Bola.com, Malang - Keluar dan masuknya pemain asing di dalam sebuah klub sepak bola Indonesia setiap musimnya merupakan hal yang biasa, termasuk di Arema FC. Bahkan di musim ini, Singo Edan memutuskan untuk mengganti semua pemain asing yang dimilikinya pada musim lalu.
Arthur Cunha, yang sudah bergabung bersama Arema FC sejak 2016 pun, akhirnya tersingkir dan dipinjamkan ke Persipura Jayapura pada musim ini. Tapi, cukup banyak pula pemain asing yang hanya singgah sesaat di skuat Singo Edan.
Baca Juga
Advertisement
Ada sejumlah pemain asing yang hingga kini masih memiliki kenangan di hati Aremania, suporter Arema FC. Namun, ada pula yang sudah terlupakan.
Bahkan dari sejumlah pemain asing Arema FC yang masih melekat di hati Aremania, tidak melulu karena performa terbaiknya saat membela Singo Edan. Namun, ada pula yang masih dikenang karena memiliki keunikan tersendiri.
Berikut Bola.com merangkum sejumlah pemain asing yang pernah berseragam Arema FC dan masih ada di hati Aremania karena memiliki keunikan, mulai dari karakter bermain, gaya selebrasi, hingga hal-hal lainnya.
Â
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Joao Carlos
Pemain kidal asal Brasil ini merupakan playmaker Arema pada 2004 hingga 2007. Sebenarnya dia termasuk pemain yang loyal. Joao Carlos hengkang musim 2007 hanya karena karakter bermainnya tidak sesuai dengan kepelatihan Miroslav Janu saat itu.
Keunikannya tampak dari cara bermain. Joao Carlos kerap memberikan hiburan tersendiri dengan skill tinggi yang dimiliki. Pantas waktu itu Carlos dijuluki tukang sihir.
Kadang dia melepaskan umpan yang berlawanan dengan pandangannya. Jika dia melihat rekannya di sebelah kanan, kakinya justru mengirimkan bola ke kiri. Selain itu, dia lihai memperagakan tipuan yang waktu itu masih jarang dimiliki pemain lain.
Aremania merasa terhibur seperti melihat tontonan sirkus jika Carlos sudah membawa bola. Saat manajemen mengumumkan resmi melepasnya, Carlos sempat menangis karena hatinya sudah tertambat di Malang.
Â
Advertisement
Keith Kayamba Gumbs
Pemain yang satu ini merupakan pemain serbabisa. Kayamba direkrut dari Sriwijaya FC pada musim 2013 silam. Dia masuk dalam proyek los galaticos Arema pada saat itu. Meski posisi aslinya adalah striker, namun Kayamba pernah dimainkan sebagai pemain sayap, gelandang hingga bek sayap.
Namun, bukan itu keunikannya. Pemain asal Saint Kitts and Nevis ini punya keunikan ketika melakukan selebrasi gol. Setiap mencetak gol, gayanya selalu berbeda, mulai dari mengaum seperti singa, maskot Arema, sampai gaya mencukur brewok. Pernah juga dia berselebrasi dengan menyambar pengeras suara MC pertandingan untuk bernyanyi lagu Aremania.
Suporter pun selalu menunggu gaya baru Kayamba setiap kali dia mencetak gol. Hal ini sebenarnya sudah dilakukannya sejak memperkuat Sriwijaya FCÂ dan melanjutkannya di Arema. Sayang, dia hanya satu musim membela Arema setelah itu pensiun karena usianya memasuki 40 tahun.
Â
Robert Lima Guimaraes
Pemain asing yang sangat singkat bermain untuk Arema. Robert Lima hanya bertahan saat pramusim 2019. Performanya tidak memenuhi harapan tim pelatih. Penyerang asal Brasil ini datang dalam kondisi fisik yang kurang bagus.
Namun, justru itu keunikannya. Penampilan Lima di luar lapangan tidak layaknya pesepak bola pada umumnya. Dia lebih mirip seorang petarung bebas, yang membuatnya dijuluki gladiator. Mantan striker Al Shabab, Kuwait ini punya badan yang gempal.
Dalam sebuah selebrasi, dia pernah melepas jerseynya dan pamer otot layaknya seorang petarung. Selain itu, penampilannya ketika hendak menjalani sebuah pertandingan juga sempat jadi bahan tontonan pemain lain. Dia sering memakai celana dan baju ketat dipadu dengan sepatu caterpillar yang banyak dipakai seorang pengawal.
Â
Advertisement
Abblode Yao Rudy
Namanya bisa jadi kurang terlalu diingat Aremania. Namun, jika disebut striker Arema yang dipanggil Mario Balotelli, sosoknya langsung muncul. Saat memperkuat Arema pada musim 2015 silam, penampilannya mencontoh striker nyentrik Italia, Balotelli. Rambutnya dicat kuning di bagian depan.
Dia pun senang dipanggil Balotelli karena Yao ingin tampil seperti itu. Sayang, dia hanya mirip dari segi penampilan rambut saja. Secara permainan di lapangan masih belum terlalu garang. Tapi, dia masuk dalam skuat Arema yang berhasil menorehkan gelar juara Piala SCM, Inter Island Cup di pengujung 2014 lalu.
Setelah itu, dia didepak pelatih Suharno. Kebetulan kompetisi Liga Indonesia dihentikan karena sanksi dari FIFA jatuh untuk Indonesia waktu itu. Arema pun mencari striker lain untuk menggantikan posisinya.