Bola.com, Makassar - Sejak berdiri pada 2 November 1925, kiprah PSM Makassar selalu eksis mewarnai perjalanan sepak bola Indonesia. Juku Eja pun dikenal sebagai penyulai pemain untuk tim nasional. Sejak era 1950-an sampai saat ini, puluhan pemain mendapat kesempatan berkostum merah putih karena penampilan apiknya bersama klub kebanggaan Kota Daeng itu.
Baca Juga
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Aneh tapi Nyata! PSM Main dengan 12 Pemain saat Menang atas Barito Putera di BRI Liga 1: Wasit Pipin Indra Pratama Jadi Bulan-bulanan
Advertisement
Ada belasan pemain PSM Makassar yang tidak hanya masuk Timnas Indonesia, tapi juga membawa tim Merah Putih berprestasi. Malah, di antara mereka ada yang menjadi legenda bersama tim nasional.
Kiprah dan cerita heroik Andi Ramang bersama PSM dan Timnas Indonesia era 1950-an malah jadi kisah yang masih dikenang hingga saat ini. Bukan hanya itu, FIFA selaku otoritas sepak bola tertinggi dunia mengakui Ramang sebagai sosok dalam puncak kejayaan sepak bola Indonesia pada 1950-an.
Bahkan FIFA pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang ini secara khusus dalam situs resmi mereka saat peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012 lalu.
Selain Ramang, ada satu nama pemain asal PSM yang juga mendapat pengakuan internasional. Ia adalah Ronny Pattinasarani, libero yang pernah menjadi kapten Timnas Indonesia.
Pada 1982, nama Ronny masuk dalam daftar skuat Asia All Stars. Ramang dan Ronny menjadi simbol kejayaan PSM di pentas sepak bola Indonesia, meski rekan seangkatan atau junior mereka bergantian masuk Timnas Indonesia.
Ada puluhan nama pemain PSM yang mampu menembus Timnas Indonesia. Namun, Bola.com memilih pemain yang pantas menyandang status legenda sepanjang masa berdasarkan posisi masing-masing.
Tentu tak mudah untuk menentukan nama. Ada beberapa kriteria jadi diacuan, di antaranya mereka yang terpilih mengawali karir bersama PSM Makassar, prestasi, dan kiprah di Timnas Indonesia.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Maulwi Saelan (Kiper)
Maulwi Saelan lahir di Makassar pada 1926. Ia menjadi pilar PSM Makassar saat meraih gelar perdana Perserikatan pada musim 1956-1957. Ketika tampil di Timnas Indonesia, Maulwi berkontribusi besar buat Indonesia saat menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perungggu di Asian Games 1958.
Penampilan heorik Maulwi bersama Timnas Indonesia yang dikenang sampai sekarang adalah ketika menghadapi Uni Soviet pada Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, Australia, 29 November 1956.
Indonesia kala itu berhasil menahan imbang Uni Soviet yang merupakan tim terkuat Eropa dan dunia. Maulwi Saelan berjibaku menahan gempuran Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin. Skor 0-0 bertahan hingga akhir pertandingan.
Selain Saelan, PSM juga pernah memiliki kiper tangguh, yakni Harry Tjong. Penerus Maulwi jadi kiper andalan PSM dan Timnas Indonesia era 1960-an. Pada era Liga Indonesia, PSM sempat memunculkan nama Samsidar. Namun, pamor pemain terbaik di Piala Hassanal Bolkiah 2002 ini masih kalah dibandingkan pendahulunya itu.
Advertisement
Ronny Pattinasarany (Belakang)
Ciri khas PSM Makassar yang mengandalkan permainan keras dan cepat melekat kental dalam diri pemain-pemain asal Makassar. Tak ayal, sejumlah nama asal skuat Juku Eja bisa menembus Timnas Indonesia, di antaranya Sunardi Arlan, Saleh Ramadaud, John Simon, Nasir Salassa, Simson Rumah Pasal, Ronny Pattisarani, Hamka Hamzah, Isnan Ali dan Zulkifli Syukur.
Menengok nama-nama itu, ada sosok Ronny Pattinasarany yang melegenda berkat skill dan kemampuannya yang di atas rata-rata pada masanya. Ronny, yang memperkuat PSM saat usia masih 17 tahun, berposisi asli libero. Meski tugas utamanya mengawal lini belakang, Ronny tak jarang naik membantu serangan.
Penampilan yang elegan mewarnai lini belakang PSM yang keras tanpa kompromi. Sosok Ronny langsung menonjol berkat umpan pendek dan jauhnya yang akurat. Meski piawai dalam merebut bola dari kaki lawan, Ronny melakukannya dengan cara halus dan tidak mencederai lawan.
Gaya bermain Ronny ini hampir sama dengan legenda dunia di posisinya, yakni Franz Beckenbauer (Jerman) dan Johan Cruyff (Belanda). Pengakuan atas kapasitas pemain yang dikenal pecandu rokok ini terjadi pada 1982. Kala itu namanya masuk dalam skuat Asia All Stars.
Rasyid Dahlan (Tengah)
Ketimbang lini belakang dan depan, gelandang asal Makassar banyak yang mendapat kesempatan masuk Timnas Indonesia berkat kiprah apiknya bersama PSM Makassar. Sebut saja Suwardi Arland, M. Basri, Rasyid Dahlan, Hengky Siegers, Rohandi Yusuf, Ansar Razak, Manan, Ahmad Amiruddin, dan Syamsul Chaeruddin.
Dari nama-nama itu, ada satu nama yang pantas dikedepankan yakni Rasyid Dahlan.
Sosok Rasyid Dahlan memang kalah populer bila dibandingkan dengan Andi Ramang, penyerang legendaris Indonesia. Tapi, perannya sebagai gelandang jangkar PSM dan Timnas Indonesia sangat vital sebagai perusak alur serangan lawan. Sosok Rasyid tidak tergantikan di Timnas Indonesia sejak 1956 sampai 1966.
Rasyid, yang dijuluki Roda Gila oleh rekan-rekannya, adalah anak emas Tony Poganick, pelatih Timnas Indonesia saat itu. Dia jadi bagian penting dari penampilan Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956, Asian Games 1958 dan kualifikasi Piala Dunia 1958.
Advertisement
Andi Ramang (Depan)
Sosok Andi Ramang sebagai penyerang terbaik yang pernah dilahirkan PSM Makassar, belum tergantikan sampai sekarang. Apalagi PSM memang tak banyak memunculkan striker Timnas Indonesia, termasuk anak kandungnya sendiri, Anwar Ramang yang hanya masuk skuat timnas junior.
Selain Ramang, ada satu nama yang sempat memperkuat timnas. Ia adalah Surul Lengu pada 1983. Kariernya di Timnas Indonesia tidak lama karena cedera.
Kiprah Ramang bersama Timnas Indonesia diawali pada 1954. Saat itu, Indonesia melakoni tur uji coba di Filipina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia, Ramang mencetak 19 dari 23 gol Indonesia ke gawang lawan.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1956, Indonesia nyaris mengalahkan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne. Pada menit terakhir, Ramang nyaris menjebol gawang Lev Yashin andai kaosnya tidak ditarik lawan. Skor akhir imbang 0-0. Indonesia tersingkir setelah kalah telak 0-4 pada partai ulang keesokan harinya.
Bersama Ramang, Timnas Indonesia nyaris menembus putaran final Piala Dunia 1958. Tim Merah Putih selangkah lagi ke Swedia setelah unggul aggregat 5-4 atas China, di mana tiga dari lima gol Indonesia dicetak oleh Ramang.
Sayang langkah Indonesia terhenti karena menolak bertanding melawan Israel yang akhirnya lolos ke Swedia. Dalam pentas Asia, Ramang membawa Indonesia meraih medali perunggu Asian Games 1958 Tokyo.