Bola.com, Jakarta - Madura United menelan kekalahan memalukan saat bertandang ke markas Persija Jakarta dalam laga pekan ke-32 Shopee Liga 1 2019. Laskar Sape Kerrab ditekuk tuan rumah dengan skor 0-4 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat malam (13/12/2019).
Semua gol terjadi pada babak pertama, dengan tiga di antaranya lahir dari titik putih. Semua eksekusi penalti dicetak oleh Marko Simic, yang mencetak hattrick pada menit ke-21, 29’, dan 47'. Satu gol lain datang dari open play tembakan Ramdani Lestaluhu di menit ke-26.
Advertisement
Lahirnya tiga penalti hanya dalam 25 menit itu membuat banyak pihak bertanya-tanya. Muncul dugaan adanya "permainan". Apalagi, Persija juga memerlukan tiga poin dari laga ini untuk memastikan terhindar dari zona degradasi.
Pelatih Madura United, Rasiman, enggan mengungkap pendapatnya perihal kelayakan Persija mendapat tiga penalti pada babak pertama itu. Dia memilih menyindir wasit Thoriq Alkatiri, yang memimpin pertandingan ini.
"Pastinya saya ucapkan selamat kepada Thoriq yang memberi banyak penalti dalam satu babak. MURI (Museum Rekor Indonesia) perlu mencatat rekor ini. Mungkin perlu juga Guinness World Record untuk mencatatnya," kata Rasiman setelah pertandingan.
Dua lembaga yang disebut oleh Rasiman itu adalah pencatat hal-hal bombastis dalam berbagai hal. MURI adalah lembaga pencatat rekor di Indonesia, sedangkan Guinness Wolrd Record mencatat berbagai hal-hal "paling" di dunia.
Rasiman enggan berandai-andai apakah yang terjadi dalam pertandingan ini akan menjadi perbincangan banyak pihak. Sebab, tiga penalti dalam satu babak saja merupakan hal yang tidak biasa terjadi dalam sebuah pertandingan sepak bola.
"Saya tidak akan menggugat keputusannya. Ini laga penentuan dan terjadi tiga penalti. Orang akan berasumsi dan berkembang di media. Kalau memang itu adil, tidak ada masalah. Kalau orang Jawa bilang, ngono yo ngono ning ojo ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu)," ucap Rasiman.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Butuh VAR
Pelatih asal Banjarnegara itu menyebutkan dia sempat bertanya kepada Thoriq mengenai penalti itu. Tetapi, pertanyaan cukup menyindir dengan mengandaikan dirinya bertukar tugas dengan wasit berusia 31 tahun tersebut.
"Saya cuma menyampaikan singkat pada Mas Thoriq. Saya bilang, 'seandainya Anda berdiri di tempat saya dan saya berdiri di tempat Anda, kira-kira apa yang akan Anda rasakan?'. Dia malah langsung bilang, 'demi Allah saya hanya menjalankan tugas'," tutur Rasiman.
"Saya tidak menanyakan itu. Saya itu tidak berasumsi penalti itu penalti ini. Saya respek pada keputusannya. Itu area yang tidak bisa saya komentari, tapi kok segitunya," imbuh pelatih berusia 44 tahun tersebut.
Rasiman kemudian mengungkit insiden hampir serupa yang dialaminya saat menemani Madura United bertandang ke markas Borneo FC. Saat itu, timnya dalam kondisi imbang 1-1. Lantas, Borneo FC mendapat dua penalti menjelang bubaran.
Penalti pertama terjadi pada menit ke-84, tetapi Matias Conti gagal mengonversinya menjadi gol. Skor masih imbang, Borneo FC kembali mendapat penalti pada menit ke-90+4. Kali Lerby Eliandry membuat Borneo menang 2-1.
"Saya pernah memainkan game di sebuah Pulau Borneo, kena penalti di menit ke-84, dan ke-94 penalti lagi. Saya tidak mengomentari wasit. Tapi, kejadian ini menjadi cambuk buat kita semua, bahwa teknologi dibutuhkan," ujar Rasiman.
"Tekonolgi (VAR) itu perlu untuk mengindari prasangka. Dibutuhkan tayangan ulang untuk membantu keputusan wasit agar tidak diperdebatkan lagi," pungkasnya mengakhiri pembicaraan.
Advertisement