Bola.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sempat merencanakan perdamaian suporter klub Jawa Timur. Dia bersama Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, bahkan mengadakan pertemuan di Gedung Grahadi, Surabaya, Minggu (9/2/2020).
Itu bertepatan dengan momen sehari sebelum digelarnya Piala Gubernur Jatim 2020. Hampir semua perwakilan suporter hadir dalam acara ini, yakni Aremania (Arema FC), LA Mania (Persela Lamongan), Persikmania (Persik Kediri), dan K-Conk Mania (Madura United).
Advertisement
Hanya Bonek (suporter Persebaya), yang notabene berbasis di kota tempat acara itu, yang memutuskan absen.
Penandatangan "Ikrar Perdamaian Suporter Jawa Timur" lantas urung terjadi. Semuanya sepakat bahwa perdamaian suporter tidak akan terjadi dari proses yang berlangsung di dalam ruangan itu.
Hanya sekitar sepekan kemudian, ketidakharmonisan antarsuporter kemudian menjadi perbincangan. Penyebabnya, Persebaya bertemu dengan Arema FC dalam semifinal turnamen tersebut
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bonek dan Aremania masih belum akur. Perang komentar di media sosial sudah tidak terhindarkan. Kedua pihak masih belum bisa menerima jika harus duduk satu tribune.
Hal ini pula yang membuat panpel Piala Gubernur Jatim 2020 menggelar laga semifinal tanpa penonton. Khusus duel Arema versus Persebaya, digelar di Blitar.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awal Perdamaian
Jika berbicara perseteruan dia kelompok itu, agaknya perlu pula melihat perdamaian suporter lain yang harus menjadi teladan. Inj melibatkan Bonek dan LA Mania.
Sejak awal 2000-an, dua kelompok suporter bertetangga ini saling bermusuhan hingga menimbulkan korban jiwa.
Semua berubah pada 2018. Saat itu Persela harus menjamu Persebaya dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Surajaya, 30 Agustus 2018. Panpel Persela memutuskan tidak memberi kuota tiket kepada suporter tim tamu.
Tapi, Bonek nekad berangkat. Hasilnya, tidak ada perselisihan dengan LA Mania. Semua suporter Persela bisa menerima kehadiran suporter klub tetangganya tersebut.
Itu tidak terlepas dari usaha Curva Boys, suporter Persela penghuni tribune utara, yang kerap memberi bantuan kepada Bonek. Beberapa kali Bonek ke Jakarta dengan melewati Lamongan dan Curva Boys memberi nasi bungkus sebagai bentuk dukungan.
Momen itu terjadi pada medio 2016, saat Persebaya belum diakui oleh PSSI. Bonek terus mengawal perjuangan klubnya agar mendapat status pemulihan dari induk sepak bola dalam negeri tersebut.
"Dari situlah kami yakin, Bonek dan seluruh suporter LA Mania bisa mencairkan hubungan. Kami sudah disambut dan banyak dibantu," kata Husin Ghozali, koordinator Bonek tribune utara, kepada Bola.com.
Advertisement
Membalas Perlakuan Baik
Bonek lantas membalas perlakuan baik LA Mania saat Persebaya mendapat giliran menjamu Persela. Dua kelompok suporter itu mampu menyatu di tribune dan saling berbalas sapaan.
Sulit membayangkan Bonek dan LA Mania bisa berdamai jika dalam beberapa tahun lalu masih dalam situasi panas.
Dirigen LA Mania, Teguh Santoso, pernah menjadi korban keganasan rivalitas suporter. Nyawanya hampir melayang saat relasi kelompoknya dan Bonek masih memburuk.
"Saya sendiri pernah mengalami momen yang tidak mengenakkan dengan rivalitas suporter. Kami semua sepakat untuk tidak lagi terjadi konflik. Kedua pihak mau sama-sama menjalankan itu," ujar pria yang karib disapa Karembo itu.
Momen penting yang terjadi pada Bonek dan LA Mania itu seharusnya bisa membuat suporter lain yang masih terlibat konflik untuk belajar. Perdamaian mereka tidak lahir dan kesepakatan, ikrar, atau proses penandatanganan yang dilakukan di dalam gedung ber-AC.
"Perdamaian itu dilakukan dari hati. Bonek sudah bisa menerima LA Mania, dan juga sebaliknya. Kami sama-sama tulus untuk menyudahi permusuhan. Terbukti, sampai sekarang Bonek bisa berbaur dengan LA Mania," tutur Cak Cong, sapaan akrab Husin Ghozali.