Sukses


Wiljan Pluim, Dewa Tanpa Pelapis di PSM

Bola.com, Makassar - Wiljan Pluim bergabung bersama PSM Makassar pada putaran kedua Torabika Soccer Championship 2016. Keahliannya dalam mengolah bola untuk melewati lawan, umpan terukur dan mencetak gol membuat eks gelandang Willem II ini jadi nilai plus tersendiri.

Bukan hanya di kalangan suporter PSM, pendukung lawan pun kerap terbius dengan penampilannya di lapangan hijau. Tak ayal, pemain berpaspor Belanda ini menjelma jadi idola di pentas sepakbola Indonesia.

Itulah mengapa di PSM Wiljan Pluim ibarat dewa. Perannya sebagai pembeda di Juku Eja tidak tergantikan. Malah ada anggapan, tanpa diperkuat Pluim, separuh kekuatan Juku Eja bakal rontok.

Tak ayal, bukan rahasia lagi kalau setiap pelatih tim lawan menjadikan Pluim sebagai target yang harus dimatikan bila ingin mendapatkan poin dari Juku Eja.

Statistik Pluim selama di PSM bisa dijadikan acuan betapa pentingnya sosok gelandang berusia 31 ini. Sampai saat ini, Pluim sudah tampil sebanyak 119 partai di ajang resmi, yakni Liga 1, Piala Presiden, Piala Indonesia dan Piala AFC. Khusus di Liga 1, Pluim tampil bersama PSM pada 83 laga dengan koleksi gol dan assist, masing-masing 26 kali.

Gelandang PSM Makassar, Wiljan Pluim, berebut bola dengan striker Lao Toyota FC, Somsavath, pada laga Piala AFC 2019 di Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (13/3). PSM menang 7-3 atas Lao. (Bola.com/M. Iqbal Ichsan)

Pada dua edisi perdana Liga 1, Pluim menjadi aktor utama di balik kesuksesan PSM yang stabil bertahan di posisi tiga besar. Malah pada musim 2018, PSM nyaris meraih trofi juara. Juku Eja hanya kalah satu poin dari Persija Jakarta yang bertengger di posisi puncak klasemen akhir dengan koleksi 62 poin.

Musim lalu, andil Pluim tetap besar buat PSM. Ia membawa PSM meraih trofi juara Piala Indonesia dan menembus semifinal Zona Asean Piala AFC 2020. Padahal, sejak awal musim, ia selalu berada dibawah bayang-bayang cedera engkel, yang membuatnya sampai pulang ke Belanda sebelum kompetisi Liga 1 berakhir.

Ironisnya, peran Pluim praktis tak bisa dilakukan pemain lain. Alhasil, setelah sukses pada Piala AFC dan Piala Indonesia, PSM terseok-seok di Shopee Liga 1 dan bertengger di peringkat ke-12 pada akhir kompetisi.

Berkat aksi dan jasanya bersama PSM, Pluim bakal menjadi pemain asing terlama yang bertahan di klub kebanggaan Kota Daeng itu. Kontraknya di PSM baru akan berakhir pada 2021 dan kemungkinan besar akan diperpanjang oleh manajemen Juku Eja.

Sebagai pemain, Pluim tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut analisa penampilan Wiljan Pluim bersama PSM versi Bola.com.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Gocekan dan Uman Terukur Jadi Kelebihan

Meski berpostur besar dengan tinggi 194 cm, Wiljan Pluim memiliki gerak tubuh yang lentur. Gerakan kedua kakinya cepat dan sulit ditebak. Tak ayal, ketika bola bersamanya, dua sampai tiga pemain datang mengadangnya.

Gelandang berdarah Belanda ini pun jeli memanfaatkan celah di lini pertahanan lawan. Itulah mengapa, sebagai gelandang ia tak hanya piawai dalam membuat assist, tapi juga mencetak gol.

Motivasi dan militansi di lapangan jadi nilai plus tersendiri. Karakter agresif ditambah kecerdasannya yang tinggi membuat Pluim bisa menempati posisi apa saja di lini depan PSM.

Hal itu terlihat pada strategi yang kerap diterapkan dua pelatih PSM sebelumnya, yakni Robert Alberts dan Darije Kalezic.

Pada sejumlah partai, Pluim yang sejatinya adalah gelandang serang di belakang striker, kerap dimainkan sebagai penyerang sayap. Malah, tak jarang Pluim bermain sebagai striker tunggal karena dengan tinggi 194 cm memudahkan dirinya menyambut umpan bola atas.

"Saya memainkan Pluim sebagai striker karena ia bisa menahan bola sekaligus jadi tembok buat pemain lain," ujar Robert menjelaskan alasan dirinya menugaskan Pluim berperan sebagai striker tunggal.

Pada era Bojan Hodak yang gemar menerapkan pola 4-4-2, Pluim ditempatkan sebagai penyerang sayap pada formasi awal. Saat pertandingan berjalan, Pluim lebih terkesan sebagai 'pemain bebas' di lapangan.

 

3 dari 4 halaman

Sifat Emosional dan Cedera Jadi Kendala

Namun, di balik aksinya yang menghibur, Wiljan Pluim juga menyimpan kelemahan, yakni emosinya yang kerap meledak. Apalagi saat stamina dan kebugarannya mulai menurun. Sementara pada waktu yang sama, pemain lawan bergantian menjegalnya dengan berbagai cara.

Sisi kelemahan inilah yang menjadi fokus pelatih lawan PSM untuk mematikan Pluim. Apalagi gaya bermain Pluim yang kerap berlama-lama memainkan bola membuat dirinya menjadi sasaran empuk lawan.

Sejak bergabung di PSM pada putaran kedua Torabika Soccer Championship 2016, jumlah tekel pemain lawan kepada Pluim setiap musim meningkat sejalan dengan peran pentingnya di Juku Eja. Alhasil, setiap selesai membela PSM, Pluim mendapat perawatan khusus dari tim medis PSM.

Puncaknya pada musim lalu, gelandang berpaspor Belanda ini akhirnya harus mengakhiri kiprahnya saat kompetisi masih berjalan karena cedera engkelnya perlu mendapat perawatan intensif di kampung halamannya.

Pada musim 2020, faktor emosi yang tak terkontrol membuat Pluim tak bisa membela PSM pada tiga laga awal fase Grup H Piala AFC. Ia mendapat kartu merah langsung pada saat PSM menjamu Lalelok United pada leg kedua playoff Piala AFC di Stadion Madya Senayan (29/1/2020).

Tak hanya itu, hukuman yang diterimanya bertambah menjadi sanksi larangan tiga laga karena melakukan protes berlebihan kepada wasit Hasan Akrami asal Iran. Padahal, dalam durasi 32 menit bermain sebelum mendapat kartu merah, Pluim membuat dua assist buat Giancarlo Rodrigues dan Ferdinand Sinaga.

 

4 dari 4 halaman

Statistik Wiljan Pluim Bersama PSM

2016

TSC 2016 (putaran kedua): 15 Laga/4 Gol/6 Assist/1.339 Menit Bermain

2017

Liga 1: 32 Laga/12 Gol/13 Assist/ 2.879 Menit Bermain

Piala Presiden: 2 Laga/1 Gol/1 Assist/180 Menit

2018

Liga 1:29 Laga/5 Gol/6 Assist/2.606 Menit Bermain

Piala Presiden: 1 Laga/0 Gol/0 Assist/48 Menit Bermain

2019:

Liga 1: 19 Laga/5 Gol/7 Assist/630 Menit Bermain

Piala Presiden: 2 Laga/0 gol/0 Assist/95 Menit Bermain

Piala AFC: 7 Laga/2 Gol/2 Assist/630 Menit Bermain

Piala Indonesia: 7 Laga/2 Gol/3 Assist/630 Menit Bermain

2020

Liga 1 (Terhenti): 3 Laga/0 gol/0 Assist/270 Menit Bermain

Piala AFC: 2 Laga/0 Gol/2 Asisst/122 Menit Bermain

Video Populer

Foto Populer