Bola.com, Jakarta Pemerintah mengumumkan masa darurat pandemiĀ virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 secara Nasional hingga 29 Mei 2020. PSSI pun memperpanjang masa libur kompetisi Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020 sesuai amanat Pemerintah tersebut.
Namun, Federasi Sepakbola Indonesia masih memberi isyarat roda sepak bola Tanah Air akan kembali diputar 1 Juni, dengan syarat Indonesia telah bebas dari pandemi COVID-19.
Baca Juga
Netizen Ngeri dengan Skuad Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024: Ada Trio Ronaldo - Rivaldo - Kaka
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026
Advertisement
Mengamati musibah COVID-19 yang makin masif dan sulit diprediksi masa berakhirnya, Direktur Madura United, Haruna Soemitro menyampaikan buah pemikirannya soal kelangsungan sepak bola Indonesia. Berikut wawancara Bola.com dengan Haruna Soemitro.
Anda mengatakan Sepak bola Penghidupan, Bukan Kehidupan. Apa makna kalimat tersebut?
Kalimat itu hasil kontemplasi saya setelah melihat situasi terkini pandemi Corona yang berdampak luas pada kehidupan di Indonesia. Karena saya berkecimpung di sepak bola, maka perhatian saya lebih banyak tercurah ke situ.
Intinya, bagi orang-orang yang terlibat di olahraga ini, sepak bola adalah penghidupan, bukan kehidupan. Artinya sepak bola bukan segala-galanya. Tanpa sepak bola, kehidupan akan terus berjalan.Ā Pada masa genting dan prihatin sekarang, kehidupan dalam arti sempit nyawa lebih penting dari sepak bola.
Anda tak khawatir, kalimat tersebut dapat protes dari insan sepak bola Indonesia?
Kenapa harus takut. Saya tahu bagi mayoritas pesepak bola di Indonesia ini profesi satu-satunya sebagai sumber penghidupan. Tapi saya yakin dalam kondisi darurat saat ini, mereka akan lebih mengutamakan kehidupan atau keselamatan keluarganya.
Sebenarnya, sepak bola ini hanya jadi penghidupan bagi mereka yang masih aktif, baik pelatih maupun pemain. Tapi bagi para mantan, Anda lihat mereka tetap melanjutkan kehidupan tanpa tergantung sepak bola. Saya kira semua warga Indonesia mengalami penderitaan ini. Artinya, kita harus ambil hikmah dari wabah ini.
PSSI mengisyaratkan, seandainya pandemi ini sudah berakhir, kompetisi akan diputar lagi 1 Juni 2020. Bagaimana pendapat Anda?
Virus Corona ini makhluk Allah SWT yangĀ kasat mata. Saat wabah ini terjadi di Wuhan, Cina, orang Indonesia yakin tak akan kena COVID-19. Tapi sekarang bagaimana? Kita perang dengan sesuatu yang tak nampak, tapi nyata dan mengancam jiwa siapa pun. Jadi, saya harap PSSI pun tak berandai-andai.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bagaimana Solusinya?
Bagaimana solusi Anda?
Saya tak mau berandai-andai. Lebih baik kompetisi 2020 di-shutdown. Kita restart sepak bola Indonesia pada 2021 sehingga pemain dan klub dapat kepastian dan fokus ke musim 2021.
Jika PSSI memutar lagi kompetisi bulan Juni akan benturan dengan masa TMS (transfer matching system), karena FIFA membuka lagi TMS untuk tansfer windows kedua bulan Juli. Bila bulan Juni diputar lagi, klub-klub memainkan empat pertandingan.
Jika ditotal tujuh partai ditambah yang tiga pekan lalu. Tujuh laga tak cukup untuk menilai kinerja pemain asing yang ada. Jika musim 2020 di-shutdown,Ā kami juga mengurangi beban pikiran PSSI, sehingga federasi bisa fokus menyiapkan Piala Dunia U-20 mendatang, tanpa terganggu kompetisi domestik.
Jika musim 2020 dibubarkan, bagaimana nasib pelatih, pemain, dan ofisial klub?
Sesuai arahan PSSI, klub-klub tetap membayar gaji pemain mulai Maret-Juni sebesar 25 persen. Bila shutdown, klub harus menjamin akan mengontrak pemain sekarang ini untuk musim 2021 dengan nilai kontrak atau gaji seperti 2020, sehingga mereka juga dapat kepastian masa depannya.
Lain hal jika pemain yang nanti minta keluar atau pindah ke klub lain. Di saat semua tak menentu, kita harus berani memberi kepastian. Meski keputusan itu pahit.
Advertisement