Sukses


Sriwijaya FC, Klub Muda Sarat Gelar yang Kini Terbenam

Bola.com, Jakarta - Sriwijaya FC merupakan satu di antara sejumlah kekuatan besar dalam kasta tertinggi sepak bola Indonesia pada era Liga Indonesia hingga Indonesia Super League. Namun, keperkasaan tersebut kini seakan menghilang seiring polemik manajerial yang membuat Laskar Wong Kito pun terbenam di Liga 2.

Jika kompetisi 2020 berjalan, ini merupakan musim kedua Sriwijaya FC berkutat di Liga 2. Laskar Wong Kito terdegradasi dari kasta tertinggi sepak bola Indonesia pada akhir musim 2018.

Sebenarnya, Sriwijaya FC sempat bakal kembali ke Liga 1 untuk musim ini. Mereka berhasil melaju hingga babak empat besar Liga 2 2019. Namun, kekalahan dari Persita Tangerang di semifinal membuat harapan itu pupus.

Saat kesempatan untuk naik kasta masih ada di perebutan tempat ketiga, Sriwijaya FC juga kalah 0-1 dari Persiraja Banda Aceh. Untuk tahun depan, tentu Laskar Wong Kito ingin kembali bersaing di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

"Dengan usaha dan doa, serta dengan kerja sama yang baik, kami berharap bisa lolos ke Liga 1. Semua pemain siap tempur dengan kondisi cukup prima. Para pemain juga sangat antusias melakukan latihan di hari pertama ini," ujar pelatih Sriwijaya FC saat ini, Budiardjo Thalib, sebelum kompetisi terhenti.

Harus diakui, dalam dua tahun terakhir ini Sriwijaya FC berada dalam titik terendah dalam kiprah mereka di persepakbolaan nasional. Padahal, Sriwijaya FC lahir dengan kekuatan yang membuat mereka mampu menyabet begitu banyak gelar juara.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Bergelimang Gelar dan Pengalaman Tampil di Level Asia

Sriwijaya FC lahir setelah Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan mengakuisisi Persijatim Solo FC pada 2004. Saat itu Pemprov Sumatra Selatan ingin mengelola sebuah tim sepak bola yang berbasis di Palembang dan bersaing di level teratas sepak bola Indonesia.

Berhubung provinsi tersebut tidak memiliki klub sepak bola di level teratas setelah Krama Yudha Tiga Berlian bubar pada 1992, Sriwijaya FC pun menjadi harapan baru bagi masyarakat Sumatra Selatan. Apalagi pada 2004 itu Sumatra Selatan baru saja menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 dengan Gelora Sriwijaya Jakabaring merupakan stadion baru kebanggaan di sana.

Dengan cepat tim berjulukan Laskar Wong Kito itu pun melesat menjadi tim raksasa. Bermain di bawah asuhan Rahmad Darmawan, Sriwijaya FC berhasil menyabet dua gelar juara pada musim 2007-2008, yaitu gelar juara Liga Indonesia dan Copa Dji Sam Soe.

Tidak sampai di situ, pelatih yang karib disapa RD itu juga membawa Sriwijaya FC kembali meraih gelar juara Copa Dji Sam Soe pada musim 2008-2009 dan 2010, serta juara Inter Island Cup 2010.

Setelah itu, Sriwijaya FC kembali meraih gelar juara Indonesia Super League 2011-2012 di bawah asuhan Kashartadi. Saat itu ISL dianggap sebagai breakaway league karena PSSI yang diketauai Djohar Arifin Husein menetapkan Indonesia Premier League sebagai kompetisi yang bernaung di bawah PSSI.

Sejumlah prestasi yang diraih Sriwijaya FC membawa mereka merasakan kiprah di level Asia. SFC sempat merasakan bermain di fase grup Liga Champions Asia 2009, dan hanya sampai di penyisihan dan play-off pada dua musim selanjutnya, dan turun ke level Piala AFC. Bermain di Piala AFC, Sriwijaya FC dua kali mencapai 16 besar, baik di musim 2010 mupun 2011.

 

3 dari 4 halaman

Pemain Bernama Besar

Nama besar Sriwijaya FC membuat begitu banyak pemain-pemain berkelas datang ke Palembang. Anoure Obiora dari Nigeria dan Zah Rahan Krangar dari Liberia contohnya. Keduanya memperkuat Sriwijaya FC pada 2007 hingga 2010.

Bersama Sriwijaya FC, Zah Rahan berhasil mencetak 22 gol dalam 100 pertandingan yang dijalaninya. Sementara Obiora mencetak 21 gol dalam 91 pertandingan.

Nama besar lainnya adalah Budi Sudarsono yang tercatat memperkuat Sriwijaya FC pada musim 2009 dan 2010-2011. Striker Timnas Indonesia itu mengemas 14 gol dalam 37 laga.

Nama Keith Kayamba Gumbs mungkin tidak bisa dilepaskan dari Sriwijaya FC. Ia merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang masa yang dimiliki SFC. Keith Kayamba Gumbs yang bermain untuk SFC pada 2007 hingga 2013 berhasil mencetak 74 gol dalam 145 pertandingan.

Selain itu ada Alberto Goncalves yang bermain di SFC sejak Torabika Soccer Championship 2016 hingga Liga 1 2018. Beto yang kini sudah menjadi warga negara Indonesia tercatat mencetak 68 gol dalam 106 pertandingan bersama SFC.

4 dari 4 halaman

Polemik Internal Berujung Degradasi

Sriwijaya FC memulai Liga 1 2018 dengan begitu meyakinkan. Bagaimana tidak, mereka memiliki Hamka Hamzah, Makan Konate, Adam Alis, Alberto Goncalves, Esteban Vizcarra, Alfin Tuasalamony, Manu Dzhalilov, dan Patrich Wanggai.

Sejumlah pemain muda dengan label Timnas Indonesia pun ada di dalam skuad Laskar Wong Kito. Sebut saja Syahrian Abimanyu, Samuel Christianson, dan Zulfiandi.

Bahkan saat itu Rahmad Darmawan yang membawa Sriwijaya FC menjadi juara pada 10 tahun sebelumnya hadir sebagai pelatih kepala. Namun, pada pertengahan musim, eksodus pemain terjadi. Kabarnya para pemain mulai gerah karena permasalahan gaji sehingga memilih pergi.

Polemik internal di tubuh manajemen Sriwijaya FC yang dibumbui kabar tidak lancarnya pembayaran gaji pemain seakan menjadi titik balik kejayaan Sriwijaya FC di persepakbolaan Indonesia. Akhirnya, tim berjulukan Laskar Wong Kito itu pun terjun bebas dan terdegradasi ke Liga 2 pada akhir musim Liga 1 2018.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer