Bola.com, Jakarta - Persib Bandung pernah memiliki Ajat Sudrajat, sosok striker tangguh era 1980-an yang sangat dihormati oleh Bobotoh. Pemain kelahiran Bandung, 5 Juli 1962 dengan posisi striker ini memang karirnya bersama Persib bersinar.
Pemain bernomor punggung 10 ini berhasil mengantarkan Maung Bandung juara Perserikatan tahun 1986 dan 1989-1990. Pada 1986, Persib sukses mengalahkan Perseman Manokwari dengan skor 1-0, sementara pada 1989-1990, giliran Persebaya Surabaya yang ditekuk 2-0.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Sukses di Tanah Air berlanjut di luar negeri. Di pentas internasional, Ajat dan kolega membawa Persib juara piala Sultan Hasanal Bolkiah di Brunei Darusalam pada 1986.
Kesuksesan Ajat bersama Persib tidak lepas dari perannya sebagai striker yang tajam. Pada tahun 1983 ia menjadi top scorer dengan koleksi delapan gol. Pada tahun 1985, pemain yang mendapat julukan "Arab" itu mengoleksi 16 gol.
Setelah delapan musim bersama Persib, Ajat pun memilih hengkang. Keputusannya itu berawal dari rasa kecewa masalah bonus juara. Saat itu para pemain Persib dijanjikan mendapat bonus taksi.
Namun, taksi itu diberikan dengan catatan tetap harus memberi setoran kepada pengusaha yang memberikan taksi. Tak puas dengan keputusan tersebut, Ajat pun memilih meninggalkan tim yang pernah membesarkan namanya itu.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Trio Maut di Bandung Raya
Lepas dari Persib, Ajat melanjutkan karirnya dengan bergabung ke tim Bandung Raya ada tahun 1991-1997. Di klub tersebut Ajat sukses mempersembahkan gelar Liga Indonesia jilid dua tahun 1995-1996. Pencapaian yang istimewa mengingat Bandung Raya tidak dihitung sebagai salah satu tim unggulan.
Sukses tersebut sudah bisa diprediksi sejak musim 1994-1995, edisi perdana Liga Indonesia pasca penggabungan kompetisi Perserikatan dengan Galatama. Mengandalkan kombinasi pemain senior-junior macam Heri Kiswanto, Ajat Sudrajat, Hermansyah, Peri Sandria, Nuralim dan M. Ramdan, Bandung Raya menjelma menjadi kekuatan baru yang diperhitungkan lawan-lawannya.
Pada musim perdana itu, Bandung Raya yang ditangani Nandar Iskandar lolos babak babak 8 besar. Peri Sandria bahkan mencatatkan namanya sebagai top scorer kompetisi dengan koleksi 34 gol. Perolehan gol Peri itu belum ada yang mampu melewati hingga saat ini di kompetisi level tertinggi Indonesia.
Pada musim selanjutnya Bandung Raya berubah menjadi Mastrans Bandung Raya (MBR). Dengan arsitek asal Belanda, Henk Wullems, MBR menjadi tim yang makin disegani.
Duet Ajat dan Dejan Gluscevic menjadi kekuatan MBR yang berbahaya, termasuk Peri Sandria. Bahkan Dejan menjadi pemain dengan koleksi 30 gol. Musim ini merupakan musim terbaik bagi Bandung Raya.
Meski sukses bersama Bandung Raya, Ajat tetap identik dengan Maung Bandung. Ia amat dicintai publik Bandung. Bahkan pemerintah Kota Bandung pun mendirikan patung sepak bola di Jalan Tamblong, Kota Bandung yang konon katanya itu adalah patung Ajat Sudrajat.
Sayang di tengah prestasi yang bagus, MBR harus bubar karena tidak memiliki sponsor. Seiring bubarnya MBR, sosok Ajat pun sedikit meredup.
Advertisement
Kisruh di Pelita Bandung Raya
Beberapa tahun kemudian sosok Ajat Sudrajat kembali muncul dalam kancah sepak bola Indonesia, tepatnya tahun 2012 untuk persiapan kompetisi musim 2013. Namun, ia muncul bukan sebagai pemain, melainkan sebagai asisten pelatih Simon McMenemy di tim Pelita Bandung Raya (PBR).
Ajat menjadi asisten pelatih bersama eks kiper MBR, Hermansyah membantu peran Simon McMenemy. Di tengah persiapan Simon pun mendadak diganti oleh pelatih asal Serbia, Darko Janackovic.
Sayang kerjasama Ajat-Hermansyah bersama Darko Janackovic tidak berjalan mulus. Pelatih dan dua asisten itu dikabarkan kurang akur hingga berujung pemecatan terhadap Ajat dan Hermansyah oleh manajemen PBR.
Ajat sendiri hingga saat ini aktif bermain bola bersama para mantan pemain Persib era 80-an dan 90-an untuk sekadar hobbi sekaligus menjaga kondisi dan reuni bersama rekan-rekannya di Persib dulu.