Bola.com, Jakarta Ketika Komisaris Jenderal Polisi Mochamad Iriawan terpilih sebagai Ketua Umum PSSI 2019-2023 di awal bulan ini, saya melihatnya sebagai terbukanya peluang untuk membuka sinkronisasi antara kalender timnas senior dengan agenda kompetisi, terutama Liga 1. Kenapa saya menaruh harapan besar pada Pak Iwan Bule? Karena kunci sinkronisasi ini ada di pembenahan prosedur tetap pengamanan pertandingan.
Sebagai petinggi kepolisian, Komjen Iriawan jelas punya akses, wawasan, dan sumber daya untuk membenahi protap tersebut. Hal ini jadi krusial karena penulis percaya bahwa untuk membentuk tim nasional senior yang kokoh kita harus memiliki fondasi pemahaman yang seragam bahwa puncak keberhasilan penyelenggaraan sebuah kompetisi sepak bola di Tanah Air adalah lahirnya timnas yang kuat, bukan hal-hal yang lain.
Advertisement
So, tidaklah bisa dipahami dengan akal sehat bila pada akhirnya ketika skuat garuda senior berlaga di FIFA matchday justru di saat bersamaan juga liga tetap berjalan. Kondisi ini akan membuat klub enggan melepas para pemain terbaiknya demi membela Merah-Putih, lalu diambil jalan tengah agar tiap klub maksimal hanya bisa menyumbang dua pemain saja ke timnas saat itu. Ya ampun..
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mekanisme Penyusunan Jadwal Global dan Nasional
FIFA telah menetapkan FIFA matchday setidaknya setahun sebelum sebelum kalender-kalender di level konfederasi ditetapkan. Setelah itu barulah para konfederasi semodel UEFA (Eropa), AFC (Asia), CAF (Afrika), CONCACAF (Amerika Utara, Tengah, dan Karibia), CONMEBOL (Amerika Selatan), dan OFC (Oseania), mengisi tanggal-tanggal yang masih kosong dengan agenda regional.
Pada fase berikutnya, setelah PSSI menerima kalender laga dari FIFA dan AFC barulah asosiasi nasional Indonesia tersebut menyusul jadwal laga timnas di semua level dari skuat senior hingga level kelompok usia di bawahnya. Setelah titik ini, PT Liga Indonesia Baru (LIB) barulah bisa menyesuaikan menyusun agenda liga di semua level guna memastikan jadwal kompetisi klub tidak bentrok dengan FIFA matchday dan agenda regional (Piala AFF, misalnya) yang melibatkan tim nasional senior.
Penulis melihat bahwa sinkronisasi antara kepentingan pembentukan timnas senior di bawah kesekjenan dengan agenda LIB terkendala pada penyusunan jadwal tersebut. Jadwal liga jelas juga merupakan produk keputusan dari penentuan format liga (struktur, jumlah klub peserta, pembagian wilayah, dst.), tapi abaikanlah dulu hal ini. Bila format liga tidak diubah, kuncinya adalah pada penyusunan jadwal yang dapat berjalan baik jika kita memiliki prosedur tetap pengamanan laga yang komprehensif. Aha.. nyambung lagi kan?
Well, tanpa protap pengamanan laga yang komprehensif, baku, dan memberdayakan warga sipil, sangatlah gampang jadwal liga terganggu kondisi “tidak keluarnya izin keramaian dari pihak kepolisian” yang terpicu bentrok jadwal liga dengan agenda kampanye partai politik, jadwal pilpres, jadwal pilkada, hingga kegiatan demonstrasi / unjuk rasa. Dengan bergesernya jadwal, jendela penyelenggaraan kompetisi pun menyempit dan ujungnya agenda skuat timnas senior bakal tertanggu. Ini lagu lama yang jelas tidak merdu.
Kondisi ini tidak terjadi di Eropa yang juga memiliki agenda-agenda politik yang lebih kurang sama dengan Indonesia, malah mereka pun masih lebih terganggu dengan pola iklim empat musim yang menyulitkan jadwal dapat berjalan mulus. Nah, mari kita sejenak berkaca pada protap pengamanan laga di United Kingdom, di mana tingkat pengamanan laga dibagi menjadi lima tingkat (Tingkat CS [Club Security Only]: kerawanan rendah tanpa perlu kehadiran polisi, Tingkat A: risiko rendah, Tingkat B: risiko menengah, Tingkat C: risiko tinggi, dan Tingkat C-IR [Increased risk of disorder]).
Advertisement
Melatih Petugas Keamanan Sipil Milik Klub
Penetapan protap tingkat pengamanan laga ini sangat dipengaruhi proses analisis oleh kepolisian yang berbeda untuk tiap wilayah (letak stadion, jaraknya terhadap fasilitas publik lain, jaraknya dengan tempat ibadah, dst.) dan juga berbeda dalam mengantisipasi level potensi jumlah penonton yang terlibat. Pada tingkat CS hingga C-IR, petugas keamanan sipil yang dilatih secara khusus oleh kepolisian dilibatkan secara aktif baik di dalam maupun di luar / sekitar stadion. Jumlah petugas keamanan sipil terlatih ini bahkan menjadi prasyarat sebuah klub untuk mengikuti kompetisi.
Dengan dihadirkannya petugas keamanan sipil oleh klub yang kemudian dilatih pihak kepolisian, kompetisi sepak bola di United Kingdom tetap dapat berjalan meski banyak agenda paralel di saat matchday berlangsung. Ya, jumlah polisi yang disebarkan di satu titik pada akhirnya bisa lebih proporsional berkat protap pengamanan laga yang sangat profesional ini. Imbasnya sangat jarang sebuah laga ditunda bila tidak sangat mendesak lantaran polisi butuh dikonsentrasikan dalam jumlah sangat-sangat besar di lain tempat.
Jangan lupa, di era 90-an tidak terbayang bahwa kompetisi sepak bola profesional bisa digelar di bulan puasa, tapi beberapa tahun terakhir penyelenggaraan laga di malam hari justru bisa dilakukan di sepanjang Ramadan demi lancarnya agenda liga yang sebelumnya sudah tergusur agenda-agenda non-olahraga. Jangan sampai demi sinkronisasi ini lagi-lagi LIB harus berjibaku mengubah-ubah jadwal ya Pak Iwan Bule, ayo kita rapikan semuanya bersama-sama.
*Penulis adalah wartawan, VP Operations dan Editor in Chief untuk Bola.com serta Bola.net, kolom ini berisi wawasan pribadi yang terlepas dari sikap kolektif insitusi.