Bola.com, Malang - Shopee Liga 1 2020 sudah berjalan tiga pertandingan. Untuk sementara, Persib Bandung kokoh di puncak klasemen dengan nilai sempurna, sembilan poin.
Praktis Persib sukses meninggalkan pesaingnya yang sempat tersendat di awal musim. Salah satunya Arema FC. Tim berjuluk Singo Edan ini justru terdampar di urutan 12 dengan tiga poin.
Baca Juga
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Duel Pelatih Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Paul Munster Pengalaman, Carlos Pena Memesona
Adu Gemerlap Pemain Asing Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Mewah! Panas di Tengah dan Depan
Advertisement
Tim besutan Mario Gomez sempat mengejutkan di pekan pertama. Mereka jadi satu-satunya tim yang menang di laga tandang awal musim.
Namun setelah itu performa mereka melempem. Arema dua kali ditekuk Persib Bandung dan PSIS Semarang. Seperti ada yang salah dengan performa Singo Edan.
Padahal jika melihat statistik, Arema selalu menguasai ball possession ketika mengalami dua kekalahan beruntun. Dan evaluasi terus dilakukan oleh pelatih Mario Gomez untuk membangkitkan timnya.
Kebetulan saat ini kompetisi Liga 1 jeda. Selain karena memang awalnya ada FIFA match day yang dibatalkan akibat virus corona. Tidak bisa dimungkiri ini jadi momentum tim pelatih untuk melakukan analisa.
Di sisi lain, pemain diliburkan 5 hari. Selain mendukung program pemerintah agar menghindari aktivitas sementara waktu, ini juga untuk memulihkan mental pemain dari dua kekalahan tersebut.
Bola.com merangkum 4 faktor yang membuat Arema punya start kurang bagus di awal musim.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Banyak Pelanggaran
Sejak ditangani Mario Gomez, Arema seakan tampil dengan karakter lama. Yakni agresif dan keras. Memang terlihat lebih bertenaga. Namun ada sisi buruk yang muncul akibat gaya bermain seperti itu.
Adalah banyak pelangaran. Kini Singo Edan sudah mendapatkan dua hukuman penalti ketika melawan Persib Bandung. Keduanya berasal dari pelanggaran yang dilakukan pemain belakang.
Selain itu, banyak kartu yang sudah dikantongi pemain. Sudah ada 12 kartu kuning untuk pasukan Singo Edan. Dua di antaranya ditujukan untuk striker Jonathan Bauman di satu pertandingan lawan PSIS Semarang.
Itu membuatnya dapat kartu merah dan harus absen di laga selanjutnya lawan Borneo FC (3/4/2020). Sebuah kerugian tentunya. Karena Bauman sangat diharapkan bisa mengangkat performa Arema, terutama di lini depan.
Advertisement
Bek Kanan Jadi Titik Lemah
Manajemen Arema menyampaikan jika pelatih Mario Gomez saat ini masih khawatir dengan sektor bek kanan. Belum ada pemain yang bisa membuat pelatih asal Argentina ini tenang.
Awalnya, Syaiful Indra Cahya yang jadi pilihan utama. Namun bek asli Malang itu justru melakukan dua kesalahan fatal di pekan kedua lawan Persib Bandung.
Dua kesalahan itu berujung gol untuk Persib. Kini, Taufik Hidayat yang dicoba jadi pengganti. Namun, saat lawan PSIS, sektor bek kanan masih sering dimanfaatkan lawan untuk merobek gawang Arema. Gol Pertama PSIS juga bermula dari umpan silang di sektor kanan pertahanan Arema.
Striker Asing Belum Padu
Dilema sedang dialami Arema untuk sektor depan. Musim ini mereka punya duet striker asing asal Argentina, Elias Alderete dan Jonathan Bauman.
Namun saat keduanya absen di pekan pertama, Arema justru berhasil menang 2-0 di kandang Tira Persikabo. Setelah Alderete dan Bauman bermain, Arema seakan kesulitan mencetak gol.
Alderete memang menyumbangkan satu gol lawan Persib. Namun itu berasal dari tendangan penalti. Sementara striker lokal Kushedya Hari Yudo yang memborong dua gol lawan Tira Persikabo seakan belum padu dengan Bauman atau Aderete.
Dia terlihat lebih garang ketika dipasang dengan striker lokal, M. Rafli. Kondisi seperti ini sebenarnya sudah terlihat sejak pramusim. Bauman dan Alderete sepertinya butuh waktu untuk menyatu dengan permainan Singo Edan.
Advertisement
Minim Pemain Kreatif
Ketika lini depan buntu, Arema tak punya pemain dengan kreatifitas tinggi di lini tengah. Berbeda dengan musim lalu. Saat striker mandul, ada sosok Makan Konate yang jadi pemecah kebuntuan.
Karena Konate memang dibebaskan untuk berkreasi dari lini tengah. Sedangkan musim ini Arema tidak memainkan sosok gelandang serang karena memakai formasi utama 4-4-2.
Hendro Siswanto dan Oh In-Kyun punya tugas sama. Sebagai breaker di lini tengah. Bola banyak dialirkan ke lebar lapangan. Celakanya, Arema juga tak punya striker dengan postur tinggi untuk menyelesaikan skema serangan lewat umpan silang.