Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia babak belur di putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Tergabung di Grup G, Tim Garuda belum mengantongi satu poin pun. Kendati, sudah bermain dalam empat pertandingan.
Situasi itu menjadikan Timnas Indonesia terjebak di dasar klasemen. Tim Merah-Putih juga memiliki statistik buruk. Selain selalu kalah, Indonesia hanya memasukkan tiga gol, namun sudah kebobolan 14 gol.
Advertisement
Penggemar setia meradang. Suporter merasa malu, mengingat tim-tim yang mengalahkan timnas kesayangan merupakan negara tetangga, yakni Malaysia, Thailand, dan Vietnam, plus negara kuat Uni Emirat Arab.
PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia tak tinggal diam. Kepengurusan baru di era Ketua Umum Mochamad Iriawan, langsung memunculkan kandidat pelatih anyar buat Timnas Indonesia.
Otomatis, Simon McMenemy, yang menduduki jabatan pelatih kepala, harus rela menyudahi kiprahnya bersama Timnas Indonesia lebih dini dari durasi kontrak awal, yakni hingga Piala AFF 2020 usai.
Mochamad Iriawan, tak lama setelah terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023 dalam Kongres Pemilihan di Jakarta (2/11/2019), menyebut dua kandidat pengganti Simon, yakni Luis Milla Aspas dan Shin Tae-yong.
Nama pertama sudah tak asing, karena pernah jadi nakhoda Timnas Indonesia senior dan U-23 pada 2018. Namun, nama kedua belum begitu populer di Indonesia. Kecuali, bagi yang menyimak Piala Dunia 2018 atau penggemar Timnas Korea Selatan.
Shin Tae-yong tercatat sebagai pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018. Meski mampu mengantar the Taeguk Warriors mendepak Jerman dengan kemenangan 2-0 pada laga terakhir penyisihan Grup F, ia tak lagi dipercaya Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) untuk membesut Son Heung-min dkk.
Tak lama setelah tersingkir dari penyisihan grup Piala Dunia 2018, KFA lantas menunjuk Paulo Bento sebagai pelatih anyar Timnas Korea Selatan.
Lantas, apakah berarti Shin Tae-yong, yang berasal dari Korea Selatan itu, tak cukup bagus untuk bersaing dengan Luis Milla memperebutkan kursi panas pelatih kepala Timnas Indonesia?
Pencinta sepak bola di Indonesia sudah mengetahui kapasitas Luis Milla. Banyak yang menganggap pelatih asal Spanyol itu sosok tepat untuk membawa Timnas Indonesia.
Berbagai catatan statistik bisa menunjukkan hal itu, kendati bisa ditarik kesimpulan; Luis Milla sebenarnya tak sukses-sukses amat semasa 18 bulan melatih Timnas Indonesia.
Yang pasti, Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, mengungkap PSSI tak sembarangan dalam memunculkan kandidat pengganti Simon McMenemy di Timnas Indonesia. Jadi, Luis Milla dan Shin Tae-yong dipastikan sama-sama sudah memenuhi kualifikasi yang ditetapkan federasi sepak bola Indonesia itu.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kebangkitan Sepak Bola Vietnam
Dengan begitu, publik tak semestinya antipati terhadap Shin Tae-yong. Apalagi, jika melihat ke sekitar, negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) juga sudah kesengsem mendatangkan pelatih asal kawasan Asia Timur. Jepang dan Korea Selatan jadi favorit.
Yang paling fenomenal tentu Vietnam, yang sedang menjalani "bulan madu" dengan pelatih Park Hang-seo (Korea Selatan). Dalam dua tahun, mantan asisten pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2002 itu mampu merevitalisasi sepak bola di negara itu.
Padahal, ia sempat mendapat penilaian sumbang pada masa awal kedatangannya di Timnas Vietnam, pada Oktober 2017. Pasalnya, Park belum memiliki pengalaman menjadi pelatih kepala timnas.
Park "ditemukan" pemilik klub Hoang Anh Gia Lai, Doan Nguyen Duc, yang saat itu bertekad mencari pelatih yang kompeten buat Timnas Vietnam selepas Nguyen Huu Thang mundur.
Ia pun terpincut dengan Park, yang kala itu berstatus pelatih klub kasta ketiga di kompetisi semiprofesional Korea National League, Changwon City FC.
Doan Nguyen Duc, yang juga pejabat di Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF), mengenalkan Park ke VFF. Dan sisa ceritanya, sudah kita ketahui.
Dalam dua tahun, sepak bola Vietnam mampu menembus 100 besar ranking FIFA. Dalam 13 pertemuan dengan sesama tim dari ASEAN, Vietnam membukukan 10 kemenangan dan tiga hasil imbang, tanpa terkalahkan. Memasukkan 24 dan kebobolan tujuh gol saja.
Prestasi? Park menghadirkan gelar juara Piala AFF 2018, membawa Vietnam jadi runner-up Piala AFC U-23 2018, seminalis Asian Games 2018, dan perempatfinalis Piala Asia 2019. Rata-rata prestasi yang diukir itu merupakan sejarah baru di sepak bola Vietnam.
Kepuasan atas kinerja Park membuat VFF kembali menambah durasi kontrak pelatih berusia 60 tahun itu untuk tiga tahun ke depan, hingga 2022.
Doan Nguyen Duc mengungkap, ada kesamaan filosofi yang membuat Park bisa bekerja dengan baik dalam lingkungan sepak bola Vietnam.
Buat Vietnam, ini bukan kali pertama mereka bekerja bersama pelatih dari Asia Timur. Pada Mei 2014-Januari 2016, pelatih asal Jepang, Toshiya Miura, menduduki jabatan pelatih The Golden Stars.
Advertisement
Jawaban Kegamangan Prestasi Timnas
Beralih ke Thailand, raja sepak bola di ASEAN lainnya itu akhirnya "menyerah" dan memutuskan merekrut pelatih asal Asia Timur untuk kali pertama. Pilihan jatuh pada mantan bos Timnas Jepang di Piala Dunia 2018, Akira Nishino.
Sepanjang sejarah sepak bola Thailand, The War Elephants lebih kerap memercayai tangan dingin pelatih lokal. Kalaupun dilatih arsitek asing, rata-rata berasal dari Eropa dan Amerika Latin. Pelatih dari sesama negara Asia ditepikan.
Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT), yang gerah dengan kinerja Milovan Rajevac sepanjang Piala Asia 2019, mengganti pelatih dari Serbia itu dengan Sirisak Yodyardthai. Hanya, pelatih lokal itu masih belum memuaskan.
Hingga, Nishino hadir sebagai jawaban atas kegamangan prestasi timnas sejak ditinggal Kiatisuk Senamuang pada akhir Maret 2017.
Sejauh ini adaptasi Nishino yang dikenalkan pada 17 Juli 2019, berjalan baik. Ia membawa Chanathip Songkrasin dkk. menduduki puncak klasemen sementara Grup G di kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, termasuk mengalahkan tim terkuat di grup ini, Uni Emirat Arab.
Faktanya tak hanya Vietnam dan Thailand, dua jagoan di ASEAN saat ini, yang memercayakan tangan dingin pelatih asal Asia Timur untuk membesut timnas senior maupun level U-23/U-22. Negara di ASEAN lain seperti Singapura, Kamboja, dan Timor Leste menempuh jalur sama.
Singapura, sejak Juni lalu dilatih Tatsuma Yoshida (Jepang), yang merupakan pelatih pertama timnas the Lions dari Asia Timur. Timor Leste juga ditangani nakhoda tim dari Jepang, Norio Tsukitate.
Timor Leste bahkan lebih "dekat" dengan deretan nakhoda tim dari Asia Timur, khususnya Korea Selatan, sejak kedatangan Kim Sin-hwan pada 2001.
Gerbong pelatih asal Negeri Ginseng mendominasi timnas kelompok usia muda Timor Leste, seperti Lee Ming-young, pelatih Timnas Timor Leste U-19 di kualifikasi Piala AFC U-19 2020.
Jago Memotivasi
Negara di kawasan ASEAN lain yang cukup dekat dengan pelatih asal Jepang dan Korea Selatan adalah Kamboja.
Timnas Kamboja tercatat pernah ditangani Yoo Kee-heung (Korsel) pada Desember 2007-Juli 2008, Lee Tae-hoon (Korsel) dalam dua periode (Agustus 2010-Mei 2012 dan September 2013-Maret 2017), serta Kazunori Ohara (interm/Jepang) pada April 2015.
The Angkor Warriors sejak medio Agustus 2018 dilatih duet Keisuke Honda-Felix Dalmas. Selain jadi pelatih, Honda juga berstatus GM Timnas Kamboja.
Performa Kamboja di tangan duet pelatih ini memang belum signifikan, seperti digulung Iran 14-0 pada penyisihan Grup C kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia (10/10/2019).
Namun, keberadaan Honda diyakini tetap berdampak positif lantaran mantan mantan pemain Timnas Jepang dan AC Milan itu kerap memberikan suntikan semangat seperti yang diperlihatkannya setelah Kamboja kalah tipis 0-1 dari Bahrain (10/9/2019).
Dalam video yang beredar luas di media sosial, Honda terlihat begitu semangat dalam memotivasi pemain setelah menjamu Bahrain.
Kini, bola panas berada di PSSI. Apakah akan kembali mendatangkan Luis Milla untuk melanjutkan romantika yang terhenti. Atau, menempuh cara baru yang selama ini belum pernah dicoba; mengubah kiblat sepak bola Indonesia ke Asia Timur dengan merekrut Shin Tae-yong?
Timnas Indonesia dalam sejarahnya baru sekali dilatih arsitek tim yang berasal dari sesama negara Asia, yakni Singapura. Dia adalah Choo Seng Quee, yang berduet dengan pelatih lokal Tony Wen, pada Asian Games 1951. Selebihnya, sejak 1934, Tim Garuda dibesut pelatih lokal, atau mendatangkan dari Eropa maupun Amerika Latin.
PSSI, sebelum menjatuhkan pilihan, tentu akan mempertimbangkan plus dan minus setiap kandidat. Yang pasti, tak serta merta hanya karena ikut-ikutan negara lain, melainkan sesuai kebutuhan.
Advertisement
Daftar Pelatih
Daftar pelatih timnas senior di negara anggota AFF (ASEAN)
Malaysia: Tan Cheng Hoe (lokal)
Brunei Darussalam: Robbie Servais (Belanda)
Thailand: Akira Nishino (Jepang)
Vietnam: Park Hang-seo (Korea Selatan)
Timor Leste: Norio Tsukitate (Jepang)
Singapura: Tatsuma Yoshida (Jepang)
Kamboja: Keisuke Honda (Jepang)-Felix Dalmas (Argentina)
Laos: V. Sundramoorthy (Singapura)
Myanmar: Antoine Hey (Jerman)
Filipina: Goran Milojevic (Serbia)