Sukses


Deretan Striker Berkualitas Indonesia di Era 1990an Hingga 2000an, Siapa Penerusnya?

Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia pernah memiliki banyak striker berkualitas di era awal Liga Indonesia. Mereka yang datang dari klub perserikatan dan Galatama, dan juga setelah kompetisi disatukan menjadi Liga Indonesia, menjadi andalan sebagai mesin gol timnya masing-masing hingga mendapatkan kesempatan untuk bertarung bersama Timnas Indonesia.

Indonesia punya begitu banyak striker luar biasa, seperti Rochi Putiray, Kurniawan Dwi Yulianto, Zaenal Arif, Gendut Doni, Indriyanto Nugroho, Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas, dan Boaz Solossa. Nama-nama tersebut punya pengalaman mentereng, baik di level klub maupun bersama Timnas Indonesia.

Rochi Putiray contohnya. Pemain asal Maluku itu memulai karier sepak bola bersama klub Galatama, Arseto Solo, pada 1987. Bermain hingga 1999, ia kemudian bergabung bersama Persijatim hingga kemudian mencoba peruntungan ke Hong Kong dan bergabung bersama Instant-Dict pada 2000 dan Happy Valley pada 2001.

Rochy Putiray (Bola.com / Muhammad Ridwan)

Selain dua klub tersebut, South China dan Kitchee merupakan dua klub Hong Kong lain yang pernah diperkuatnya. Sementara klub Indonesia yang pernah diperkuatnya selain Arseto Solo dan Persijatim adalah PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, dan PSS Sleman.

Dalam karier di level klub, lebih dari 300 gol dicetaknya. Sementara di Timnas Indonesia, ia mencetak 17 gol dalam 41 pertandingan yang pernah dijalaninya.

Namun, harus diakui bicara soal menjadi mesin gol di Timnas Indonesia, nama Bambang Pamungkas dan Kurniawan Dwi Yulianto memang lebih mentereng. Bepe yang pensiun dari Timnas Indonesia pada 2013 sukses mengemas 36 gol dalam 77 pertandingan bersama Tim Garuda, sementara Kurniawan mencetak 31 gol dalam 60 laga bersama Timnas Indonesia.

Adu Tajam Kurniawan Dwi Yulianto Vs Bambang Pamungkas (Bola.com/Adreanus Titus)

Bicara di level klub, Bepe dan Kurniawan memang tidak mencetak lebih banyak gol ketimbang Rochi Putiray. Bepe yang baru pensiun dari karier profesionalnya pada akhir 2019 tercatat mencetak 227 gol dalam kariernya di level klub, bersama Persija Jakarta dalam tiga periode, EHC Norad, Selangor FA, dan Pelita Bandung Raya.

Sementara itu, Kurniawan Dwi Yulianto mencetak 200 gol di level klub. Jumlah gol terbanyak dicetaknya bersama PSM Makassar pada 1999 hingga 2001, yaitu 37 gol.

Selain PSM Makassar, mantan striker PSSI Primavera itu tercatat pernah memperkuat FC Luzern di Swiss, Pelita Bakrie, PSPS Pekanbaru, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Sarawak FA, PSS Sleman, Persitara Jakarta Utara, Persisam Putra Samarinda, Persela Lamongan, hingga dua klub yang berkiprah di Indonesia Premier League pada era dualisme kompetisi, Tangerang Wolves dan Pro Duta FC.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Jangan Lupakan Gendut Doni, Zaenal Arif, dan Budi Sudarsono

Selain Rochi Putiray, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Bambang Pamungkas, Indonesia pernah punya sejumlah striker tajam di era 1990-an hingga 2000-an. Sebut saja Gendut Doni, Zaenal Arif, dan Budi Sudarsono, di mana ketiganya juga merupakan striker tajam yang tidak luput mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia.

Sebagai striker, tentu ketiga nama tersebut mendapatkan panggilan Timnas Indonesia karena ketajaman yang mereka perlihatkan di level klub.

Zaenal Arif yang memulai karier profesional bersama Persigar Garut pada 1997, total mengoleksi 96 gol dalam 218 pertandingan bersama Persigar, Persib Bandung, Persita Tangerang, Persisam Putra Samarinda, Persikabo Bogor, PSPS Pekanbaru, dan Persepam Madura United, mulai dari 1997 hingga 2014.

Sementara itu, Gendut Doni yang memulai karier pada 1998 berkiprah di lebih banyak klub ketimbang Zaenal Arif. Gendut Doni yang lahir di Salatiga memulainya di PSIS Semarang, dan kemudian mencoba peruntungan dengan bergabung bersama Persijatim, Persija, Persikota, Persebaya, Arema, Persib, Persitara, Pelita Jaya, Persiba Balikpapan, Persijap Jepara, dan kembali ke Persikota Tangerang pada 2011.

Bicara level klub, Gendut Dony bermain dalam 301 pertandingan dan sukses mengemas 117 gol. Ketajaman tersebut juga pernah membuatnya menjadi top scorer saat memperkuat Timnas Indonesia di Piala Tiger 2000, di mana ia mencetak lima gol dalam kejuaraan tersebut.

Sayangnya, Gendut Doni tidak terlalu sering memperkuat Timnas Indonesia. Ia hanya tercatat 22 kali membela Tim Garuda dnegan mengemas sembilan gol. Tentu Zaenal Arif sedikit lebih baik dengan mencetak 12 gol dalam 23 penampilannya bersama Timnas Indonesia.

Budi Sudarsono, mesin gol Timnas Indonesia di Piala AFF 2008. (AFF)

Selain dua nama tersebut, masih ada nama Budi Sudarsono. Striker yang memiliki julukan Ular Piton itu tercatat berhasil mencetak 125 gol dalam 315 penampilan di level klub, mulai dari saat memperkuat Persebaya pada 199 hingga pensiun bersama Persenga Ngawi pada 2013.

Jumlah gol terbanyaknya dicetak bersama Persija Jakarta dengan 23 gol dari 47 penampilan. Namun, prestasi terbaiknya membawa Persik Kediri menjadi juara Liga Indonesia 2006. Bersama Macan Putih, Budi Sudarsono mencetak 21 gol dalam 72 pertandingan dari 2004 hingga 2007.

Kehebatan Budi Sudarsono membuat penampilannya di Timnas Indonesia juga terbilang bagus. Ia hanya terpaut satu gol di belakang Rochi Putiray dalam perolehan gol bersama Timnas Indonesia. Budi Sudarsono mencetak 16 gol dalam 46 laga bersama Tim Merah Putih, di mana ia berhasil mencetak empat gol di Piala AFF 2008 dan menjadi top scorer dalam kejuaraan tersebut.

3 dari 3 halaman

Boaz Solossa Belum Habis

Saat ini hanya Boaz Solossa mungkin yang pernah merasakan bermain bersama semua striker luar biasa yang dimiliki Indonesia di atas. Pemain asal Sorong, Jayapura, itu kini masih aktif bermain bersama Persipura Jayapura dan menjadi kapten serta legenda hidup klub tersebut.

Boaz Solossa merupakan striker yang sudah memperkuat Persipura sejak 2004. Ia merupakan bagian dari generasi emas kontingen di PON 2004, di mana ia menjadi top scorer dalam cabang olahraga sepak bola dalam perhelatan multi-event tersebut.

Sejak saat itu, Boaz selalu menjadi bagian Persipura, termasuk dalam meraih empat gelar juara liga, mulai dari Liga Indonesia 2005, hingga tiga kali menjadi juara Indonesia Super League, yaitu pada musim 2008-2009, musim 2010-2011, dan 2013.

Ia menjadi top scorer dan pemain terbaik ISL pada setiap kali Persipura menjadi juara. Sejumlah penghargaan top scorer itu memang membuktikan Boaz merupakan striker dengan naluri ketajaman yang luar biasa. Tak heran dalam 298 penampilan bersama Persipura, ia sukses mengemas 177 gol.

Sementara itu, bersama Timnas Indonesia, di mana ia sudah masuk ke tim senior setelah tampil cemerlang di PON 2004, Boaz mengemas 14 gol dalam 48 penampilan.

Memang jumlah gol dan penampilannya bersama Timnas Indonesia mungkin tidak akan bertambah terlalu banyak mengingat Boaz yang kini berusia 34 tahun itu belum memutuskan pensiun dari level internasional. Namun, Boaz yang masih jadi andalan Persipura di lini depan pada musim ini tentu bisa menambah pundi-pundi golnya untuk Mutiara Hitam.

Video Populer

Foto Populer