Bola.com, Jakarta - Persija Jakarta bukan tim yang dikenal mahir melahirkan penyerang asing produktif di Liga Indonesia sejak era 2000-an. Namun, tim berjulukan Macan Kemayoran tersebut pernah punya deretan bomber impor yang menakutkan di depan gawang lawan.
Emanuel De Porras menjadi satu di antaranya. Striker asal Argentina ini bergabung dengan Persija Jakarta pada 2004.
Advertisement
Cachi, panggilannya, mampu mengemas 16 gol untuk Persija di Liga Indonesia 2004. Hanya bertahan satu musim, De Porras hijrah ke PSIS Semarang karena tergiur dengan tawaran yang disodorkan.
Kepindahan Cachi tidak diratapi lama oleh Persija. Macan Kemayoran langsung memboyong Roger Batoum Urbain, penyerang berdarah Kamerun pada 2005.
Pada musim pertamanya, pemain bertubuh gempal ini mampu mengantar tim ibu kota ke final Liga Indonesia dan Copa Indonesia. Sial bagi Persija karena hanya menjadi runner up dalam dua kejuaraan tersebut.
Batoum sukses mencatatkan 15 gol untuk Persija di Liga Indonesia 2005. Torehannya bahkan mampu menggungguli Cachi, yang tertinggal dua gol darinya dalam daftar top scorer dalam kompetisi tersebut.
Musim kedua Batoum bersama Persija tidak berlangsung mulus. Pundi-pundi golnya tidak sampai dua digit. Alhasil, Batoum didepak Macan Kemayoran pada akhir 2006 bersama tiga pemain asing lainnya, Alex Brown, Erick Mabenga dan Oscar Aravena.
"Dari hasil rapat, untuk sementara nama-nama itu yang kami coret," kata IGK Manila, manajer Persija saat itu medio Desember 2006.
Batoum tidak butuh waktu lama untuknya mencari pelabuhan baru. Persikabo Kabupaten Bogor merekrutnya pada 2007 untuk menduetkannya dengan striker Argentina, Rodrigo Santoni.
Pengganti Batoum di Persija Jakarta adalah Samuel Tayo, penyerang Kamerun yang pernah berkiprah di Liga Swedia dan Inggris. Namun, Tayo gagal memenuhi ekspektasi. Dia didepak pada putaran kedua Liga Indonesia 2007 setelah hanya membuat sebiji gol dari 13 laga. Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta sekaligus pembina Persija kala itu mengibaratkan kedatangannya seperti membeli kucing dalam karung.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pedro Javier Membawa Angin Segar, Pacho Kenmogne Numpang Lewat
Kedatangan Pedro Javier pada 2011 membawa angin segar bagi Persija Jakarta. Macan Kemayoran tak lagi punya predator ganas setelah era Batoum dan Greg Nwokono bukan dihitung sebagai bomber, melainkan winger.
Adalah Iwan Setiawan, pelatih Persija saat itu, yang memboyong Pedro. Keduanya pernah bekerja sama di Persibom Bolaang Mongondow pada 2007 lalu.
Setahun setengah di Persija, Pedro mencatatkan 22 gol. Macan Kemayoran mencoretnya pada tengah musim 2013 dan menggantikannya dengan Emmanuel Kenmogne.
Bergabungnya Pacho, panggilan Kenmogne, berdampak positif bagi Persija. Dalam setengah musim, penyerang asal Kamerun ini berhasil mengemas 14 gol dari 16 penampilan. Dia juga membawa Macan Kemayoran keluar dari zona degradasi pada 2013.
Sayang, Pacho memilih hengkang ke Persebaya Surabaya pada 2014 sebelum kembali ke Persija pada 2016. Pada kesempatan keduanya, dia tidak lagi tajam karena telah tergerus usia yang sudah genap 36 tahun.
"Banyak tawaran datang kepada Pacho. Namun, dia memilih bergabung dengan Persebaya," ujar Francis Yonga, agen Pacho pada Desember 2013.
Melalui akun Twitternya, @1kenmogne8, keputusannya untuk hengkang ke Persebaya karena didasari manajemen Persija yang tidak berniat memperpanjang kontraknya.
"Terima kasih, tapi saya terus menunggu pihak manajemen menghubungi saya, tapi mereka tak pernah melakukannya. Saya minta maaf," kicau Pacho pada Desember 2013.
Advertisement
Marko Simic Jawaban dari Penantian
Butuh waktu bertahun-tahun bagi Persija Jakarta untuk kembali menememukan predator mematikan di kotak penalti lawan. Jawabannya ada di Marko Simic. Macan Kemayoran merekrutnya dari klub Malaysia, Melaka United pada 2018.
Kepopuleran Simic langsung meningkat drastis setelah membawa Persija menjuarai Piala Presiden 2018, sekaligus pemain tersubur turnamen pramusim itu dengan 11 gol.
Pada musim pertamanya bersama Persija di Liga 1 2018 setelah melanglang buana di Vietnam dan Malaysia, Simic sukses mengantar tim ibu kota menjuarai kompetisi dan menorehkan 18 gol dari 30 laga.
Memasuki tahun keduanya, Simic gagal mempertahankan gelar bagi Persija. Namun, eks pemain Negeri Sembilan itu berhasil merebut penghargaan top scorer Liga 1 2019 dengan mencetak 28 gol dari 32 laga.
Total hingga Liga 1 2019 rampung, Simic mengemas 61 gol bersama Persija di kompetisi resmi, termasuk Piala Indonesia, Piala AFC, dan Kualifikasi Liga Champions Asia.
Selain karena ketajamannya, kebekenan Marco Simic juga dipengaruhi oleh perawakannya yang tinggi besar khas pemain Eropa Timur. Bumbu-bumbu masalah di luar lapangan, seperti dugaan pelecehan terhadap pedangdut Via Vallen pada 2018, makin meningkatkan popularitasnya.
Berkat kontribusinya selama dua tahun terakhir, Simic diganjar perpanjangan kontrak tiga tahun oleh Persija. Eks striker Becamex Binh Duong di Liga Vietnam itu disebut-sebut menerima bayaran Rp10 miliar hingga 2023.
"Saya mendapatkan tawaran dari AZ Alkmaar dan Fenerbahce sebelum memutuskan untuk memperpanjang kontrak di Persija. Rencana masa depan saya adalah saya ingin terus bermain. Sebagaimana saya dan Persija telah berbicara, ada opsi untuk menambah kontrak saya setelah tiga tahun kontrak. Saya hanya mau bermain selama mungkin bersama Persija," imbuh Simic kepada Bola.com, Desember 2019.