Bola.com, Surabaya - Manajemen Persebaya Surabaya telah mengirim surat banding kepada komite banding (Komding) PSSI. Mereka mengingingkan keringanan sanksi setelah insiden kerusuhan suporter pasca menjamu PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa (29/10/2019).
Komdis PSSI menjatuhkan sanksi berat atas insiden tersebut. Persebaya mendapat larangan tanpa penonton pada saat laga kandang dan tandang sampai akhir musim kompetisi 2019 serta denda Rp200 juta.
Baca Juga
Advertisement
Manajer Persebaya, Candra Wahyudi, menyebut pihaknya menjelaskan kronologi kerusuhan dalam nota banding itu. Dia juga membeberkan langkah yang dilakukan oleh manajemen Persebaya sebelum dan sesudah insiden.
“Pertama, faktanya memang ada kerusuhan di pertandingan lawan PSS, itu tidak bisa dibantah. Publik sudah sangat tahu kalau memang ada peristiwa kekerasan di sana,” kata pria berusia 42 tahun itu.
“Yang kedua, kami memaparkan kepada PSSI bahwa Persebaya Surabaya sudah berusaha menjalankan secara maksimal pertandingan itu dengan baik. Artinya dengan melibatkan ribuan pasukan keamanan dan sebagainya,” imbuh Candra.
VIDEO: Kerusuhan Suporter, Polisi Panggil Manajemen Persebaya
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pertemuan dengan Pemkot
Manajemen Persebaya Surabaya juga telah bertemu dengan Pemkot Surabaya selaku pemilik dan pengelola stadion. Dalam pertemuan itu hadir pula pihak Polrestabes Surabaya. Candra mengatakan pihaknya menjamin insiden serupa tidak akan terulang.
“Kami telah berkoordinasi dengan Pemkot dan Kepolisian. Kami berusaha menjamin bahwa ke depan tidak ada lagi kejadian serupa. Mudah-mudahan dengan poin-poin itu PSSI dan Komite Banding menerima banding dari Persebaya,” ucapnya.
Sanksi berupa denda Rp200 juta tidak menjadi masalah karena selama ini Persebaya sudah akrab dengan hukuman seperti itu. Hukuman tanpa penonton itu cukup memberatkan karena selama ini manajemen mengandalkan pemasukan dari tiket pertandingan.
Advertisement