Bola.com, Semarang - PSIS Semarang merupakan satu di antara beberapa klub legendaris Indonesia dengan berbagai prestasi yang diraih. PSIS yang lahir pada 1932 tak kalah soal torehan gemilang.
Dua trofi yang paling terkenang adalah menjuarai kompetisi Perserikatan 1987 dan juara Ligina 1999. Tim berjulukan Mahesa Jenar menjadi kampiun setelah dua kali mengalahkan Persebaya Surabaya pada partai final.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!
Advertisement
Pada musim-musim berikutnya, prestasi tim pujaan Panser Biru dan Snex mengalami pasang surut. Setelah lama berkutat di kasta kedua dalam beberapa tahun, PSIS Semarang baru bisa kembali ke Liga 1 pada 2018, dan kini tengah diuji eksistensinya.
PSIS Semarang juga dikenal tim yang doyan mengorbitkan pemain bintang. Para pemain ini memiliki banyak kenangan bersama PSIS di setiap eranya. Berikut ini adalah lima pemain besar PSIS yang bakal sulit dilupakan publik kota Lumpia versi Bola.com:
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ribut Waidi
Legenda besar PSIS Semarang tersemat dalam diri Ribut Waidi. Ia menjadi pemain paling sukses baik bersama PSIS maupun saat berseragam Timnas Indonesia.
Ribut Waidi lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 5 Desember 1962. Ia mengawali karier bermain untuk tim lokal PS Sukun Kudus pada 1976 hingga 1980. Kemudian ia melanjutkan petualangannya bersama Persiku Kudus (1980), PS Kuda Laut Pertamina Semarang (1981-1984), dan PSIS Semarang (1984-1992).
Pada era 1980-an, bersama PSIS, karier Ribut pun melesat di Tanah Air. Pada 1987 dirinya sukses melambungkan Mahesa Jenar menjuarai kompetisi Perserikatan dengan mengalahkan Persebaya Surabaya di final.
Berkat kesuksesannya itu, perjalanan Ribut berlanjut ke level lebih tinggi bersama Timnas Indonesia. Torehan prestasi ikut diraihnya bersama Timnas Indonesia saat menyabet medali emas sepak bola SEA Games Jakarta 1987.
Ribut Waidi tutup usia pada 3 Juni 2002. Untuk mengenang pengabdian dan jasa besarnya terhadap dunia sepak bola tanah air, Pemkot Semarang mendirikan patung Ribut Waidi sedang menggiring bola di Jalan Karangrejo, atau jalur utama menuju Stadion Jatidiri, markas PSIS Semarang.
Advertisement
Tugiyo
Pemain paling fenomenal yang pernah dimiliki PSIS Semarang. Ia dijuluki sebagai Maradona dari Purwodadi. Tak lain karena punya tinggi badan 162cm, tapi jago untuk urusan membobol gawang lawan, layaknya Diego Maradona.
Satu momen paling bersejarah baginya adalah menjadi pahlawan PSIS saat merengkuh gelar juara Ligina 1999. Melawan Persebaya Surabaya dalam final di Stadion Klabat, Manado, ia mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan tersebut.
Sayangnya setelah menjuarai kompetisi bersama PSIS, nama Tugiyo seperti redup karena cedera yang dialaminya. Tugiyo menghabiskan kariernya bersama PSIS hingga 2003 dan saat ini menggeluti pembinaan usia muda.
Muhammad Ridwan
PSIS Semarang adalah tim dari tanah kelahirannya dan menjadi klub pertama yang dibelanya pada 1999. Pria kelahiran 8 Juni 1980 ini setidaknya sudah tiga kali keluar masuk di PSIS.
Musim 2005 hingga 2008 merupakan masa emasnya berkarier di PSIS. Ridwan yang beroperasi sebagai pemain sayap kanan mampu mengoleksi 20 gol dari 72 penampilan selama tiga musim beruntun.
Pintu Timnas Indonesia pun terbuka untuknya. Ridwan menjadi pemain yang sulit tergantikan di Timnas Indonesia terutama saat ajang Piala AFF 2010.
Sempat berganti tim seperti Pelita Jaya, Sriwijaya FC, dan Persib Bandung, Ridwan kembali bergabung dengan PSIS dan menghabiskan kariernya di sana. Ia kemudian gantung sepatu pada musim 2018.
Satu di antara prestasinya adalah membawa PSIS Semarang promosi ke Liga 1 musim 2018. Kini Ridwan fokus menjadi pelatih dengan memiliki lisensi kepelatihan A AFC dan menjadi pelatih tim Elite Pro Academy PSIS.
Advertisement
Emanuel De Porras
Pemain asal Argentina ini sempat menjadi idola bagi publik PSIS Semarang pada 2005. De Porras didatangkan dari Persija Jakarta, dan menjadi striker yang mematikan.
Meski hanya bermain semusim bersama PSIS, ia mampu melesakkan 23 gol dari 30 penampilannya. De Porras nyaris membawa PSIS kembali meraih gelar juara Liga Indonesia pada 2006.
Sayangnya, ia gagal membantu PSIS mengangkat trofi karena harus kandas dalam partai final melawan Persik Kediri di Stadion Manahan. Gol tunggal Cristian Gonzales membuat PSIS bertekuk lutut.
I Komang Putra
PSIS Semarang menjadi klub yang beruntung mendapatkan I Komang Putra setelah Arseto Solo dinyatakan bugar pada 1998. Kiper tangguh asal Bali ini menjadi dewa pelindung yang tidak tergantikan di bawah mistar gawang PSIS.
Bersama Tugiyo, I Komang Putra ikut menjadi pahlawan PSIS saat menjuarai Ligina 1999. Atas performanya, pria yang punya julukan IKP ini masuk Timnas Indonesia saat SEA Games 1999 dan Piala Asia 2000.
Meski pernah pindah ke klub lain seperti Persema Malang dan memutuskan pensiun di Persis Solo, dedikasinya untuk PSIS masih tinggi. Terbukti I Komang Putra menjadi pelatih kiper PSIS, sejak musim 2019.
Advertisement