Bola.com, Jakarta - Jadi pelatih di klub Shopee Liga 1 2019 tidaklah mudah. Tekanannya amat besar. Manajemen dan suporter klub selalu punya ekspekstasi tinggi terhadap timnya. Pelengeseran paksa pelatih bukan pemandangan yang aneh di kompetisi kasta elite Tanah Air.
Musim ini saja, praktis dari 18 klub kontestan Liga 1 hanya Bali United dan Borneo FC yang tak melakukan pergantian pelatih. Bahkan ada tim yang melakukan pergantian arsitek sampai tiga kali!
Advertisement
Ya, Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya jadi klub yang sepanjang musim ini dilatih 3 nakhoda berbeda.
Persija klub yang menjadi juara bertahan kompetisi sempat dilatih Ivan Kolev, Julio Banuelos, dan kini Edson Tavares. Performa Tim Macan Kemayoran yang oleng jadi alasan untuk melakukan pergantian pelatih saat kompetisi berjalan.
Persija menjadi contoh nyata betapa pentingnya peran pelatih menjaga stabilitas performa tim menghadapi ketatnya persaingan Shopee Liga 1. Kepergian pelatih mereka, Stefano Cugurra alias Teco yang sukses mempersembahkan gelar musim lalu, membuat Persija kehilangan taji.
Pelatih yang baik tidak hanya sebatas pintar meracik strategi tapi juga cerdik menjaga kondisi psikologis dan kebugaran anak asuhnya. Karena Liga 1 kompetisi dengan medan berat. Selain faktor jarak tempuh laga away juga jadwal kompetisinya demikian rapat.
Bola.com memilih figur tiga pelatih terbaik Shopee Liga 1 2019. Simak alasan kami memilih mereka secara mendetail di bawah ini.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Stefano Cugurra (Bali United)
Pemilihan Stefano Cugurra alias Teco sebagai salah satu pelatih terbaik Shopee Liga 1 2019 hal yang sulit didebat. Ia sosok kunci di balik sukses Bali United memenangi gelar musim ini.
Bali United mengunci gelar juara pada pekan ke-30. Teco sukses menjaga kestabilan penampilan Irfan Bachdim dkk. sepanjang musim. Padahal, klub satu ini terhitung sering kehilangan pemain untuk kepentingan Timnas Indonesia.
Liga 1 2019 jadi gelar kedua Teco dua tahun beruntun usai berkelana di Liga Thailand. Sebelumnya ia juga mempersembahkan trofi kompetisi kasta elite ke Persija, klub besar yang 10 tahun terakhir terpuruk jadi kelas semenjana.
Tugas nakhoda 25 Juli 1974 meracik strategi Bali United musim ini terasa lebih mudah, karena ia didukung materi pemain mentereng. Serdadu Tridatu salah satu klub kaya raya di Tanah Air, hampir setiap musim mereka selalu mendatangkan pemain top dengan banderol wah.
Yang amat istimewa dari Teco selain berstategi adalah kecerdikannya menjaga kondisi fisik para pemainnya. Pada awal kariernya ia merupakan pelatih fisik. Ia amat paham bagaimana mencari solusi mengatasi jadwal padat kompetisi yang amat menguras stamina. Soal stabilitas kondisi fisik, Teco juga melakukannya di Persija.
Advertisement
Roberto Carlos Mario Gomez (Borneo FC)
Mario Gomez kontraknya tak diperpanjang Persib Bandung karena dinilai gagal mendudukkan Maung Bandung di jajaran papan atas. Buat pelatih yang pernah mengantarkan Johor Darul Ta'zim FC menjadi juara Piala AFC 2015, pencapaian arsitek asal Argentina itu sebuah aib.
Sepanjang melatih Persib, dikenal sebagai sosok yang kritis. Ia kerap mengkritisi kebijakan manajemen klub. Mulai dari urusan belanja pemain hingga urusan sepele ketiadaan lapangan latihan. Hal ini juga yang konon membuatnya lengser.
Di Borneo FC, Gomez terlihat enjoy bekerja. Tim Pesut Etam memberi kebebasan buat berkreasi. Ia juga tak dapat tekanan harus juara. Hal ini membuat kemampuan asli pelatih kelahiran 27 Februari 1957 keluar.
Borneo FC yang minim bintang disulapnya menjadi klub yang superior, stabil berada di papan atas. Banyak pemain muda Borneo FC tampil mengilap di tangan Mario Gomez.
Jangan heran seiring prestasi Borneo FC yang memesona, nilai jual Gomez ikutan melonjak. Ia jadi objek buruan klub-klub pesaing.
Jacksen F. Tiago (Persipura Jayapura)
Dari deretan pelatih yang ada di Shopee Liga 1 2019, Jacksen F. Tiago jadi pelatih paling bertabur gelar. Nakhoda asal Brasil itu pernah mengantar Persebaya juara Liga Indonesia edisi 2004 serta Persipura Jayapura 2008-2009, 2010-2011, dan 2013.
Namun, selepas berpisah dengan Persipura, sinar kebintangan Jacksen seperti meredup. Sempat hijrah ke klub Malaysia, Penang FA, pada 2014-2016, langkah Jacksen kembali ke Indonesia dengan menukangi Barito Putera terseok-seok.
Di awal musim ini, pelatih kelahiran 28 Mei 1968 tersebut, dipaksa lengser dari Tim Laskar Antasari. Namun, titik balik Jacksen berubah usai mengiyakan tawaran balik ke Persipura.
Persipura yang baru memecat Luciano Leandro juga tengah terpuruk ada di jajaran papan bawah.
Pelan namun pasti di tangan Jacksen, Persipura kembali menyenggat. Persipura hingga pekan ke-33 jadi pesaing terdekat Bali United dengan berada di posisi runner-up, hal yang tak terbayangkan sebelumnya.
Tugas Jacksen di Persipura musim ini lebih berat dibanding dulu saat ia pertama kali datang ke Tanah Papua. Pemain-pemain bintang utama tim macam, Boaz Solossa, Ian Kabes, Ricardo Salampessy, performanya menurun di makan usia.
Di sinilah kehebatan Jacksen, ia sukses membaurkan pemain senior dengan para junior yang berdampak langsung pada terkereknya performa Persipura.
Masa depan Persipura kini cerah. Mereka punya pemain-pemain muda macam Todd Rivaldo Ferre serta Gunasar Gunansar, yang sudah matang siap jadi bintang besar musim-musim mendatang.
Advertisement