Bola.com, Jakarta - Sidang FIFA pada 24 Oktober 2019 memutuskan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Keputusan FIFA ini tentu sangat membanggakan.
Di tengah berbagai pekerjaan pembinaan sepak bola usia muda yang tengah digalakkan giat oleh PSSI, masyarakat sepak bola Indonesia mendapatkan “bonus” event internasional prestisius, Piala Dunia U-20 2021. Event yang mampu memberikan “percepatan” agar tim nasional junior berlaga di Piala Dunia Junior dan bersanding sejajar dengan negara sepak bola mapan.
Baca Juga
Cedera Lutut Bareng Timnas Indonesia, Kevin Diks Kasih Update: Semakin Baik!
Kepada Media Italia, Erick Thohir Berjanji Akan Terus Menaturalisasi Pemain Sambil Pembinaan Pemain Muda
Menuju Piala AFF 2024, Timnas Indonesia TC di Bali pada 26 November hingga 5 Desember 2024: 4 Hari Jelang Laga Pertama Tandang ke Myanmar
Advertisement
Sebagai orang yang turut berkecimpung dalam pembinaan sepak bola usia muda selama hampir 15 tahun terakhir, perasaan penulis campur aduk deg-deg-ser menyambut berita ini. Perasaan awal tentu saja bahagia bukan main. Pergelaran internasional sekelas Piala Dunia U-20 tentu akan menjadi momentum untuk percepatan peningkatan prestasi sepak bola Indonesia.
Sudah pasti seluruh pemain, pelatih, wasit, pengurus, dan fans akan sangat antusias menyambut event ini. Jutaan anak Indonesia yang bermimpi ingin menjadi pesepak bola dijamin makin bersemangat latihan, karena dengan Indonesia 2021, mimpi mereka menjadi nyata dan hadir di depan mata langsung.
Tentu, kebahagiaan penting lainnya adalah jaminan bahwa Piala Dunia U-20 2021 akan mendorong pembangunan infrastruktur sepak bola berupa stadion dan tempat latihan berstandar internasional.
Video Terkait
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kecemasan
Sementara di sisi lain, Indonesia 2021 juga menyimpan kecemasan bagi penulis. Kecemasan itu berupa pertanyaan besar, “Setelah Piala Dunia U-20 2021, terus apa?”
Pertanyaan cemas ini didasari fakta beberapa tuan rumah Piala Dunia U-20 sebelumnya tidak mendapatkan efek positif apa pun terhadap prestasi tim nasional seniornya. Contoh paling dekat adalah Malaysia saat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 1997. Timnas senior Malaysia, ya gitu-gitu aja.
Kecemasan ini menjadi dering alarm bahaya. Jangan sampai sukses Indonesia dalam melaksanakan Piala Dunia U-20 2021 berhenti begitu saja.
Lalu, jangan sampai, katakanlah sukses Timnas Indonesia U-20 di Indonesia 2021 nantinya tidak memberi efek positif apa pun terhadap prestasi timnas senior setelahnya. Pada akhirnya, puncak dari segala kerja pembinaan sepak bola adalah prestasi tim nasional senior.
Kecemasan lain yang menyergap adalah kebiasaan buruk bangsa kita mengerahkan seluruh dana, daya, usaha, dan upaya hanya kepada satu event besar.
Indonesia 2021 harus jadi inspirasi penyemangat untuk seluruh aktivitas sepak bola, dari mulai timnas semua kelompok, liga profesional-amatir, elite pro academy, pendidikan pelatih-wasit, dll. Jangan sampai konsentrasi berlebih terhadap Indonesia 2021 membuat kita seolah menganak-tirikan aktivitas lainnya.
Timnas Indonesia U-20 tidak boleh menjadi anak emas dibandingkan timnas lainnya hanya karena Indonesia 2021. PSSI juga harus terus mengerahkan dana, daya, usaha, dan upaya kepada semua timnas secara bijak dan proporsional.
Timnas Indonesia U-16 misalnya. Mereka juga harus terus diupayakan untuk bisa lolos ke Piala Dunia U-17 di Peru 2021. Demikian juga dengan Timnas Indonesia senior, Timnas Indonesia U-23, Timnas Wanita Indonesia dan Timnas Putri Indonesia U-16. Ingat, seluruh tim nasional itu penting!
Advertisement
Tidak untuk TC Jangka Panjang
Kecemasan menyikapi Indonesia 2021 makin menjadi saat banyak pihak mewacanakan agar Timnas Indonesia U-20 melakukan persiapan gaya jadul bernama TC jangka panjang.
Idenya sederhana, PSSI diminta membentuk Super Team berisikan 25 pemain, kemudian diberi pelatih nomor satu, lalu dikirim berlatih dan uji coba di negara sepak bola maju. Katakanlah 3 bulan di Italia, 3 bulan di Inggris, 3 bulan di Belanda, 3 bulan di Spanyol dan seterusnya.
Ide ini memang terlihat sederhana dan luks. Ibarat abracadabra sulap, hasil positif model TC ini bisa jadi akan terlihat instan.
Dengan model ini, diyakini Timnas Indonesia U-20 bisa meraih hasil maksimal di Indonesia 2021. Mungkin menembus 8 besar, semifinal atau final sekalipun. Hanya saja, kalaupun cara instan ini diyakini akan efektif, mungkin PSSI atau pemerintah perlu berpikir seribu kali untuk melakukannya. Mengapa?
Problem terbesar TC jangka panjang adalah kita terfokus menggantungkan harapan prestasi di Indonesia 2021 hanya dengan berinvestasi kepada 25 orang.
Bagaimana mungkin kita akan mendapatkan 11 pemain terbaik apabila hanya ada 25 orang yang berkompetisi untuk memperebutkannya. Padahal sepak bola adalah permainan dinamis, di mana kita membutuhkan ratusan pemain yang berkompetisi untuk menjadi 11 terbaik.
Hal negatif berikutnya dari TC jangka panjang adalah 25 pemain tersebut banyak berlatih dan sedikit bertanding dalam kompetisi formal. Sebagian besar waktu akan digunakan untuk berlatih dan uji coba non-formal. Pada akhirnya pemain kita akan sulit bersaing dengan pemain negara lain yang setiap akhir pekan selalu berkompetisi. Kebosanan dalam TC pun akan melanda.
Terakhir, hal negatif dari TC jangka panjang adalah tidak adanya legacy yang ditinggalkan PSSI pasca Indonesia 2021. Struktur fondasi rumah sepak bola akan hancur karena klub akan kehilangan pemain terbaiknya dalam waktu panjang.
Akademi klub akan berjalan di tempat. Kompetisi usia muda hambar kehilangan gairah. Kebijakan yang mengatasnamakan tim nasional tanpa disadari malah menggembosi tim nasional itu sendiri pada masa mendatang. Sebab klub yang kuat akan membentuk tim nasional yang kuat!
Memberikan Legacy
Indonesia 2021 harus menjadi momentum untuk membangun fondasi rumah sepak bola yang solid. Tujuan utama pembangunan fondasi rumah sepak bola adalah untuk memberikan legacy di masa mendatang, di mana setelah Indonesia 2021, sepak bola Indonesia akan makin berkembang, sehingga pada akhirnya Timnas Indonesia senior juga bisa menembus level dunia.
PSSI harus berpikir kreatif keluar dari kotak. Perlu dirumuskan suatu strategi di mana Timnas Indonesia U-20 bisa berprestasi di Indonesia 2021, tapi melalui peningkatan kinerja akademi klub, kualitas kompetisi usia muda, pendidikan pelatih, dan juga pengembangan grassroot.
Artinya penting untuk PSSI membuat suatu program terintegrasi dan holistic, dengan menggunakan Indonesia 2021 sebagai basis pemicu.
Penulis menawarkan beberapa gagasan inovatif yang layak untuk diimplementasi PSSI demi mencapai prestasi Timnas Indonesia U-20 di Indonesia 2021. Sekaligus untuk memperkuat akademi klub, kompetisi usia muda, pendidikan pelatih, dan grassroot.
- Wajib Memberi Kesempatan untuk Pemain U-20 di Liga 1
PSSI dapat mengeluarkan regulasi wajib memainkan minimal 2 orang pemain U-20 selama minimal 45 menit di Liga 1. Regulasi ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pemain U-20 untuk merasakan atmosfer kompetisi level tinggi.
Pelatih Timnas Indonesia U-20 paling tidak setiap pekannya akan melihat minimal 36 pemain U-20 yang bertanding secara kompetitif di kompetisi senior. Matang di Kompetisi!
- TC Buka-Tutup
PSSI bisa melakukan TC berjalan dengan sistim buka–tutup. Katakanlah dibuat dengan format 3 minggu kompetisi dan 1 minggu TC. Pada saat tertentu, Timnas Indonesia U-20 dapat melakukan TC lebih panjang berdurasi 2-3 pekan di negara sepak bola maju atau mengikuti turnamen.
Harapannya, pemain akan ditempa oleh kompetisi, tetapi chemistry dan level komunikasi tim tetap terbangun optimal melalui TC rutin berkala.
- Ekspansi dan Modifikasi Kompetisi Elite Pro Academy
Indonesia 2021 harus jadi momentum meningkatkan kualitas kompetisi elite pro academy. Ekspansi bisa dilakukan dengan menambah jumlah pertandingan di Liga 1 U-20, U-18, dan U-16.
Alokasi dana untuk TC jangka panjang bisa direlokasi untuk subsidi kompetisi elite pro academy. Selain ekspansi, PSSI juga perlu melakukan modifikasi kelompok usia untuk memastikan target scouting pemain tim nasional terjamin menit bermainnya dengan lawan kompetitif. Misal bisa dilakukan berbagai inovasi berikut:
-
Liga 1 U20
- Kelahiran 2000, Joker 2 pemain 1998-1999.
- Minimal ada 3 pemain kelahiran 2001 wajib main selama 90 menit (target scouting Timnas Indonesia U-20).
-
Liga 1 U18
- Kelahiran 2002-2003.
- Minimal ada 3 pemain kelahiran 2004 wajib bermain selama 90 menit (target scouting Timnas Indonesia U-17).
-
Liga 1 U16
- Kelahiran 2004-2005.
- Minimal ada 3 pemain kelahiran 2005 wajib main selama 90 menit (target scouting Timnas Indonesia U19 untuk 2021)
- Melibatkan Pelatih Akademi di TC Timnas Junior
Untuk meningkatkan kualitas pelatih dan latihan di klub, PSSI bisa melibatkan pelatih akademi pada setiap TC tim nasional. Katakanlah saat TC tim nasional, kompetisi diliburkan.
Selain memanggil pemain, PSSI juga memanggil pelatih akademi 18 klub Liga 1 untuk mengikuti TC tim nasional. Tujuannya agar pelatih akademi dapat belajar dari pola latihan di tim nasional dan memuluskan penyelarasan program latihan tim nasional dan akademi klub. Tanpa disadari, kegiatan TC timnas sekaligus menjadi program kursus pelatih yang berkualitas.
- Mentoring Visit ke Akademi Klub
Pada saat TC tim nasional selesai, pemain akan kembali ke klub untuk berkompetisi selama 3 pekan. Pada masa itu, pelatih tim nasional punya waktu untuk terjun langsung ke akademi klub untuk melakukan kunjungan dan mentoring.
Seluruh pelatih tim nasional akan ditugaskan berkeliling ke 18 akademi klub Liga 1. Melalui mentoring ini, pelatih tim nasional dapat memberikan asistensi agar kualitas latihan di akademi klub setara dengan di tim nasional. Pelatih tim nasional juga berkesempatan untuk memonitor perkembangan seluruh pemain yang ada di akademi klub.
- Modifikasi LOTG
Inovasi terakhir adalah inovasi FIFA Laws of the Game, demi meningkatkan intensitas dan level of play kompetisi elite pro academy. Caranya adalah dengan memperbolehkan pemain melakukan quick dribble untuk bola out dan free kick.
Modifikasi peraturan permainan ini terbukti sukses diimplementasi di Belanda. Riset KNVB menyatakan bahwa real playing time naik secara signifikan. Ini tentu akan membantu tetap terjaganya intensitas permainan. Silakan cek visualnya di: https://youtu.be/1SH6Uy1jFls
Inovasi lainnya bisa kita contoh dari liga usia muda di Spanyol, dimana pemain yang terkena kartu kuning diharuskan keluar lapangan selama 5 menit. Sehingga tim yang pemainnya kena kartu kuning harus main dengan lebih sedikit pemain.
Sanksi keras pada kartu kuning ini terbukti menurunkan jumlah foul. Efeknya, makin sedikit foul, berarti makin jarang permainan terhenti. Lagi-lagi intensitas permainan akan meningkat.
Advertisement
Fondasi Kuat
Dengan meninggalkan kebijakan TC jangka panjang, serta mengimplementasi berbagai inovasi di atas, diyakini Timnas Indonesia akan berprestasi optimal. Pada saat yang bersamaan kualitas akademi klub, kompetisi elite pro academy, serta kepelatihan akan meningkat tajam.
PSSI bukan cuma berharap Timnas Indonesia U-20 berprestasi di Indonesia 2021, tapi PSSI telah membangun fondasi rumah sepak bola yang kuat.
Inilah legacy yang dimaksud. Piala Dunia U-20 Indonesia 2021 tidak menjadi tujuan akhir, melainkan ini hanyalah momentum awal. Ya, dengan fondasi akademi klub yang kuat, pasti akan tercipta tim nasional yang kuat pula.
Ini merupakan jaminan bahwa sepak bola Indonesia akan menuju prestasi yang lebih tinggi pasca Indonesia 2021. Mari bekerja keras membangun rumah sepakoola!! Bravo Indonesia!!
Ganesha Putera
*) Penulis adalah pegiat sepak bola usia muda. Pendiri www.kickoffindonesia.com. Co-founder Filosofi Sepak bola Indonesia (Filanesia) saat mampir bekerja 29 bulan di Departemen Teknik PSSI. Wakil Direktur Pengembangan Sepak bola Persija Jakarta. Bercita-cita membawa klub Indonesia bermain di Piala Dunia Antar Klub.