Bola.com, Jakarta - Perjalanan sepak bola Indonesia tak bisa dipisahkan dari pelatih-pelatih asal Sumatra Barat. Banyak pelatih asal Ranah Minang yang memberikan sumbangsih buat Indonesia, seperti Indra Sjafri.
Nama Indra Sjafri mulai terdengar ketika dipercaya menukangi Timnas Indonesia kelompok umur. Pria kelahiran Pesesir Selatan, 2 Februari 1963 itu punya catatan panjang di Timnas Indonesia U-16, U-19, dan U-22. Adapun di level klub, hanya Bali United yang pernah merasakan tangan dingin Indra Sjafri.
Baca Juga
Advertisement
Indra Sjafri dikenal dengan sistem blusukan mencari pemain-pemain ke pelosok Indonesia. Langkah itu dilakukan Indra Sjafri ketika membentuk Timnas Indonesia U-19 karena sistem pendataan pemain di Indonesia yang tidak mendukung.
"Blusukan itu akibat tidak adanya sistem yang bagus, tidak adanya kompetisi yang berjenjang. Ini ‘kan yang belum berjalan. Saya tidak mungkin menunggu. Kalau menunggu kapan kita bekerja," kata Indra Sjafri dalam wawancara bersama BBC pada 2013.
Nama Indra Sjafri semakin melambung ketika berhasil membantu Timnas Indonesia U-19 menjadi juara Piala AFF 2013. Gelar tersebut menjadi yang pertama buat tim Merah Putih.
"Tim ini tidak ujuk-ujuk bisa juara. Sudah disiapkan waktu agak panjang. Kita harus memilih pemain terbaik di Indonesia. Makanya, saat memilih pemain yang merupakan hasil blusukan, kita tetapkan standar," ujar Indra Sjafri.
Dream Team Timnas Indonesia U-19 itu dihuni oleh pemain-pemain semisal Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama Pranata, Zulfiandi, Ilham Udin Armaiyn, hingga Evan Dimas Darmono. Saat ini, pemain-pemain tersebut memperkuat tim elite di Indonesia.
Pada 2019, Indra Sjafri dipercaya naik tingkat menukangi Timnas Indonesia U-22. Tak butuh waktu lama, Indra Sjafri kembali membuktikan kualitasnya dengan mempersembahkan gelar di Piala AFF U-22 2019. Lagi-lagi, ini menjadi gelar perdana buat Timnas Indonesia.
"Saya sangat bersyukur, ini merupakan gelar kedua bagi saya setelah Piala AFF U-19 2013. Ini membuktikan, bangsa Indonesia bisa berdiri di kaki sendiri, dengan pemain-pemain muda kita," kata Indra.
Pada tahun yang sama, Indra Sjafri kembali mencoba peruntungan bersama Timnas Indonesia U-22 di SEA Games. Akan tetapi, harapan tersebut sirna setelah Timnas Garuda harus puas membawa pulang medali perak karena kalah di final.
Meski demikian, Indra Sjafri tetap menjadi pelatih paling sukses di Timnas Indonesia level kelompok umur. Kini, Indra Sjafri mencoba peruntungan lain di luar kepelatihan karena menjadi Direktur Teknik PSSI.
Selain Indra Sjafri, ada pula beberapa nama pelatih Sumatra Barat lainnya yang berkualitas. Lantas, siapa saja pelatih asal Ranah Minang yang malang melintang di Indonesia?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jafri Sastra
Jafri Sastra merupakan pelatih berpengalaman di Indonesia. Pria kelahiran Payakumbuh, Sumatra Barat, 23 Mei 1965 itu sudah malang melintang menukangi tim elite di Indonesia.
Jafri Sastra mengawali kariernya sebagai pelatih Semen Padang pada 2012. Kemudian Jafri Sastra melatih Mitra Kukar, Persipura Jayapura, PSIS Semarang, dan kini kembali menukangi Mitra Kukar.
Pencapaian terbaiknya adalah ketika membantu Mitra Kukar menjuarai Piala Jenderal Sudirman 2015. Uniknya, dalam laga final Jafri Sastra mengalahkan mantan timnya, Semen Padang, yang diasuh Nilmaizar dengan skor 2-1.
"Anak-anak bermain dalam tekanan Semen Padang, cukup sulit memang. Akan tetapi saya puas dan senang dengan permainan mereka, semua memainkan perannya dengan baik," ujar Jafri.
Advertisement
Nilmaizar
Nilmaizar merupakan mantan pemain Timnas Indonesia era 1990-an. Setelah gantung sepatu, Nilmaizar fokus dalam dunia kepelatihan.
Karier kepelatihannya dimulai pada 2000 ketika dipercaya menukangi Semen Padang U-21. Pria kelahiran Payakumbuh, Sumatra Barat, 2 Januari 1970 itu kemudian berhasil menukangi tim senior Semen Padang rentang 2010-2012.
Nilmaizar kemudian dipercaya menjadi pelatih Timnas Indonesia (2012-2013), Putra Samarinda (2014-2015), Semen Padang (2015-2017), PS Tira (2018), dan saat ini di Persela Lamongan.
Pencapaian terbesar Nilmaizar sebagai pelatih sampai saat ini terjadi ketika menukangi Semen Padang. Nilmaizar berhasil membantu Semen Padang meraih gelar Liga Primer Indonesia 2011-2012.
"Terima kasih kepada warga Padang yang selalu mendukung kami hingga tim ini berada di papan atas klasemen IPL. Saya sangat terhormat bisa menjadi pelatih Semen Padang selama ini. Saya menjadi pelatih timnas juga karena dukungan warga Padang dan tim Semen Padang," ujar Nilmaizar ketika itu.
Yeyen Tumena
Yeyen Tumena merupakan mantan pemain yang sudah malang melintang di Indonesia. Semasa bermain, Yeyen pernah memperkuat PSM Makassar, Persebaya Surabaya, PSMS Medan, hingga Persija Jakarta.
Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat, 16 Mei 1976 itu saat ini berprofesi sebagai asisten pelatih. Karier Yeyen di dunia kepelatihan dimulai pada 2013 ketika dipercaya menjadi asisten di Timnas Indonesia.
Pada 2017, pemilik nama lengkap Yeyen Tumena Chaniago itu dipercaya sebagai Direktur Teknik Bhayangkara FC. Sampai saat ini, Yeyen masih aktif di klub berjulukan The Guardians itu.
Yeyen sempat menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia pada 2019. Yeyen bertugas mendampingi Simon McMenemy di Timnas Garuda ketika tampil pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Advertisement
Emral Abus
Meskipun bukan seorang pelatih, namun Emral Abus bisa disebut sebagai pencipta pelatih hebat di Indonesia. Emral Abus merupakan instruktur pelatih yang memiliki lisensi AFC.
Tangan dinginnya sudah menciptkan pelatih-pelatih hebat di Indonesia seperti Djadjang Nurdjaman, Indra Sjafri, Aji Santoso, Nilmaizar, Jafri Sastra, hingga Kas Hartadi.
Emral Abus lahir di Lubuk Nyiur, Pesisir Selatan, Sumatra Barat pada 20 Desember 1958. Pria 61 tahun itu juga aktif sebagai dosen di Universitas Negeri Padang.
"Saya suka di lapangan dan di kelas. Dua-duanya saya aktif. Kalau saya pulang ke Padang, saya full mengajar satu minggu, akan tetapi kalau saya tidak bisa saya minta tolong sama asisten. Mahasiswa juga betah diajar sama saya dan tidak rugilah mereka belajar sama saya," ujar Emral Abus.