Bola.com, Surabaya - Makan Konate sempat mendapat tekanan dari Aremania, suporter Arema FC. Pasalnya, dia yang telah menjadi andalan Arema sejak pertengahan musim 2018 sebelum memutuskan hengkang di awal musim ini.
Gelandang asal Mali itu melakukan langkah berani dengan bergabung ke Persebaya Surabaya, klub rival Arema. Hal itulah yang membuat Aremania melabeli Makan Konate sebagai penghkianat dan melontarkan kekecewaan di media sosial.
Advertisement
Konate tidak ingin terlalu memikirkan persoalan ini. Sebagai pemain profesional, dia merasa bukan hal yang aneh bila ada klub lain yang berminat mendatangkan pemain tertentu, meski berstatus mantan pemain klub rival.
"Saya pemain bola profesional. Saya suka Indonesia bukan satu tim saja. Saya keluar dari Arema ke Persebaya juga bukan rivalitas. Di luar dari itu, saya pemain profesional," kata pemain berusia 28 tahun tersebut.
Makan Konate pertama kali datang ke Indonesia pada 2012 dengan membela PSPS Pekanbaru, di usianya yang masih 21 tahun. Setelah itu, dia membela empat klub Indonesia lain, yaitu Barito Putera, Persib Bandung, dan Sriwijaya sebelum ke Arema.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dinamika Sepak Bola Indonesia
Latar belakang itu membuatnya sangat memahami dinamika sepak bola Indonesia. Dia juga tahu rivalitas yang terjadi antara Arema dan Persebaya dalam Derbi Jatim lahir akibat perseteruan Aremania dengan Bonek, suporter Persebaya.
Makan Konate memandang dua kelompok suporter ini memang memiliki fanatisme yang tinggi terhadap klub yang dicintainya. Aremania dan Bonek telah menjadi bagian dari catatan kariernya di Indonesia.
"Bonek dan Aremania adalah suporter yang fanatik, mereka datang ke stadion dengan jumlah banyak. Insyaallah, Bonek lebih ramai dan datang mendukung kami. Bonek juga suporter fanatik dan luar biasa," tuturnya.
Advertisement