brasil, Fabio Oliveira, yang mencoba peruntungannya. Lagi-lagi, dia termasuk pelatih asing yang tidak bertahan lama, tetapi kali ini bukan karena dipecat.
Kabar duka kemudian mengiringi Persebaya, yang tidak diakui sebagai anggota PSSI karena masih adanya dualisme. Bajul Ijo baru bisa tampil lagi pada musim 2017 dengan berhak berkompetisi di kasta kedua alias Liga 2, tanpa embel-embel 1927.
Angel Alfredo Vera
Manajemen Persebaya menunjuk sosok asal Argentina, Angel Alfredo Vera, yang menjadi pelatih asing ketujuh. Dia menggantikan tugas Iwan Setiawan yang dipecat karena berseteru dengan suporter Persebaya, Bonek.
Catatan prestasi Alfredo diharapkan mampu membawa Persebaya promosi ke Liga 1 2018. Sebab, dia telah mempersembahkan gelar juara ISC A 2016 untuk Persipura Jayapura, meski kompetisi itu berstatus tidak resmi.
Sempat kesulitan, Alfredo perlahan mengembalikan filosofi permainan agresif Persebaya dan dikenal mengandalkan pemain sayap. Lebih dari promosi ke Liga 1 2018, Persebaya menjadi kampiun di Liga 2 2017.
Meski begitu, Alfredo tidak mampu bertahan lama di kompetisi kasta tertinggi itu. Persebaya melewati tiga laga dengan kekalahan di pertengahan Liga 1 2018 yang akhirnya membuat Alfredo kehilangan jabatannya.
Pelatih lokal Djadjang Nurdjaman pun masuk dan membawa Persebaya finis peringkat kelima klasemen akhir.
Tradisi lama Persebaya yang memecat pelatih setelah rentetan hasil buruk di tengah musim berimbas kepada Djadjang Nurdjaman. Dia dilepas Persebaya pada 10 Agustus 2019, hanya beberapa jam setelah bermain imbang 1-1 melawan Madura United.
Sempat menunjuk Alfred Riedl, mantan pelatih Timnas Indonesia, Persebaya kemudian berbelok menunjuk Wolfgang Pikal, yang semula didapuk sebagai asisten pelatih. Alasannya, Riedl mengalami gangguan kesehatan di usianya yang telah mencapai 69 tahun.
Kini, Pikal masih kesulitan mempersembahkan catatan positif untuk Persebaya. Tuntutan Bonek memintanya mundur mulai bermunculan, meski baru resmi menjalani tiga pertandingan.
Pelatih berusia 51 tahun itu tinggal perlu membuktikan apakah mampu meneruskan prestasi Jacksen F. Tiago. Atau, justru nasibnya akan sama seperti Sasho Kostov, Gildo Rodrigues, Arcan Iurie, Divaldo Alves, Fabio Oliveira, dan Alfredo Vera?
Advertisement